Share

Four

Sudah beberapa hari ini Krystal dikurung dalam mansion yang tidak ia tahu di mana letak dan posisinya. Semenjak hari itu Krystal benar-benar mendiami Evalio tanpa berbicara sepatah katapun. Dan Evalio pun sama sekali tak memikirkan hal itu karena ia juga sedang bertugas di luar kota mengurusi bisnisnya yang tercecer di mana-mana.

Krystal memikirkan banyak cara untuk keluar dari sana namun rasanya sangat nihil melihat betapa banyak bodyguard yang terpapang di depan kamarnya bahkan setiap sudut tempat, apalagi dengan banyak kamera pengawas, benar-benar tidak bisa membuat gadis itu bergerak bebas.

Sekarang adalah waktunya makan malam, Krystal mengurungkan niat untuk makan di luar karena ia merasa bosan harus beberapa hari di kamar tanpa menghirup udara segar.

"Maaf, Nona mau kemana?" tanya bodyguard yang kini berdiri di depan kamar Krystal.

Krystal berdecak, "Ck. Yang benar saja, untuk makan di luar saja tidak bisa?"

"Maaf, tapi Tuan Eval tidak memberikan perintah untuk itu."

"Hei ayolah, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya ingin makan di luar, kalian tahukan aku hanya di kamar sejak hari pertama di bawa kemari. Itu sangat membosankan!" keluh Krystal. Tapi yang ia dapati hanyalah penolakan keras.

Terpaksa dia langsung menerobos di tengah-tengah para bodyguard itu, nampaknya ia benar-benar tidak diizinkan untuk keluar dari kamarnya sampai semua bodyguard hampir turun tangan menyangkal tubuh Krystal.

"Arghhhh! Dont touch me or i will beat the shit out of you!!" erang Krystal. Rasanya sangat edan ingin makan di luar saja sangat susah.

Semua bodyguard pun hanya bisa menghalangi jalan Krystal agar tidak ke bawah karena jika itu terjadi habislah riwayat mereka bisa dipecat.

"Nona, ini akan membuatmu lelah, tetaplah di kamar katakan saja apa kebutuhanmu. Semua pelayan akan melayani Nona," ucap salah satu bodyguard di sana.

"Aku membutuhkan udara bebas BITCH!!" sergahnya menyugar rambutnya prustasi.

Pikirkan saja, anak semuda Krystal harus berdiam di kamar tanpa teman, gadget bahkan udara segar itu sangat konyol dan memuakan. Siapapun orangnya tentu akan bosan bahkan marah seperti Krystal sekarang. Apalagi sebelum kejadian ini Krystal salah satu gadis yang suka hangout bersama temanya, shopping dan olahraga, penuh pergerakan bebas bukan. Ya... Krystal menginginkan itu sekarang.

Tiba-tiba suara dentuman kaki terdengar, semua pandangan terlaih ke sumber suara. Ternyata itu adalah Evalio. Sepertinya ia sudah selesai dengan pekerjaanya di luar kota.

"Sedang apa kalian semua di sini?" tanyanya sangat sinis.

"Maaf, Tuan. Nona Krystal memberontak untuk keluar dari kamarnya. Kami semua hanya berusaha menahan sesuai perintah Tuan." Evalio langsung menatap Krystal. Krystal sangat bodoamat dengan tatapannya itu.

Krystal merapikan anak rambutnya yang sempat berantakan sambil menggerutu. "Persetan dengan para bodyguard bodoh, sialan!" cibirnya tak memperdulikan Evalio sama sekali.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Evalio pada Krystal.

Krystal malah memutar bola matanya malas sambil berecih. "Cih! Gak guna."

Gadis itu membalikan tubuhnya berniat masuk ke kamarnya kembali tapi apa yang terjadi?... Evalio malah merengkup tangannya.

"Kalian semua bubar." Perintahnya pada semua bodyguard yang di sana.

Krystal menolah pergelangan tanganya yang sekarang berada di tangan Evalio. "Apa-apaan sih!"

Evalio menghembuskan napasnya. "Mau apa?"

"Lepas."

"Mau apa!" tanya Evalio dengan tekanan.

"Mau tidur. PUAS!"

"Oke. Mari tidur bersama." Krystal mendelik mendengar ucapan Evalio. Terdengar seperti bom di indra pendengaranya.

"Jaga mulut Anda." Evalio tak mengubris ia langsung membawa Krystal masuk ke kamar. Memasukan Krystal dengan paksa lalu menguncinya.

Krystal terlempar ke tempat tidurnya, ini pertama kali Evalio terlihat menyeramkan bahkan tatapanya sangat tidak bersahabat.

Evalio berjalan mendekati Krystal. Laki-laki itu berhasil mengikis jarak antara keduanya.

Jantung Krystal berdetak begitu kencang, tatapan Evalio sangat dalam dengan jarak keduanya yang sangat dekat. Krystal terkunci dengan posisinya sendiri yang terduduk di tepi tempat tidurnya.

Nafas Evalio dan bau tubuhnya bahkan sampai menyengat di indra penciuman Krystal. Dia tak mau kalah dengan perlakuan Evalio yang terus menjadi-jadi membuatnya tak karuan, dia pun berusaha untuk membalas tatapan Evalio dengan sama tajamnya.

"Kau tahu, aku benci mata mu, rambut mu dan semua yang ada padamu," ujar Evalio.

Entah hanya kebetulan atau apa, tapi suara itu bebarengan dengan petir yang menyambar daratan. Angin berhembus sangat kencang dari jendela kamar, gadis itu lupa menutupnya tadi. Tirai-tirai berterbangan diikuti dengan cahaya petir dan juga suaranya yang sangat memekak. Suasana menjadi sangat dark dengan tatapan Evalio yang semakin mencenkam.

Krystal tidak tahu kenapa Evalio berubah menjadi seperti itu, seperti ada yang salah darinya. Terakhir Krystal menatap Evalio dia masih bisa melihat sisi baik dari pria itu namun sekarang mengapa berubah? Ada apa denganya?

Perasaan Krystal berubah menjadi ketakutan,Ia benar-benar merasa panas dingin pada tubuhnya.

Rasanya ia kesusahan menelan salivanya. Ingin sekali menggerakan mulutnya nemun sangat susah. 

"Arghh!" Krystal tertahan saat Evalio menarik rambutnya ke belakang. Ia merintih kesakitan namun itu hanya bertahan sementara saat ia tak sengaja menatap mata Eval dia merasakan sesuatu di sana.

"Haruskah kau ku bunuh saja malam ini? Agar Araster merasakan sakit yang dulu ku alami?"

Krystal masih menatap kedua bola mata itu. Mata hanzel itu terlihat sangat sendu, seperti ada luka yang belum sempat disembuhkan di sana.

"Akan sangat disayangkan jika kau ku bunuh sebelum kita bercinta," sambungnya dengan suara bariton. Itu akan terdengar sangat geli jika suasananya tidak seperti sekarang.

"Sepertinya benda ini akan membawa mu ke alam baka dengan selamat sayang." Evalio mengeluarkan pistol dari saku jasnya. Laki-laki itu menodongkan pistol tepat di pelipis Krystal.

Setelah menatap lama mata hanzel itu, perasaan yang sempat ketakutan kian berubah menjadi rasa sedih. Kesedihan yang Evalio rasa seakan-akan menyetrum tubuh Krystal. Krystal tak lagi merasa takut, ia malah merasakan sesak di dadanya. Seperti ada sesuatu yang menusuk di dalam hatinya.

Semakin lama menatapnya semakin sakit rasanya. Kenapa? Krystal sangat heran kemudian air matanya keluar dengan sendirinya.

"Kenapa kau diam saja? Adakah niat ingin membunuh ku juga setelah aku melakukan ini?" Evalio semakin menekan kan pistolnya di pelipis Krystal.

Krystal menggeleng dengan wajah yang sudah basah penuh air mata. "Aku sama sekali tidak ada niat untuk membunuh siapapun, tapi entah kenapa aku berniat untuk melakukan ini." Krystal memejamkan matanya dan langsung mencium bibir Evalio.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status