Apa yang kamu rasakan saat kamu diminta menggantikan saudaramu di hari pernikahannya? Kaget, kecewa, atau marah? Itulah yang dirasakan oleh Nada Inayah Gunawan. Akibat Nadia Kamila Gunawan, kakaknya kabur dari rumah, Nada yang harus menjadi pengantin wanita pengganti untuk Alfarezel Narendra. Padahal yang Nada tahu, Nadia dan Alfa sudah berpacaran selama lima tahun dan siap untuk menikah. Nada dan Alfa yang merasa tak siap menjalani pernikahan ini akhirnya membuat kesepakatan untuk tidak tidur sekamar dan tidak mencampuri urusan masing-masing. Ketika Nada perlahan mulai mencintai Alfa dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Nadia muncul kembali dan ingin merebut Alfa dari Nada. Di sinilah Nada diuji, apakah ia akan bertahan atau menyerah.
View More"Mama mohon, Nak! Menikahlah dengan Alfa! Jangan sampai keluarga kita dan keluarga Narendra merasa malu karena kakakmu yang tiba-tiba lari!" pinta Viana.
"Nada gak bisa menikah dengan Kak Alfa, Ma! Nada gak cinta sama dia!" tegas Nada.
"Kamu harus mau, Nada! Atau Papa gak akan mengakuimu sebagai anak Papa lagi!" geram Gunawan.
Nada tertawa sumbang. Tak dianggap sebagai anak katanya? Padahal yang berbuat hal memalukan itu ada Nadia. Dia hanyalah korban keegoisan keluarganya yang selalu mementingkan kebahagiaan Nadia dan Fandi dibanding dirinya. Sedangkan pada Nada? Ia dianaktirikan.
"Pernikahannya akan dimulai nanti jam empat sore, jadi jangan melakukan hal konyol yang bisa mempermalukan kami!" cetus Gunawan.
Gadis berjilbab itu mendengus kesal.
"Baik. Nada penuhi permintaan kalian!" ujar Nada dingin.
Ia keluar dari kamar Nadia menuju ke kamarnya sendiri dengan wajah datar, meninggalkan kedua orang tuanya. Para asisten rumah tangga yang berada di lantai bawah sampai takut melihatnya.
Viana tersenyum getir. Dia paham akan perasaan Nada yang selalu diperlakukan tak adil oleh Gunawan. Bagi Gunawan, Nada adalah anak pembangkang. Nada selalu menentang apa yang orang tuanya inginkan. Lain halnya dengan Fandi dan Nadia. Kedua kakaknya selalu dimanjakan oleh orang tuanya. Apa pun yang dia inginkan selalu dituruti. Sedangkan dirinya selalu diminta mengalah. Seperti kali ini, dia diminta mengalah lagi padahal Nadia yang berbuat kesalahan.
Nada menjerit histeris di kamarnya yang kini jarang ia tempati. Sejak sang ayah menentang keinginan dirinya untuk menjadi seorang dosen, ia memutuskan keluar dari kediaman Gunawan dan memilih tinggal di apartemen yang tak jauh dari kampus tempatnya mengajar.
Sebenarnya, sejak ia tamat dari bangku SD, ia tak lagi tinggal di rumah. Saat kedua kakaknya masuk di sekolah bertaraf internasional, ia memilih masuk pesantren. Karena ayahnya tidak mau membiayai dirinya, ia pun menabung sedikit demi sedikit dari uang sakunya agar bisa hidup layak di lingkungan pesantren. Viana juga sengaja mengirimkan uang untuknya tanpa sepengetahuan Gunawan agar ia tak kekurangan selama hidup di pesantren. Saat masuk universitas, ia juga menolak kuliah di luar negeri dan memilih kuliah di Jakarta di salah satu universitas Islam jurusan Kimia hingga jenjang magister. Semua biaya kuliahnya berasal dari hasil keringatnya dan beasiswa, bukan dari sang ayah.
Nada kecewa pada orang tuanya karena tidak pernah memahami keinginannya, tetapi sebagai seorang anak, ia harus tetap berbakti pada mereka. Meskipun itu berarti ia harus menyimpan rasa sakit akibat diabaikan.
'Maaf, Nadia pergi meninggalkan kalian. Nadia belum siap menikah dengan Alfa. Sampaikan permohonan maafku pada Alfa.
Nadia'
Nada tersenyum kecut saat ia mengingat isi surat Nadia.
"Belum siap menikah katanya? Cih! Udah pacaran lima tahun, udah tunangan sejak enam bulan yang lalu, dan dengan semangat luar biasa dia teriak siap nikah. Eh, giliran undangan udah disebar ke mana-mana malah lari!" dengus Nada.
Suara ketukan pintu mengejutkannya. Masih dengan perasaan kesal, ia membuka pintu kamarnya.
"Ada apa?" tanyanya datar.
"Maaf, Nona. Para pegawai salon yang diminta untuk merias Anda sudah datang," kata salah satu asisten rumah tangganya.
Nada menghela napasnya dalam-dalam.
"Baiklah. Suruh mereka masuk ke sini!"
"Baik, Nona. Permisi!"
Nada hanya mengangguk.
Tak lama kemudian, mereka yang dimaksud sudah datang dan langsung ia minta untuk masuk ke kamarnya.
"Nona, Anda ingin perawatan wajah dan tubuh sebelum dirias? Anda masih memiliki banyak waktu sebelum acara dimulai," tawar salah satu terapis salon.
Waktu menunjukkan pukul 09.00. Nada pikir waktunya masih panjang sebelum akad nikah dilaksanakan. Ia pun mengangguk.
"Baiklah. Silakan Anda buka pakaian Anda!"
Nada menurut. Meskipun ini adalah pernikahan yang dipaksakan, ia tetap harus tampil sempurna di hadapan banyak orang, bukan?
Gadis itu perlahan melepas pakaiannya satu per satu dan ia memakai selembar sarung batik untuk menutupi tubuhnya. Ia menjalani serangkaian treatment untuk wajah terlebih dahulu, lalu untuk tubuhnya. Ia begitu menikmati apa yang dilakukan para terapis itu sambil sesekali berbincang dengan mereka.
"Baiklah, Nada! Persiapkanlah dirimu menjadi Nyonya Narendra junior!" batin Nada.
***
Narendra benar-benar geram atas sikap Nadia, sang mantan calon menantu. Ia meluapkan kekesalannya pada Alfa yang berani berniat menikahinya. Sejak awal Alfa dan Nadia berhubungan, Narendra memang tidak setuju. Ia lebih menyukai Nada yang menjadi menantunya. Pria paruh baya itu begitu terpikat dengan sosok Nada Inayah Gunawan. Gadis itu cantik, cerdas, good attitude, dan yang pasti shalihah. Ia sangat jauh berbeda dengan Nadia yang kata Gunawan begitu membanggakan, tetapi akhlaknya berbanding terbalik dengan Nada.
Narendra dan Gunawan adalah sahabat baik. Mereka selalu bersama sejak mereka masih kecil hingga usia mereka yang sudah lewat dari setengah abad ini. Mereka pun pernah membuat perjanjian bahwa bila mereka memiliki anak yang berbeda jenis kelamin, mereka akan menjodohkan kedua anaknya.
Tania, istri Narendra muncul dengan tergopoh-gopoh setelah mengangkat telepon dari Viana di dapur.
"Mas, pernikahan itu tetap akan berlangsung. Tapi, yang jadi pengantinnya itu Nada."
Narendra tersenyum sumringah. Ia menengok sang putra yang tercenung karena mendengar ucapan sang ibu.
Nada? Batin Alfa bertanya-tanya. Gadis berjilbab itu adiknya Nadia dan dia ingin menggantikan kakaknya? Alfa memang pernah bertemu beberapa kali, tetapi kesannya pertamanya tentang gadis itu adalah jutek, tanpa ekspresi. Ia sedikit tersinggung saat ia memperkenalkan diri pertama kali justru ia menerima penolakan jabat tangan. Geram? Tentu saja. Ia yang berparas tampan ditolak berjabat tangan oleh seorang gadis membuatnya selalu kesal setiap kali bertemu hingga sekarang. Kini ia akan menikahi gadis itu. Sebuah seringai terbit di wajahnya. Ia akan membuat gadis itu bertekuk lutut di hadapannya.
"Gimana menurut kamu, Alfa?" tanya Tania lembut.
"Gak masalah kok, Bunda. Daripada semuanya kacau. Bukankah itu malah membuat kita malu? Nada juga gadis yang manis," timpal Alfa.
"Baguslah kalau begitu. Pernikahan kalian akan tetap berlangsung sesuai rencana," ujar Narendra.
"Benar, Nak! Bunda udah gak sabar banget liat Nada. Dia itu calon menantu idaman Bunda!" jerit Tania.
"Calon menantu idaman?"
"Iya dong, Alfa. Bunda sama ayah sebenarnya lebih berharap kamu sama Nada daripada Nadia," celetuk Tania.
Alfa mendengus. Ia memilih duduk di sofa ruang tamu sambil mengusap kasar wajahnya. Ia mengambil ponselnya dari saku celananya. Ia kembali membaca sebuah pesan Whatsapp dari Nadia.
'Maafkan aku, Sayang. Aku belum siap menikah sama kamu.'
Alfa berdecih. Padahal gadis yang sudah menjalin hubungan dengannya selama lima tahun itu yang paling semangat soal pernikahan. Ia hanya menuruti saja keinginannya. Ia mencoba menelepon Nadia, tapi hasilnya tetap sama. Ponselnya tidak aktif.
Kini ia harus menerima kenyataan bahwa Nada yang akan bersanding di pelaminan bersamanya. Gadis yang tidak ia cintai, atau mungkin belum bisa ia cintai.
***
"Saya terima nikahnya Nada Inayah Gunawan binti Gunawan Adiwijaya dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan perhiasan emas seberat 150 gram dibayar tunai!" ucap Alfa lantang sambil menjabat erat tangan Gunawan.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"SAH!" ucap dua orang saksi dengan lantang.
"Alhamdulillah!" seru para hadirin.
"Baarakallahu lakumaa wa baaraka 'alaikumaa wa jama'a baina kumaa fi al-khair"
Alfa menunggu sang istri dengan dada berdebar. Ia terus menundukkan kepala sambil meremas kedua tangannya. Bahunya ditepuk hingga ia menoleh pada sang bunda yang tersenyum penuh arti.
"Pandangi istri kamu! Cantik, kan?" bisiknya.
Alfa memperhatikan Nada yang melangkah dengan anggun menuju ke arahnya. Matanya tak berkedip melihat wajah cantik Nada dengan polesan natural sang MUA.
Nada mengambil tangan suaminya lalu mengecupnya dengan kesungguhan. Begitu juga dengan Alfa yang langsung memajukan bibirnya untuk mengecup kening istrinya. Mereka kelihatan gugup setelah melakukannya. Setelah itu, mereka bertukar cincin dan melakukan sungkeman dengan kedua orang tua dan mertua mereka untuk memohon ridha dan restunya agar pernikahan mereka selalu dilimpahi keberkahan dari Allah, terlepas dari rasa terpaksa yang ada di hati mereka.
Setelah acara akad nikah, mereka langsung melakukan resepsi di tempat yang sama, yaitu hotel milik keluarga Narendra. Resepsi dengan konsep perpaduan adat Bugis dan Sunda membuat para tamu terpukau dengan suasananya.
Pukul 21.00 acara berakhir. Alfa dan Nada diminta untuk beristirahat di kamar yang sudah disiapkan untuk mereka. Alfa berjalan lebih dulu disusul Nada beserta dua orang dari Wedding Organizer untuk membantu melepaskan pakaian pengantin mereka.
Alfa yang selesai lebih dulu langsung membawa pakaian gantinya ke kamar mandi. Sedangkan Nada masih harus melepas jilbabnya dan pakaian pengantinnya. Sepuluh menit kemudian Alfa keluar dari kamar mandi dalam keadaan sudah berpakaian lalu keluar begitu saja dari kamar. Ia membiarkan Nada yang baru selesai melepaskan gaunnya untuk membersihkan diri.
Setengah jam berlalu. Nada yang sudah bersiap untuk tidur masih menunggu Alfa yang tak kunjung kembali. Ia memilih membaringkan tubuhnya di ranjang king size itu dan tak lama kemudian matanya terpejam.
Alfa terbaring lemah di ranjang, menunggu sang istri yang sedang membersihkan dirinya di kamar mandi. Kedua matanya terpejam sembari berusaha menahan rasa sakit di kepalanya. Perlahan, setetes darah keluar dari lubang hidungnya."Ya Allah, apa yang harus kukatakan pada istriku?" gumamnya, lirih.Pintu kamar mandi terbuka. Nada tampak lebih segar dengan pakaian lengkap yang menempel di tubuhnya. Ia membawa baskom kecil berisi air hangat dan selembar handuk kecil. Ia ingin menyeka tubuh suaminya dan mengganti pakaiannya agar ia merasa nyaman."Aa', aku buka pakaiannya, ya!" ujar Nada.Alfa mengangguk lemah. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lemah saat ini.Sementara istrinya menyeka tubuhnya, Alfa memperhatikan wajah cantik wanita yang tengah mengandung darah dagingnya. Sungguh, ia tak sampai hati bila akhirnya ia akan meninggalkan istrinya."Aa' kenapa?" tanya Nada khawatir.Alfa menarik perlahan lengan Nada agar ia bisa memeluk tubuh wanita yang ia cintai."Maaf, Sayang. Aku sudah me
Nada terbangun saat ia merasakan hembusan napas teratur di ceruk lehernya. Tak lupa sebuah lengan kekar yang memeluknya begitu erat. Pukul 02.00 dini hari saat ini. Perlahan, ia menoleh ke arah suaminya yang masih terlelap. Seulas senyum tipis terpatri di wajah cantiknya. Ia perhatikan kedua mata Alfa yang tertutup rapat beserta alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, pipinya yang tirus, kumis dan janggut yang mulai tumbuh lebat, dan bibirnya yang tipis. Wajahnya tiba-tiba merona lalu menunduk ketika mengingat kejadian tadi. Mereka sempat menghabiskan waktu dan tenaga dalam permainan panas. Tiba-tiba sebuah kecupan terasa di keningnya. Nada mendongak pada sang suami yang kini tersenyum jahil."Tidurlah lagi, Sayang!" Suara serak Alfa terdengar begitu seksi di telinga Nada."Aku ingin ke kamar mandi, A'."Nada berusaha melepaskan pelukan Alfa yang semakin terasa erat."Please, deh, A'! Aku gak mau pipis di sini!"Alfa membuka matanya. Ia terkekeh lal
Nada meletakkan bantal di bawah kepala Nadia secara perlahan. Setelah itu, ia pandangi wajah sang kakak yang tertidur lelap di sofa ruang tamu. Masih terlihat jelas jejak air mata di pipinya akibat terlalu lama menangis. Nada menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Mendengar pengakuan kakaknya tentang pria yang telah menghamilinya membuatnya merasa kasihan. Namun, di sisi lain, ia juga tak habis pikir karena Nadia meminta Alfa bertanggung jawab atasnya. Relakah Nada? Tentu saja tidak. Ia tak akan membiarkan hal itu terjadi. Baginya, hubungan mereka hanyalah tinggal kenangan dan sebagai seorang istri, ia pun berhak mempertahankan rumah tangganya dengan pria yang sangat ia cintai. Ia tidak peduli bila ia harus berurusan dengan ayahnya yang sangat keras kepala itu. Toh sejak awal, ia sudah dianggap durhaka olehnya. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh ke arah pintu. Ia menjawab salam sembari tersenyum lalu menghampiri suaminya yang juga tersenyum pad
Sinar matahari semakin terasa menyengat saat Nadia bangun dari tidurnya. Ia menengok ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 10.00. Akhir-akhir ini, ia semakin sulit tidur karena perutnya yang semakin besar membuatnya semakin tidak nyaman. Ia pun segera ke kamar mandi karena ia sangat ingin buang air kecil. Setelah menuntaskan hajatnya, ia segera turun menuju dapur. Ia melihat ibunya sedang bersantai di ruang keluarga. "Pagi, Mama!" seru Nadia. Viana hanya menatapnya sekilas lalu kembali menonton layar datar berukuran 42 inchi. Hati Nadia serasa tercubit karena sang ibu bersikap acuh tak acuh padanya. Ia memilih ke dapur untuk memakan apa saja yang tersedia di sana. Saat ia membuka tudung saji, ia tidak mendapatkan apa-apa. Ia mendengus kesal, lalu ia membuka kulkas dan hanya mendapatkan telur dan sosis. Ia pun membuat omelet sebagai menu sarapan pagi yang sudah sangat terlambat. "Baguslah kalau kamu tahu diri! Karena mulai saat ini, kamu harus belajar mem
Pukul 21.00, Nada terbangun saat merasakan mual di perutnya. Dengan tergesa-gesa, wanita itu melepaskan pelukan erat di perutnya dan berlari ke kamar mandi. Hal itu membuat Alfa terkejut. Pria itu menyusul ke kamar mandi untuk melihat keadaan istrinya."Sayang, masih mual?" tanya Alfa seraya memijat tengkuk sang istri."Kenapa ke sini, A'? Kan gak enak kalau kamu lihat aku muntah-muntah," timpal Nada lirih."Aku harus membiasakan diriku, Sayang. Kamu juga begini karena mengandung anakku," ujar Alfa lembut.Nada segera berkumur dan membersihkan bekas muntahannya di wastafel."Aa', aku lapar!" rengek Nada yang memeluk lengan sang suami dengan manja. Alfa terkekeh mendengarnya."Ya sudah. Kita makan dulu. Makan malam kita yang tertunda," ujar Alfa sembari mengedipkan sebelah matanya."Memangnya siapa yang membuat kita terlambat makan malam?" sindir Nada.Lagi-lagi Alfa terkekeh dan segera menggendong tubuh istrinya menuju ruang ma
Setelah makan siang bersama, Fandi mengajak Nada jalan-jalan ke mall. Fandi ingin memanjakan sang adik dengan barang-barang yang adiknya inginkan. Ia bahkan membelikan paket perawatan wajah dan tubuh untuknya. Sudah lama sekali rasanya ia tak melihat tingkah manja Nada."Ada lagi yang mau kamu beli?" tanya Fandi sambil mengajaknya duduk di salah satu kedai es krim. Fandi memesan es krim untuk dirinya dan adiknya pada salah satu pelayan, lalu pelayan itu pergi."Ini kebanyakan, Kak. Yang aku mau cuma satu gamis, satu jilbab, sama skincare. Ini malah jadi kayak habis borong satu mall!" Nada mencebik.Fandi terkekeh melihat ekspresi adiknya."Sengaja. Sekali-sekali kan gak apa-apa. Sama adik sendiri ini," ujar Fandi sambil tersenyum."Sama istri kapan?" tanya Nada jahil.Fandi memutar bola matanya malas."Karena gak jadi hari ini, ya besok!" celetuknya asal.Nada memukul lengan Fandi."Astaga, Dek! Kamu kok mukul Kakak, sih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments