Share

6. Gelisah

Penulis: Aloegreen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 02:34:24

Cahaya bintang jatuh di telapak tangan. Teras malam ini dingin tanpa perubahan cuaca. Nayla termenung terbayang akan dengung suara yang tak bisa hilang meski detik telah berlalu. 

Rambut terurainya pun mengingat setiap perkataan di mobil itu.

"Apa maksudnya ... dambakanlah aku?"

Apa Shaka sudah gila? Nayla mendongak masih dengan telapak tangan terbuka.

"O-obat?" 

Lantunan lirih kian keluar, kerutan di dahi pun bertambah.

"Untuk trauma?" 

Sengatan kecil muncul ketika dia mengucapkan kata itu. Mata melebar dan bibirnya membulat, lintasan memori pun berputar di otaknya. 

Nayla menghela napas dalam sambil menatap bintang, "Aku tau sekarang." 

Tangannya mengepal mencoba meraih salah satu bintang. 

"Tidak akan kubiarkan Shaka menjadi obat meskipun itu ubat paling mujarab sekalipun." 

Mengatakan hal itu rasanya seperti menelan sesuatu yang sulit. Nayla hanya tidak ingin Shaka terjerumus ke dalam dunianya. 

Di sisi lain, Shaka sedang membeli makanan di dekat rumahnya. Dia terkejut karena Nayla menunggunya pulang di teras. 

Sebelumnya tidak ada yang pernah menunggunya dan rumahnya selalu kosong. Sekarang, sekali lagi Shaka dapati bahwa kehidupannya telah berbeda. 

Senyumnya mengembang, bersyukur Nayla yang dia lihat ketika pulang. 

"Wah, ayam goreng!" Nayla semangat membuka bungkus makanan yang sudah mereka bawa ke ruang tamu. 

"Nasinya juga ada, loh." Shaka ikut-ikutan membukanya. 

"Haha, aku lapar banget. Mari makan!" Nayla memakannya lahap seiring tatapan manis Shaka tak terlepas darinya. 

Nayla pun menoleh kesal, "Hei, lihatin aku terus nggak bakal perut kamua kenyang, loh. Kalau enggak mau aku makan semuanya."

Shaka terkekeh pelan, "Jangan diambil semuanya." ikut memakan hak-nya meskipun sesekali melirik Nayla, "Nayla, aku beruntung kamu yang nikah sama aku." 

Sontak seluruh ayam di mulut Nayla menyembur keluar. Dia terbatuk tak karuan dan sibuk meraih air dingin di botol. 

Shaka melongo sebelum terkekeh lebih banyak, "Jelek banget kagetnya." suara tawanya membuat Nayla melotot. 

"Kamu ... kamu sengaja mau jahilin aku lagi, 'kan?!" Nayla menunjuk Shaka kesal. Pipinya memerah. 

"Mana ada? Aku cuma jujur sedikit." Shaka memberikan air lagi pada Nayla dan Nayla menerimanya begitu saja. 

"Dasar aneh!" Nayla melengos setelah membalas. 

Namun, hinaan itu bukanlah sebuah hinaan, lebih terdengar seperti candaan yang berasal dari hati. 

Pipinya tak kunjung padam saat meminum air dari Shaka. Nayla terus memikirkannya. Perkataan-perkataan manis mereka yang terlontar tipis-tipis ternyata berdampak buruk bagi Nayla. Irama jantungnya bertambah tiap kali Shaka berulah. 

Tak selesai dari itu, ketika mau tidur pum ranjang terasa panas dan aneh tidak seperti biasanya. Apa karena malam ini tidak hujan? 

Duduk di tepi ranjang sambil melempar senyum redup yang manis. 

"Nayla, boleh aku meluk kamu?" 

"Ha?!" Nayla bergidik sekujur badan. 

Shaka langsung tertawa dan berpose tidur miring dengan sebelah tangan menahan kepala, "Sebentar aja." 

Sudut mata berkedut melihat tingkah Shaka yang di luar ekspektasi. Dia mengerang geregetan dan melempar wajah Shaka dengan bantal. 

"Dasar gila! Kamu kenapa, sih? Aneh banget tau!" 

"Aduh!" Shaka mengaduh mengambil bantal itu, "Cuma mau lebih dekat sama kamu nggak boleh?" Shaka sok sedih. 

"Nggak!" pekik Nayla. 

Nayla langsung merendahkan suhu ruangan. Kamar Shaka menjadi sangat dingin.

"Sshhh, dingin banget. Nggak kedinginan apa?" Shaka pura-pura menggigil.

"Enggak." Nayla menyibak selimut dan bersiap tidur. 

"Padahal aku mau cuma mau menenangkan keadaan aja. Ini dingin banget, Nayla. Aku naikin suhunya, ya. Aku nggak kuat." 

Nayla tidak peduli Shaka merubah suhu udara kamare menjadi seperti semula, dia hanya memejamkan mata lebih kuat tak mau mengindahkan setiap perbuatan Shaka. 

Mengapa orang itu tiba-tiba berpikir ingin memeluknya? Membuat jantung Nayla hampir mati saja. 

Keesokan harinya Nayla bingung karena Shaka sangat buru-buru ingin berangkat bekerja. Dia bilang ada masalah serius yang harus segera ditangani. 

Shaka juga berpesan jika mungkin dirinya tidak bisa menjemput Nayla tepat waktu karena itu Shaka meminta agar Nayla menunggu dirinya sedikit lebih lama di kantor. 

"Kenapa Mbak Nay, kok, kelihatannya lemes begitu. Ada yang salah sama arsipnya?" 

Mendengar suara Gilang, Nayla yang hanya berdiri bengong di depan rak arsip sambil memegang catatan surat yang terkumpul beberapa minggu lalu menjadi terjingkat. 

"Oh, nggak ada apa-apa ini cuma lihat-lihat aja siapa tau ada yang keliru." Nayla tersenyum tipis. 

Gilang memicing, "Lagi banyak pikiran, ya?" 

Nayla tersentak dan Gilang pum tertawa. 

"Hahaha, benar, ya? Pasti gara-gara masalah rumah." 

Gigi Nayla mengetat seketika. Berhasil ditebak dengan mudah membuatnya malu bukan kepalang, tetapi lebih baik diam saja. Nayla sedang tidak ingin membahas kegundahannya. 

"Udah balik kerja sana. Ntar dimarahin bos, loh." usir Nayla pelan dan Gilang pun pergi. 

Ketika jam pulang tiba, semua karyawan sudah berhamburan melarikan diri dari kantor, hanya Nayla yang masih duduk rapi dengan komputer yang sudah mati di mejanya. 

Vira yang buru-buru keluar harus rela berhenti di ambang pintu. 

"Nayla, kamu nggak pulang?" suara Vira sedikit keras. 

Nayla menoleh, "Oh, kamu duluan aja. Aku masih lama." 

Kening Vira berkerut, "Shaka belum jemput kamu?"

Nayla hanya tersenyum. Dia menghela napas panjang. Bahkan teman-temannya dapat mengidentifikasi raut wajahnya dengan mudah. 

Nayla hanya kepikiran mengenai perilaku Shaka padanya. Terkadang cuek, terkadang sangat perhatian, dan terkadang aneh. Seolah-olah ingin mempererat hubungan mereka yang sudah terpisah bertahun-tahun. 

Namun, bisakah Nayla menerimanya? Bahkan Nayla sempat berpikir bahwa Shaka mulai menyukainya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Married to My Childhood Friend   44. Rasanya Terlahir Kembali

    "Bagaimana bisa mereka keracunan?! Siapa yang berani melaporkan tuduhan itu?! Kenapa berita bodoh ini langsung menyebar ke seluruh kota?!" Verlin marah besar. Semua karyawannya menunduk bingung sekaligus takut. Ini pertama kalinya Verlin marah sejak menjabat sebagai bos baru. Belum lagi di luar terjadi kericuhan. Petugas dari balai pengawas obat dan makanan datang untuk memeriksa beserta beberapa instansi lainnya. Tidak sedikit pula para pelanggan semalam yang tidak terima karena dibuat sakit perut selama tiga jam. Mereka bahkan membawa surat keterangan dari rumah sakit. "Sshhh, jangan diam saja lakukan sesuatu!" Verlin mondar-mandir naik darah. "Eee, meskipun sakitnya hanya tiga jam, tetapi nama kita sudah tercemar," ujar salah satu karyawan takut-takut. "Se-semua pelanggan juga mengalami hal yang sama. Du-durasi yang sama pula," sahut temannya. "Kita harus bagaimana, Nona? Pihak berwajib di depan sudah tidak tahan ingin kita membuka pintu. Kalau mereka terus memaksa pintunya b

  • Married to My Childhood Friend   43. Hadiah Kecil yang Mematikan

    Mencari begitu lama, Nayla akhirnya memberitahu bahwa dia ingin catatan biografi Verlin dengan alasan untuk belajar. Tidak tahu bodoh atau lugu mahasiswi itu memberikan semua catatan umum Verlin kepada Nayla. Ketika membacanya, Nayla bagai tertiban reruntuhan emas. Identitas asli Verlin lebih menakutkan dari yang dia kira. Ternyata wanita itu adalah keturunan konglomerat. Tidak heran takdirnya bisa sesukses dan sekaya itu. Uang sudah seperti debu baginya. Tanpa dicari pun kepopuleran dan harta akan datang dalam genggamannya. Nayla menutup semua buku itu sembari menarik napas dalam. "Aku mengerti sekarang. Dia bukan lawan yang bisa dihadapi sembarangan," gumam Nayla tanpa sengaja mengutarakan isi pikirannya. "Hmm? Kamu bilang sesuatu?" mahasiswi itu tiba-tiba bingung mendengar Nayla di saat sedang sibuk membaca. "Oh, bukan apa-apa. Terima kasih, ya, kau sangat membantu. Aku sudah merekap beberapa inti yang kuanggap penting. Kurasa aku tau apa yang harus kulakukan." Nayla menggoya

  • Married to My Childhood Friend   42. Lokasi ke Dua

    "Hahaha, terima kasih atas traktirannya. Jadi merasa tidak enak," kata orang ke satu. "Haha, jangan sungkan. Kita sama-sama berteduh, hahaha. Oh, iya, tadi kalian bilang pemilik toko ini seorang model, ya? Aku karyawan di kantor itu. Kami sedang mencari model yang pas untuk mengiklankan produk terbaru kami. Mungkin saja pemilik toko ini bisa membantu." senyum tulus Nayla bahkan tercermin di matanya. Nayla tidak ragu-ragu untuk berakting bahkan merogoh isi dompet untuk mentraktir dua orang asing itu dengan kopi dan roti. Orang ke satu mendesah, "Takutnya kalian tidak akan bisa mengatur kontrak dengannya." Nayla berkedip, "Kenapa?" "Aku tau dari berita dia sangat mahal dan jarang terikat dengan kontrak. Siapa juga yang membutuhkan banyak pekerjaan kalau sudah kaya. Bukankah toko ini terlalu sukses?" orang pertama itu mengendikkan bahu menyindir terang-terangan. Nayla mengangguk dan bersandar kursi. Membiarkan kedua orang itu menikmati kopinya. "Hmm, benar juga. Hah, sayangnya men

  • Married to My Childhood Friend   41. Informasi

    Pandangan rapuh nan teduh itu seperti helaian sutera yang terbang di udara. Jari-jemari Nayla merasakannya. Bagaimana bisa rambut seorang pria bisa sehalus itu. Padahal shampo yang mereka kenakan sama. Senyum Nayla tak pernah pudar melihat wajah lugu Shaka tertidur di sampingnya. Seolah-olah kursi kecil itu ikut menanggung lelah yang Shaka derita. "Ganteng banget," gumam Nayla. Pikirnya pantas saja Verlin mengejar Shaka setengah mati."Huft, Verlin, ya?" terus bermain dengan rambut Shaka. Sorotan mata terarah ke langit-langit putih tulang. "Aku harus lakuin sesuatu ke dia. Kayaknya ... dimulai dari mencari informasi tentang dia. Siapa dan apa latar belakang cewek kejam itu yang sebenarnya." Kondisi mulai stabil. Lelah sepertinya tidak bisa bilang, tetapi kata dokter Nayla sudah boleh pulang. ~~~Pagi telah berubah. Matahari menyembunyikan sinarnya. "Hah? Pagi-pagi begini udah turun hujan aja." Bibir merah sakura mencondong dengan tangan menampung rintikan air yang turun. "Uda

  • Married to My Childhood Friend   40. Pingsan

    Napas lega bisa Nayla hela sekarang. Akhirnya truk itu kembali dengan kosong. Pihak perusahaan yang diajak kerjasama juga telah memberi balasan dan menerima dua persen dari penjualan. Suara pukulan ringan di cermin wastafel kamar mandi terdengar bersamaan helaan napas."Akhirnya selesai juga." Badan sudah hampir ambruk sampai mati rasa, tetapi mental dipaksa berdiri bagaimanapun caranya. "Akhirnya aku bisa tidur sekarang. Beruntung perusahaan itu punya banyak wadah yang bisa mendistribusikan semuanya." Pantulan cermin sudah bukan seperti dirinya. Wajah yang gelap, kantung mata menghitam, dan bibir kering pucat seperti mayat hidup. Nayla membasuh wajahnya berkali-kali sampai matanya perih kemasukan air. Lepas itu dia pergi menjelaskan segalanya kepada sang atasan hingga hasil pendapatan pun diterima. "Wah, Nayla, kamu melakukan semua ini sendirian? Hanya dengan satu hari satu malam? Wah, kamu jenius atau apa?" "Gila! Dia benar-benar gila! Bisa membolak-balikkan fakta sekejap itu

  • Married to My Childhood Friend   39. Kiprah Nayla untuk Membersihkan Nama

    "Ssttt, kecilkan suaramu. Ntar kalau kedengeran orang lain gimana?" Nayla menaruh telunjuk di bibir. Seketika Vira membungkam mulutnya. Dia celingukan ke segala arah. Tidak ada orang lain di kamar mandi selain mereka, Vira rasa aman. "Eh, kasih tau aku semuanya cepetan. Kamu habis dari mana aja? Satu kantor heboh pusing tau nggak gara-gara kamu." desisan Vira haus informasi. Helaan napas lelah Nayla muncul bersama kerutan dahi yang seolah enggan menghilang sejak pagi. "Aku ... pergi ke kantor itu. Aku nekat minta bantuan buat mendistribusikan produk kita ke tempat lain dengan syarat penjualan naik dua persen. Dan dua persen itu sepenuhnya untuk mereka. Perusahaan kita cuma bakal dapat harga yang ditetapkan sebelumnya aja," jelas Nayla kelelahan. "What?! Astaga, kamu nekat sampai kayak gitu?! Parah, parah, aku makin pusing. Ini beneran?! Kamu ke luar kota buat atur sendiri kelanjutan Problem hantu itu?!" "Hantu?" Kening Nayla berkerut."Iya, hantu, 'kan, tiba-tiba muncul aja gitu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status