Share

bab 2

Author: Yunda Arsya
last update Last Updated: 2022-06-25 16:54:06

"Aku tidak bisa," jawab Tania.

"Kenapa?"

"Akan jauh lebih sakit ketika aku mencoba bertahan. Tolong kamu mengerti aku."

"Kalau kamu pergi, lalu aku bagaimana? Tidak ada yang menyiapkan sarapanku, tidak ada yang menyiapkan baju kerjaku, tidak ada yang menemaniku, intinya tidak akan ada yang mengurusku lagi," jawab Hanif, tetapi bukan itu maksudnya, ada sesuatu yang sulit ia ungkapkan. Semua yang ia ucapkan hanya alasan semata.

"Kamu bisa cari asisten, gaji mu cukup kok untuk bayar asisten," jawab Tania.

"Tapi rasanya beda."

"Sama saja, kamu harus terbiasa hidup tanpaku," jawab Tania sambil melihat jam. Sudah siang, ia belum menemukan tempat tinggal yang pas setelah keluar dari rumah ini, sedangkan rumah peninggalan orangtuanya sudah ditempati oleh kakak kandungnya yang ekonominya bisa dikatakan cukup untuk sekedar mengisi perut.

Ia tidak mungkin pulang ke sana, ia tidak mau membebani hidup kakaknya.

"Aku yang akan urus surat perpisahan kita, Mas. Jangan khawatir, aku masih punya tabungan kok untuk mengurus semuanya, kamu tinggal terima suratnya saja," ucap Tania lagi.

Hanif menggelengkan kepala." Jangan seperti ini."

"Ku harap, hubungan kita sebagai teman tetap terjalin walau kita sudah berpisah, jangan ada dendam ataupun benci. Semoga kamu menemukan kebahagiaan kamu, Mas, walaupun tanpa aku," ucap Tania dengan suara parau.

Sekuat tenaga ia menahan air mata agar jangan sampai jatuh, tidak mungkin ia menangis di hadapan suami yang sebentar lagi menjadi mantan suami.

"Aku bukan tidak mencintaimu, aku hanya belum mencintaimu. Tolong beri kesempatan sekali lagi buat aku. Aku janji akan membuka hatiku padamu," ucap Hanif.

"Maaf, Mas. Waktu dua tahun itu bukanlah waktu yang singkat untuk kamu membuka hati, kalaupun kamu mau, sekarang ini kamu sudah mencintaiku, tetapi nyatanya tidak. Almarhum Mbak Murni masih saja bertahta di hatimu. Aku tidak mau jadi selir." Setelah mengatakan itu, Tania pun melangkah pergi. Ia tidak mau berlama-lama yang akhirnya ia tidak bisa menahan air matanya.

"Tunggu Tania," cegah Hanif sambil memegang lengan istrinya.

Tania menoleh."Ada sesuatu?"

"Apa tanggungjawab ku sebagai kepala rumah tangga kurang selama ini?"

Tania menggeleng lemah." Kamu suami yang baik, hanya saja aku tidak cuma butuh itu saja, aku wanita, aku juga butuh dicintai, bukan hanya mencintai. Kamu tahu rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Rasanya sakit, teramat sakit."

Tak terasa, bulir air mata yang coba ia tahan turun begitu saja. Sedangkan Hanif yang melihat istrinya menangis tidak bisa berbuat apapun.

Tania menghapus air matanya, lalu menarik pergelangan tangan yang sempat suaminya pegang. Setelah itu ia melangkah pergi.

"Maafin aku," ucap Hanif sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang sebelum istrinya hilang dari pandangan.

"Tolong jangan seperti ini," ucap Tania. Ia mencoba melepaskan pelukan suaminya, tetapi pelukan itu teramat kuat.

Hanif membenamkan wajahnya di pundak Tania, ia menangis sesenggukan di sana.

Kejadian itu terjadi beberapa menit sampai Hanif bisa menguasai dirinya. Tetapi ia tidak melepaskan pelukannya.

Jujur, melihat kepergian Tania membuat hatinya juga merasakan sakit.

"Tania," panggil Hanif, karena istrinya hanya diam sambil mencoba melepaskan pelukannya.

"Aku tidak akan melepaskan pelukan ini, aku tidak mau kamu pergi," ucap Hanif lagi.

"Tidak bisa. Kamu jangan egois, Mas."

"Tinggallah di sini sebentar saja, sampai aku bisa membuktikan semua ucapanku."

"Terlalu lama," jawab Tania

"Tiga bulan."

"No."

"Dua bulan."

"Aku tidak bisa, Mas."

"Satu bulan."

Tania menggelengkan kepala. "Kamu akan membuatku semakin sakit."

Hanif memaksa tubuh istrinya untuk menghadap ke arahnya, lalu ia pegang kedua pipi Tania dengan telapak tangannya.

"Aku bersyukur punya istri seperti kamu, ibuku tidak pernah salah memilih, tetapi izinkan aku untuk mencoba membuka hatiku padamu. Tolong beri kesempatan itu padaku, sekali saja," ucap Hanif tulus. Ada air mata di sana yang mencoba untuk menerobos kembali, tetapi masih ia tahan. Ia ingin mendengar jawaban istrinya. Jawaban yang membuatnya merasa lega.

"Mas, bukan aku tidak mau. Kalaupun kamu mau mencoba mencintaiku, sudah dari dulu. Tidak sekarang yang posisinya aku sudah menyerah," jawab Tania. Kini ia lepaskan pelukan suaminya dengan mudah.

Tak ada perlawanan dari Hanif, sepertinya lelaki itu sudah pasrah. Hidupnya hancur dua kali, pertama setelah ditinggal Murni untuk selamanya dan yang kedua, ia ditinggal wanita yang sangat berarti dihidupnya, walaupun ia terlambat menyadari.

"Jaga kesehatan. Aku pamit," ucap Tania.

"Kita masih bisa berhubungan kan?" tanya Hanif.

"Ya... Nomorku tidak akan pernah ku ganti. Kapan pun kamu menghubungi, selagi aku tidak repot, pasti akan aku balas," ucap Tania sambil tersenyum mencoba menutupi luka di hatinya.

"Kami hati-hati," ucap Hanif. Tania pun mengangguk.

"Akan pergi kemana?"

"Tidak tahu. Belum cari tempat tinggal, setelah ini masih mau mencari kontrakan sambil mencari kerja," jawab Tania.

"Tinggallah di sini dulu, nanti ku antar kamu cari kontrakan," ucap Hanif.

"Tak perlu repot-repot, aku bisa sendiri. Assalamualaikum," ucap Tania. Kini ia benar-benar pergi dari rumah itu.

Sejenak saat di luar, ia pandangi rumah yang sudah menampungnya selama dua tahun itu, banyak sekali kenangan di sini tetapi ia tidak bisa bertahan. Ada luka yang sulit sembuh, apalagi perkataan seseorang kemarin siang saat suaminya telah pergi.

Sedangkan Hanif terpaku melihat kepergian istrinya, air matanya turun begitu saja. Siapa sebenarnya biang kerok dari semua ini.

Tahu darimana Tania tentang isi hatinya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
ikhlaskan yg sudah meninggal cintai yg akan masa depan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Mas   bab 80

    "Ibumu di kampung menitipkan uang untukku. Sebenarnya kita tidak ada urusan apa-apa, tetapi bukankah amanat harus tetap disampaikan, ya?" tanya Hanif santai dan seolah tak menggubris Randi yang menatapnya dengan sinis."Kamu dari sana?""Ya."Randi membuang muka, sudah sangat lama ia tak pernah mengunjungi ibunya itu, bahkan menghubungi saja juga tak pernah. Mendadak ia merasa rindu pada orangtuanya tersebut."Aku ambilkan uangnya dulu, sebab uangnya berada di rumah. Kamu tinggal di mana sekarang?" tanya Hanif."Aku tidak ingin ada orang yang tau di mana keberadaanku sekarang, jika kamu mau, aku tunggu kamu di sini."Hanif menatap heran, Randi sungguh benar-benar berubah. Ia bahkan sampai tak mengerti, ada apa dengan lelaki di hadapannya ini."Kamu baik-baik saja?" Hanif menatap penuh curiga, tapi secepat kilat ia mengalihkan pembicaraan agar lelaki di depannya itu tidak menaruh curiga."Kamu terlihat kecapean, makanya aku bertanya seperti itu," ucap Hanif lagi."Iya, aku lagi bingung

  • Mari Berpisah, Mas   bab 79

    Hanif pulang sendiri karena Kakak iparnya harus menjalani serangkaian pemeriksaan. Apalagi luka yang dialami, terbilang cukup parah.Benar dugaannya, jika iparnya itu belum diperiksa tenaga kesehatan. Setelah sedikit didesak, Zaki mengakui kalau setelah kecelakaan wakt itu, dirinya langsung beranjak pulang.Tapi Kakak iparnya itu tidak mengatakan alasan apa pun kecuali merasa tak perlu diperiksa."Mas Zaki mana, Mas?" tanya Tania saat melihat suaminya berjalan ke arahnya."Dia dirawat. Lukanya terbilang cukup parah."Tania diam, ia sudah menduga. Tapi memang lebih baik jika kakaknya dirawat agar lekas sembuh."Vino dibawa ke rumah saja, tidak mungkin kamu tinggal di sini," ucap Hanif."Iya, Mas."Setelahnya, Tania pun beranjak ke arah ponakannya tersebut dan mengajaknya berkemas, ia juga memberi tahu alasannya. Keponakannya sudah besar, maka dari itu, Tania memberi tahu kondisi ayahnya saat ini.***"Kamu tidak kerja, Mas?" tanya Tania saat mereka telah sampai di rumah."Aku izin, sel

  • Mari Berpisah, Mas   bab 78

    "Aw!" pekik Hanif saat istrinya mencoba membersihkan lukanya. Walaupun bukan Dokter, Tania tahu cara membersihkan luka itu, dulu dirinya pernah diajari oleh ibunya."Ini ceritanya gimana sih, Mas?" tanya Tania. Kini ia duduk di samping suaminya dan membersihkan darah itu, setelahnya ia meneteskan obat merah pada luka itu."Pas jalan, aku enggak tahu kalau ada botol pecah," jawab Hanif sambil meringis kesakitan."Apa perlu kita bawa ke rumah sakit, Mas?""Tidak. Nanti juga sembuh kok.""Aku beli nasinya dulu, ya? Setelah itu kita pulang."Hanif mengangguk. Kini ia melihat kakinya yang terluka, jika dipakaikan sepatu, maka akan semakin terasa sakit. Masa iya tidak kerja lagi, ia kan habis libur panjang.***"Mas," panggil Tania saat suaminya fokus pada kemudi."Iya.""Aku tadi lihat Mbak Murni diseret orang.""Kapan?" tanya Hanif sambil menoleh ke arah istrinya."Tadi, Mas. Tapi saat aku ingin ke sana, kamu malah kena pecahan kaca."Hanif diam, bukan maksud apa, ia tak mau membahas mant

  • Mari Berpisah, Mas   bab 77

    "Apa ada saksinya, Mas, yang melihat kejadian itu?" tanya Tania saat ia sudah sampai di kediaman kakaknya. Melihat kondisi kakaknya, membuat Tania merasa prihatin. Bagaimana tidak, apa yang diucapkan Kakak iparnya itu tidak sesuai realita.Sewaktu di telepon Kakak iparnya mengatakan jika Zaki tidak apa-apa tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Di hadapan Tania, tubuh kakaknya itu mengalami banyak luka. Apalagi di lengan kirinya, goresannya cukup parah."Tadi ada yang melihat plat mobilnya, ada juga yang mengejar tetapi tidak kekejar," jawab Zaki sambil meringis kesakitan saat luka itu terasa nyut-nyutan."Bawa ke rumah sakit saja, Mas. Itu lukanya cukup parah loh," tawar Hanif. Dirinya pun sama seperti istrinya, tidak tega melihat kondisi kakaknya seperti ini."Tadi sudah dibawa ke Puskesmas terdekat. Ini sudah tidak apa-apa kok," jawab Zaki yang merasa tak enak dengan adiknya. Terpaksa ia harus berbohong karena tidak mungkin berkata sejujurnya. Mereka sudah mau membantu membenahi ge

  • Mari Berpisah, Mas   bab 76

    "Sekali lagi kamu menghina istri saya, maka mulut Anda akan saya sumpal dengan sandal ini!" bentak Hanif sambil menunjukkan sandal yang ia pakai."Ini Murni, kan?" tanya wanita itu yang seperti kebingungan."Dia Tania, bukan Murni!" tegas Hanif yang masin tak terima, apalagi melihat anaknya meringsut ketakutan saat melihat wanita itu marah-marah."Jadi bukan Murni?" tanyanya lagi memastikan."Apa mata Ibu sudah rabun sehingga tidak bisa membedakan mana Murni dan mana orang lain?" tanya Tania pelan tapi terdengar nyelekit."Saya rasa Ibu terlalu muda jika harus pikun," ucapnya lagi.Sedangkan wania itu tergagap menahan malu karena merasa salah sasaran. Kini ia lebih memilih menundukkan kepalanya tanpa berani menatap dua manusia di depannya."Maaf," ucap wanita itu. "Kata maaf mudah saja dilontarkan, tapi apa Ibu tahu imbas dari ucapan Ibu ini, anak saya ketakutan dan saya takut mempengaruhi mentalnya," jawab Tania sambil menatap tajam. Ia benar-benar tidak tahu siapa wanita ini, selam

  • Mari Berpisah, Mas   bab 75

    "Sekarang coba kamu lihat, mana ada aku tanggapi pesan Laura. Cemburu boleh, Sayang, tapi lihat-lihat juga," ucap Hanif pelan karena tak ingin membangunkan sang anak kalau sampai ia berbicara keras."Apanya yang dilihat, Mas? Aku dengar sendiri apa yang diucapkannya. Beruntung saja aku sendiri yang mengangkat teleponnya," sungut Tania. Kini emosinya ia luapkan pada Hanif, ia hanya ingin Hanif tahu kalau dirinya tidak suka ada perempuan lain yang menghubungi suaminya kecuali masalah pekerjaan, apalagi mendengar apa yang dikatakan Laura, ia seperti menangkap kalau wanita itu mengejar-ngejar suaminya."Terus aku harus bagaimana? Aku tidak melakukan apapun loh," bela Hanif. Berbicara pada orang yang tengah cemburu memang sangat sulit, maka harus ekstra sabar saat menghadapinya karena sedikit saja salah bicara, imbasnya akan panjang, dan hal itu yang sering terjadi saat ini."Aku enggak tahu, pokoknya aku enggak suka aja," jawab Tania.Hanif semakin mendekatkan tubuhnya lalu meraih jemar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status