Share

5. Trauma Berat

Author: Aloegreen
last update Last Updated: 2024-12-31 16:24:58

"Argh, rasanya aku mau gulung bumi! Dia itu nyebelin banget jahilin aku terus!" wajah Nayla memerah lantaran geram.

Sudah tiga hari Nayla menghadapi candaan Shaka yang terus menaikkan alur panas di wajahnya.

"Artinya dia sayang kamu." Vira memesan dua dimsum dan jus stroberi di kantin kantor, kemudian duduk bergabung dengan Gilang. 

Gilang yang sedang memakan ayam goreng sampai tersedak kaget. 

"Tapi .... tapi nggak harus setiap hari juga, dong. Setiap kali ada celah dia pasti jahilin aku! Nggak sesuai sama mukanya yang diam sedingin es!" Nayla merengut duduk di sebelah Gilang mengikuti Vira. 

Gilang menatap kedua seniornya bergantian. Nasib menjadi junior yang terlalu baik dan menurut pasti akan diajak ghibah. 

"Lah, aku kalau punya pasangan jahil malah seneng kali, Mbak. Enak diajak bercanda daripada marah-marah mulu," sabut Gilang santai. 

"Diam kamu mulut jigong. Jangan nambah beban perasaan aku." tunjuk Nayla membuat Gilang bergidik. "Emangnya rasa suka bisa tumbuh dengan candaan yang bikin aku mau gigit jari?! Ah, dia emang aneh sejak lahir!" 

Vira berdecak sabar, "Sekarang aku tanya. Kamu punya pacar?" 

Nayla menggeleng.

"Punya Crush?" 

Nayla menggeleng lagi.

"Punya gebetan yang ngebet mau ngelamar kamu?" 

Jawaban Nayla masih sama. 

"Yaudah berarti terima aja si Shaka. Dia ganteng, karir mapan, kalian sama-sama kenal sejak kecil dan nggak semua cewek bisa seberuntung kamu buat dapatin si Shaka." Vira memukul meja makan sampai seluruh penghuni kantin menoleh ke arahnya. 

Nayla jadi meminta maaf pada semua orang lewat senyuman. 

"Masalahnya aku nggak ada rasa sama dia." merebut dimsum Vira dan ayam goreng Gilang begitu saja. 

Gilang ternganga ayamnya hilang.

"Nay, cinta itu bisa tumbuh seiring waktu. Banyak yang nikah tanpa dasar cinta, tapi ujung-ujungnya mereka awet, tuh, sampai tua," tutur Vira pelan. 

"Kamu pikir hidup aku sama kayak drama?" Nayla berpangku tangan lemas. 

Pikiran Nayla berkelana melihat lalu-lalang para karyawan yang sibuk memilih makan siang. Ada yang muda, tua, paruh baya, paling banyak yang sudah berkeluarga dan memiliki banyak anak. Setidaknya kehidupan terus berlanjut untuk mereka. Sedangkan dirinya berbeda.

Mungkinkah hidupnya akan berhenti sampai di titik ini bersama Shaka? 

"Soal mantannya ... kamu nggak nanya lebih lanjut?" Vira membuyarkan lamunan Nayla. 

"Enggak, buat apa." 

"Hati-hati, Mbak Nay, kalau suaminya direbut gimana?" celetuk Gilang. 

"Bocah bau kencur jangan sok nasehatin. Cari pacar sana biar tau gimana rasanya jadi aku." ledek Nayla ke Gilang.

"Ih, maaf, ya, aku udah punya gebetan, hehe." Gilang cengar-cengir. 

Nayla saling lirik sama Vira, "Siapa? Anak sini, ya?" 

Gilang mengangguk, "Udah cantik, baik, suka bersih-bersih, tapi aku belum tau namanya." 

"Cie, cinta dalam diam ceritanya?" goda Nayla.

"Biarin aja yang penting nggak kayak Mbak Nayla yang nggak mau jatuh cinta sama suaminya sendiri," sindir Gilang tak mau kalah.

Nayla langsung terdiam. 

"Hahaha, kena mental. Udah buruan makan keburu jam istirahat habis," kata Vira.

Rasanya ingin Nayla cincang Gilang sekarang juga andai mereka tidak berada di tempat keramaian. 

Setelah kejadian pulang kerja waktu itu, Shaka menyuruh Nayla untuk meminta jemput dirinya mengingat jarak Bekasi dengan Jakarta lumayan jauh. Seperti saat ini dia membereskan seluruh isi mejanya dan menunggu jemputan Shaka. 

"Perhatian-perhatian! Ada pengumuman baru dari bos! Buruan buka grup sekarang!" 

Mendadak Gilang heboh setelah keluar dari ruangan pemimpin untuk menyerahkan laporan harian. Seketika Nayla mengecek grup chat perusahannya yang memang terjadi kehebohan. 

"Apa?! Kita bakalan ada proyek besar-besaran buat mempromosikan produk baru? Oh, yang serum anti penuaan sekaligus mampu membuat wajah glowing dalam sebulan itu?" pekik Nayla. 

Gilang langsung menghampiri Nayla sampai hampir terpeleset. 

"Bukan cuma itu aja! Kita bakal tour promosi di Jakarta!" 

"Hah?! Semuanya ikut?!" Nayla ikut teriak. 

"Iya semuanya!" Gilang mengangguk ekstra sampai rambutnya rontok.

"Kapan dimulai?" Nayla menepis udara di depan mata Gilang. 

"Ditetapkan satu minggu kemudian. Jadi semua diharapkan bersiap dan menyelesaikan pekerjaan semaksimal mungkin sampai acara tersebut dilaksanakan. Bakal ada banyak bonus menanti. Kabarnya kita juga ambil Brand Ambassador dari model ternama yang lagi Booming di majalah kecantikan. Astaga, aku nggak sabar buat ketemu sama modelnya!" mata Gilang berbinar sementara mata Nayla hijau penuh dengan uang. 

"Bonus?! Wah, nggak sabar banget nungguin bonus! Eh, tour promosi maksudnya." cengir Nayla terlalu semangat.

Di dalam perjalanan Nayla senyum-senyum sendiri sehingga Shaka heran. Biasanya Nayla akan tenang jika sudah berada bersama Shaka. 

"Kamu kesurupan?" 

Nayla menoleh cepat, "Kamu kali kesurupan." 

"Aku nggak senyum-senyum mengerikan kayak kamu." 

Untungnya jalanan lancar tidak ada kendala seperti biasanya. 

"Kantor aku bakal ada agenda besar minggu depan. Kita mau tour promosi besar-besaran di Jakarta. Aaa, aku seneng banget soalnya bakal dapat banyak bonus!" mata Nayla mengkilap.

Senyum Shaka tersungging. "Beneran? Kalau gitu aku nggak perlu jemput kamu." 

"Ck, ngomong aja capek. Udah kubilang bisa pulang sendiri naik ojol." 

"Kamu pulangnya hampir malam, Nay, takutnya kenapa-napa. Kalau kecelakaan kayak waktu itu gimana? Belum lagi rawan begal sama penculikan," tutur Shaka panjang.

Nayla berkedip pelan mendengarkan ocehan itu. 

"Shaka ... ini perasaan aku doang apa gimana kalau kamu itu agak cerewet sejak kita nikah. Iya, 'kan?" goda Nayla ingin mencolek pipi Shaka. 

Shaka melirik Nayla sebentar, "Ketularan kamu!" 

Nayla tergelak pelan, "Terserah, lah, tapi kamu lucu. Emm, aku cuma tertarik sama bonusnya, sih, nggak ke acaranya. Kalau bukan karena tuntutan kerja aku pasti nggak bakal ikut." 

"Ikut aja sekalian gabung sama karyawan lain biar traumamu terobati."

"Oh, tidak akan terjadi karena aku hanya berteman sama Vira dan si junior Gilang aja. Lainnya palsu semua." Nayla membuat tanda silang dengan tangan.

Shaka menoleh cukup lama memperhatikan Nayla yang terus tersenyum dengan mudah mengatakan hal itu. Namun, bagi Shaka itu terlalu pahit. 

"Nayla," panggil Shaka. 

"Hmm?" Nayla menatapnya. 

"Separah apa dirimu saat kutinggal dulu?" 

Garis manis di bibir Nayla seketika hancur. Dia tidak mengira jika Shaka akan mempertanyakan masa lalunya di saat dia tidak menghiraukan kedekatan Shaka dengan mantan kekasihnya. 

"Kamu yakin mau tau?" 

Shaka bisa merasakan getaran dari suara Nayla yang berubah. Gadis itu menunduk merubah atmosfer. 

"Kalau kamu cari di kantor polisi sama cacatan psikiater, kamu bakal nemuin nama aku." 

Shaka tersentak sampai mulutnya sedikit terbuka. 

"Selebihnya aku cuma mau mikirin bonus sekarang, hehe. Gajinya lumayan besar, jadi aku harus kerja keras buat nuntasin kerjaan besok. Semangat!" mengepalkan tangan dengan wajah secerah mentari tak sanggup meredam keterkejutan Shaka. 

Wajahnya sampai berkeringat membayangkan hal-hal yang tidak ingin dia bayangkan. Shaka menunduk memikirkan semuanya. 

"Separah itu, kah, mental kamu, Nayla?" 

Suara rendah Shaka menenangkan kepalan tangan Nayla hingga gadis itu kembali terdiam. 

"Kerusakannya tidak bisa diperbaiki lagi," nadanya kian melirih.

Shaka menatapnya dengan pandangan lembut nan tajam yang tidak bisa Nayla mengerti. 

"Jika hanya aku yang bisa kamu percaya, silahkan. Dambakan aku sesukamu. Pakai aku sesuka hatimu, jika itu obat terbaik untukmu." 

Aliran darah Nayla seketika membeku. Dia terhipnotis oleh sepasang mata itu. Andai mereka bukan berada di dalam mobil pasti tatapan itu akan berlangsung sangat lama. 

Keduanya terpaksa harus bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa meskipun sulit menyangkal jika detak jantung Nayla lebih cepat dari kecepatan mobil sekarang. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Married to My Childhood Friend   49. Jangan Sentuh Suamiku

    Shaka mendadak pusing dan semakin lama semakin tak terkendali. Penglihatannya mulai buram. Dia tidak dapat melihat dengan jelas jika Nayla dan Verlin sedang bersitegang di depannya. Namun, Shaka mencoba untuk tetap terjaga. "Kau biadab! Kau bahkan sampai meracuni minuman Shaka?!" Nayla naik pitam. Shaka sendiri kaget karena Nayla tiba-tiba menaikkan nada bicaranya."Aku tidak akan segan-segan lagi kali ini, Verlin! Hari ini kau sudah sangat keterlaluan! Demi mendapatkan Shaka kembali kau sampai meracuninya? Di mana otakmu?! Dasar tidak waras!" Verlin terbungkam dengan mata membulat. Dalam hati dia bingung bagaimana Nayla bisa menyusulnya masuk. Bukankah dia sudah disibukkan dengan teman-temannya di bawah. Nayla langsung menarik tangan Shaka membuat Shaka kaget untuk yang kedua kalinya. "Ayo, Shaka, kita pergi." Namun, Shaka melenguh dan tubuhnya lemas. Dia terus memegangi kepala sambil menggeleng supaya penglihatannya tetap tajam. "Nayla?" bicara dengan nada lemah nan bingung.

  • Married to My Childhood Friend   48. Niat Jahat di Club Malam

    Benar, dia Verlin yang sama seperti yang mereka duga. Detak jantung Nayla serasa tidak bisa dirasa. Mengapa wanita itu datang? Tidak mungkin dia menyusul dirinya sampai ke tempat ini bukan. "Dasar penguntit. Kenapa dia berkeliaran dimana-mana," gerutu Nayla dalam humaman. Dentuman sepatu Verlin semakin dekat ke pusat tempat mereka duduk. Seluruh pandangan pun tertuju padanya. "Hai, Tuan. Maaf aku terlambat karena masih ada hal kecil yang harus ku selesaikan di pemotretan, haha. Kuharap aku tidak membuatmu menunggu lama." Verlin menjabat tangan kolega Shaka dan memberi salam melalui pipi ke pipi. Sudut bibir Nayla langsung menungging. "Ha?" heran Nayla. "Hahaha, mana mungkin aku menunggu lama. Duduk, duduklah. Eee, pelayan, tambah lagi alkoholnya!" seru orang itu. "Oh, maaf, aku sedang diet. Alkohol bisa membuatku terlihat jelek di kamera." bisik Verlin manja dan manis dan orang itu tertawa ringan. Mulut Nayla semakin terbuka mendengar penolakan halus apa Verlin. Jelas dia tahu

  • Married to My Childhood Friend   47. Dinamisme Hiburan Dunia Malam

    Di tengah kota, ada satu tempat yang tidak pernah Nayla kunjungi. Itu bernama Great Waterfall. Dan Shaka diundang di sana. Mengulak-ulik surat undangan dari kolega, jas kantor masih melekat di badan Shaka sore dini hari. Di meja dekat nakas ruang tamu Nayla menghampirinya dengan kondisi rambut basah habis mandi. "Apa itu?" Shaka terkejut tiba-tiba Nayla ada di sampingnya. Rambut Nayla masih sedikit basah. Handuk kecil tersampir di pundak. Aroma mawar merah muda mencuat kuat dari tubuhnya.Shaka terdiam sejenak."Nayla..." suaranya hampir berbisik, "Kenapa bisa basah begini?"Nayla meringis, "Kamu aja yang nggak langsung mandi. Habis pulang kerja enaknya tuh mendinginkan akal sehat di kamar mandi tau. Itu apa?"Shaka meneguk ludahnya pahit lalu menggeleng kecil, "Ini undangan dari kolega kantor.""Hmm? Undangan?" Nayla mengambil undangan itu sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecilnya, "Kok, bentuknya agak aneh?""Ya ... namanya emang agak aneh. Itu di ... Great Waterfall." Sh

  • Married to My Childhood Friend   46. Di Atas Ranjang

    Tepat satu jam setelah Shaka pulang, Nayla tiba di rumah. Namun, situasi sedang tidak baik-baik saja. Ini seperti perang dingin yang sangat membingungkan. Shaka tidak bertanya bagaimana Nayla bisa pulang. Kenapa tidak ada pembicaraan di antara mereka dan setiap kali Nayla mendekat Shaka selalu menghindar. Apakah Shaka benar-benar akan menunggu sampai jam dua belas malam? Nayla pun tidak habis pikir dengan laki-laki itu. "Baiklah kalau mau menunggu. Aku juga mau menunggu. Sambil tidur." Nayla meringkuk di sofa ruang tamu dan membiarkan TV menyala. Sayangnya, keduanya tidur sampai pagi menjemput di ruang yang berbeda. Sadar-sadar Nayla sudah bangun di pagi hari dan Shaka sudah tidak ada. Brak! "Astaga! Kenapa lagi ini anak? Datang-datang ngamuk meja?" Vira terjingkat sampai menghentikan tangannya yang menari di atas keyboard. Nayla cemberut, duduk di kursinya sambil menghidupkan komputer, "Shaka marah tau.""What?! Cowok setenang itu bisa marah?! Kamu apain?!" Vira sampai ikutan

  • Married to My Childhood Friend   45. Nayla Tertangkap Basah

    Perasaan aneh muncul di setiap menit berkendara. Rasanya Nayla ingin putar arah dan melihat ke belakang. Pandangan kabut berasap di jalanan semakin menyibak penasaran. "Jangan-jangan Shaka benar-benar mau dihasut olehnya. Aku bukan takut Shaka mau direbut, tapi ... untuk jaga-jaga saja. Apa yang cewek itu lakukan ke Shaka." Akhirnya Nayla putar arah. Toko itu sepi, dinding seolah punya telinga, dan Nayla bersembunyi di balik pintu penyekat antara ruang depan dengan lorong menuju dapur dan ruangan kerja Verlin. Mata Nayla melebar kala melihat situasi Shaka yang semakin dekat dengan Verlin. Mereka tengah memantau rekaman cctv dari laptop. Bukan itu yang Nayla resahkan, tetapi jarak di antara yang begitu dekat. Semakin Nayla lihat semakin tak sadar tangannya menekan pada dinding tempat dia bersandar. Nayla heran mengapa dahi Shaka berkerut. Seharusnya rekaman cctv itu baik-baik saja bukan. Dia telah merekayasanya. "Tunggu! Hentikan adegan itu!" Shaka menunjuk layar laptop. "Yang

  • Married to My Childhood Friend   44. Rasanya Terlahir Kembali

    "Bagaimana bisa mereka keracunan?! Siapa yang berani melaporkan tuduhan itu?! Kenapa berita bodoh ini langsung menyebar ke seluruh kota?!" Verlin marah besar. Semua karyawannya menunduk bingung sekaligus takut. Ini pertama kalinya Verlin marah sejak menjabat sebagai bos baru. Belum lagi di luar terjadi kericuhan. Petugas dari balai pengawas obat dan makanan datang untuk memeriksa beserta beberapa instansi lainnya. Tidak sedikit pula para pelanggan semalam yang tidak terima karena dibuat sakit perut selama tiga jam. Mereka bahkan membawa surat keterangan dari rumah sakit. "Sshhh, jangan diam saja lakukan sesuatu!" Verlin mondar-mandir naik darah. "Eee, meskipun sakitnya hanya tiga jam, tetapi nama kita sudah tercemar," ujar salah satu karyawan takut-takut. "Se-semua pelanggan juga mengalami hal yang sama. Du-durasi yang sama pula," sahut temannya. "Kita harus bagaimana, Nona? Pihak berwajib di depan sudah tidak tahan ingin kita membuka pintu. Kalau mereka terus memaksa pintunya b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status