Share

3. Mendapatkan Jawabannya!

Tawa ketiga teman Jordan meledak bersama. Sementara Jordan melotot kesal pada mereka.

“Karena itu kamu jangan sampai kalah. Oke? Kami tidak sabar mau membawa mobil keren kamu berkelana, bahkan keluar Sydney. Siapa tahu aku ingin berlibur ke Brisbane.” Warren menaikkan alisnya memanas-manasi Jordan.

“Oke. Aku terima. Jika aku menang, kalian mau kasih apa?” Gantian Jordan menantang ketiga temannya. Dia tahu mereka tidak mungkin kasih sesuatu yang besar. Dari antara mereka, Jordan memang yang paling berkantong tebal. Ronald dan Warren anak pengusaha juga, tetapi bisnis orang tua mereka tidak sebesar keluarga Hayden. Sedang Louie, ayahnya wakil direktur di salah satu anak perusahaan milik keluarga Jordan.

“Hm, kamu mau menjebak kami?” Dengan pandangan makin tajam, Warren memajukan badan, mendekat pada Jordan.

“Ini bukan hal sepele. Menikah, huh? Itu berurusan dengan harga diriku!” tegas Jordan.

“Okelah. Kami akan pikirkan. Besok malam, kita bertemu lagi, kita kunci kesepakatan kita. Aku sudah kangen menyentuh Laura.” Ronald berdiri. Di sisinya sudah menunggu wanita cantik dengan gaun seksi berwarna merah membara. Tangan Laura mulai menyentuh lengan Ronald yang berotot itu.

“Yup, setuju. Aku mau melantai dulu, cari yang segar malam ini. Mau ikut, Joy, Louie?” Warren juga berdiri, mengajak dua temannya yang masih duduk di tempatnya.

Louie mengikuti Langkah Warren, sedang Jordan, dia tenggak lagi minumannya hingga ludes. Dari belakang, seorang wanita yang hanya mengenakan kain sekadar menempel di badannya mendekati Jordan. Dia langsung merangkul Jordan dan mendaratkan kecupan mesra.

“Kamu tidak menginginkan aku malam ini?” Suara wanita itu dibuat begitu rupa melempar pesona pada Jordan.

Tanpa bicara, Jordan berdiri dan menggandengnya, meninggalkan hingar bingar ruangan itu. Jordan membawa wanita itu menuju ke apartemen tempat dia tinggal, bersiap menghabiskan malam panjang di sana.

*****

Jordan tersenyum lebar. Dia tahu pasti dia akan memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Dia mulai yakin bisa mendapatkan seorang wanita dan menikah dalam waktu tiga bulan. Siapa yang mengira, dua orang pelayan di club berbicara tentang pendaftaran reality show At the First Time I Meet You. Saat mendengarnya, Jordan seketika menemukan jalan termudah mendapatkan wanita yang bisa menjadi istrinya. Jordan mendapatkan jawabannya!

Semalaman, Jordan hanya menyimpan saja informasi itu di kepalanya, karena dia sibuk bermain panas dengan wanita yang dia bawa pulang. Pagi ini, sambil duduk di balkon, memandang ke laut lepas, melihat gedung besar yang indah, ikon Sydney, Jordan membuka web untuk mendapat info lebih lengkap tentang acara itu.

“Oke, aku daftarkan diriku. Mereka minta data, ayo kita isi. Aku siap beraksi.” Tangan Jordan mulai mengetik, menjawab apa saja data yang diminta.

Ada beberapa keterangan yang Jordan merasa dia tidak bisa membuka pada orang lain, khususnya tentang keluarga. Jordan memutar otak, mencari jawaban agar membuat para ahli dalam acara itu tertarik padanya dan akan menemukan pasangan yang tepat untuknya.

“Mantap, Jordan. Kamu adalah pria yang mendambakan cinta dari wanita yang tulus. Kamu pria kesepian karena terlalu sibuk bekerja dan ingin pendamping yang peduli denganmu, memahami kesibukan dan situasi kamu. Lalu …” Jordan terus mencatat alasan mengapa dia ikut acara itu dan layak dipilih.

“Sayang, sudah bangun? Sepagi ini kamu sudah sibuk?” Wanita Jordan tiba-tiba sudah di belakangnya dan melingkarkan tangan di leher Jordan.

“Kamu bisa pergi, Ellen. Cek saja rekening kamu nanti.” Jordan tidak tergerak, dia sedang fokus dengan apa yang ada di tangannya.

“Ah, kukira pagi yang dingin akan membuat kamu bergairah.” Ellen mengecup pipi Jordan, masih berusaha merayu.

“Aku tak perlu mengulang kata-kataku, Ellen.” Jordan tak bergeming. Dia mau Ellen segera beranjak.

“Baiklah. Kalau kamu butuh aku malam ini, aku di club dari jam tujuh malam.” Ellen melepaskan Jordan, berbalik kembali ke dalam kamar.

Jordan membaca ulang semua data yang dia tuliskan. Dia screenhoot untuk catatan dirinya sendiri. Dia harus menghafal perannya kali ini. Jordan Gerald Hayden yang malang dan perlu sentuhan cinta. Senyum-senyum sendiri, Jordan merasa yakin dengan yang dia tuliskan di sana, dia klik. Terkirim sudah.

Dia tinggal menunggu jawaban. Jika diterima, maka ada wawancara langsung dengan para ahli untuk memastikan Jordan akan tepat berpasangan dengan siapa. Dalam bayangan Jordan, tampak wanita berambut merah, bergelombang indah, dengan postur tinggi, seksi, dan bibir tipis menawan. Andai wanita seperti itu yang akan muncul di hari pertama bertemu, di altar.

“Oh, God … kenapa aku membayangkan diriku menikah?” Jordan nyengir, merasa lucu dengan dirinya sendiri. Ini hanya taruhan. Dia tidak tahu apakah dia cukup pantas diterima, meskipun Jordan boleh dibilang percaya diri.

Ada desiran halus di hatinya saat memikirkan hari pernikahan. Jordan tidak paham kenapa, padahal selama ini buatnya, pernikahan itu pilihan paling akhir dari deretan banyak hal yang dia bisa lakukan. Jordan masuk ke dalam kamarnya yang sudah kosong. Dia melompat ke atas kasur dan melanjutkan berkhayal.

*****

Dada Clarabelle masih saja berdegup kencang, meskipun sudah membaca kesekian kali berita dari tim At the First Time I Meet You. Dia menjadi salah satu yang terpilih dan akan segera mengikuti wawancara untuk masuk ke tahap berikutnya.  Rencana Clarabelle mendaftar ke acara itu untuk mendapatkan seorang suami makin terbuka. Satu Langkah lagi, maka dia akan menemukan pendamping hidup, memenuhi keinginan ayahnya.

“Huufffhh … kenapa aku merasa tidak tenang?” Clarabelle memejamkan mata, menetralkan nafasnya agar tidak dag dig dug begitu rupa. “Apa yang akan mereka tanyakan nanti? Jika benar aku terpilih, pria seperti apa yang akan mereka antarkan padaku?”

Beberapa tayangan yang pernah dia tonton dari reality show itu mulai bermunculan dalam ingatan Clarabelle. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin saja diajukan padanya beterbangan dalam pikirannya. Lalu pria seperti apa yang dia dambakan, juga bisa jadi akan mereka minta untuk Clarabelle jelaskan.

“Ah, mudah-mudahan ini benar-benar langkah yang tepat. Aku harus bicara pada papa sebelum aku memenuhi panggilan wawancara.” Clarabelle masih berusaha menenangkan dirinya. Belum juga bertemu para ahli cinta, Carabelle begitu gelisah. Ada juga rasa senang, karena jika benar dia masuk kebabak berikutnya, keinginan terbesar ayahnya akan segera terwujud.

“Ya Tuhan, bagaimana caraku bicara pada papa? Tidak mungkin aku diam-diam saja, lalu pulang membawa seorang suami. Papa harus datang di acara itu, merestui aku.” Kegelisahan yang lain kini menghampiri. Jika dia bicara pada Adriano soal pernikahan ini, apakah restu akan diberikan padanya?

Akhirnya Clarabelle memutuskan menunda bicara pada papanya hingga dia selesai melakukan wawancara. Ternyata saat bicara dengan pada ahli, Clarabelle justru merasa yakin dengan pilihannya ikut dalam reality show itu. Dia merasa jalan untuk mendapat pasangan terbaik dengan ikut acara ini adalah langkah yang benar.

Dan Clarabelle harus siap dengan jawaban ayahnya saat mengatakan dia mengikuti At the First Time I Meet You, dan para ahli cinta itu memutuskan dia akan menjadi salah satu dari tujuh pasangan lain yang terpilih.

“Apa, Lala? Kamu ikut acara itu?” Adriano sangat terkejut. Matanya melebar, tangannya dengan cepat meraih lengan Clarabelle. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status