Share

Rumah Rembulan (Episode 2)

Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam rumah kami. Aku memeriksa keadaan sekeliling. Entah posisi sofa ataupun meja makan tetaplah sama. Meskipun sofa dan meja makan itu tidak terlihat baru, aku begitu bahagia karena aku telah kembali ke dalam rumah ini lagi. Disudut lemari hias dipinggir sofa, aku pandangi fotoku dan Elena yang berada ditepi pantai, yang saat itu memasuki tahun ketiga kami berpacaran,sampai pada akhirnya enam bulan setelahnya,aku memutuskan untuk menikahinya.

"Cantikmu tidak pernah berubah sedikitpun,Elenaku sayang!".Ucapku didepan foto itu.

Lalu aku menuju kedalam kamar tidur utama rumah ini, kamar tidur kami. Ya, kamarku dan kamar Elena. Pada dinding diatas ranjang masih tertempel kokoh foto pernikahan kami.Kamar ini pun tidak begitu banyak berubah. Hanya lemari baju saja yang telah berganti dengan lemari baju yang baru meski tidak terkesan mewah. 

"Terima kasih istriku tercinta,begitu tulusnya rasa kasihmu kepadaku, meskipun 20 tahun telah berlalu,engkau tidak pernah sekalipun melupakanku". Ucapku begitu haru. 

Lalu aku melangkah menuju kamar yang sedikit lebih kecil dari kamar ini. Kamar Luna, kamar putri kecilku. Didalam kamar itu memang sedikit berubah, tidak sama seperti 20 tahun yang lalu. Mungkin karena Luna yang telah beranjak dewasa,tidak bisa kusamakan lagi dengan saat itu,saat dimana Luna yang masih berusia 5 tahun. 

Terlihat potret Luna sedang memeluk seorang wanita cantik yang telah berkeriput. Itulah potret Luna dewasa dan Elena yang kini sudah tidaklah lagi muda tetapi raut wajah cantiknya tidak pernah sirna meskipun telah dimakan oleh usia. 

Akupun berjalan kembali menuju halaman belakang rumah kami. Halaman belakang rumah yang meskipun saat siang hari terlihat biasa saja, tetapi pada saat malam hari,berubah menjadi indah karena meskipun tidak ada penerangan lampu, kami bisa melihat keindahan langit malam yang bertaburkan cahaya kerlap-kerlip bintang serta rembulan malam. 

Maka tidaklah heran mengapa putri kami mempunyai nama Luna. Olivia Luna,nama yang begitu pas untuk putri kecilku yang begitu manis dan menggemaskan. Cahaya wajahnya yang seolah seperti cahaya bulan purnama mewarnai dan mengisi serta melengkapi  hari-hariku dan Elena muda saat itu. 

Segera setelahnya,pria berbaju hitam itu mengajakku untuk bergegas meninggalkan rumah yang rupanya begitu sangat berarti bagiku meskipun terlambat aku menyadarinya, meskipun aku baru menyadari setelah aku kehilangan nyawaku tanpa tahu bahwa waktu itu merupakan hari terakhirku. 

Pria berbaju hitam itu mengajakku untuk mengamati dari jauh rumah rembulan kami.Karena setelah kami melangkah pergi,Elena dan Luna kembali pulang kerumah. 

"Mama capekkan?,biarkan Luna saja Ma nanti yang beres-beres rumah. Mama beristirahat saja". Ucap Luna lembut kepada Elena. 

"Tapi Luna, Mama merasa bahwa Mama baik-baik saja. Tidak apa-apa,nak!".Jawab Elena kepada Luna sembari mengusap pipinya. 

"Ma, Luna tau Mama begitu menyayangi Luna. Tetapi Mama juga perlu beristirahat karena Luna nggak mau Mama sakit atau kenapa-kenapa. Karena hanya Mamalah yang Luna miliki saat ini!". Ucapnya sambil sedikit berkaca-kaca. 

"Baiklah,nak. Mama mengerti keinginanmu. Terima kasih karena kamu telah tumbuh menjadi seorang wanita cantik yang hebat yang bisa selalu Mama banggakan".Jawab Elena terharu. 

"Begitu berat kehidupan Mama sepeninggal Papamu. Karena Papamu meninggalkan Mama pada waktu itu tanpa sempat berpamitan kepada Mama apalagi kepadamu". Ujar Elena sambil sedikit terisak

"Mama jangan sedih dong,Ma. Luna nanti jadi ikutan nangis kalo Mama bersedih hati". Jawab Luna menenangkan hati Elena. 

Dari kejauhan aku hanya bisa memandang percakapan mereka tanpa bisa berkata apapun. Ya entahlah aku harus merasa senang,ataukah merasa sedih menyaksikan mereka saat ini tanpa bisa memeluk dan mengutarakan betapa beruntungnya aku memiliki seorang istri dan anak seperti mereka.

Pria berbaju hitam itu kemudian mengajakku untuk mencari pekerjaan. Tidak mungkin kan, aku seperti ini tanpa tempat tinggal dan makanan. Jadi berkelilinglah kami mencari pekerjaan apa yang sekiranya cocok bagiku dan bagi pria itu. Ya meskipun dari penampilan pria itu, dia bukanlah pria tua sepertiku. 

Dan betapa beruntungnya aku, ada salah satu toko bunga diujung jalan yang bersedia untuk menerima ku dan pria itu bekerja disana sebagai tukang kebun dan juga aku besertanya sekaligus bisa merangkap sebagai seorang kurir pengantar bunga.

Aku teringat bahwa dahulu Elena begitu menyukai bunga tulip. Dan mungkin saja aku bisa memberikan bunga tulip itu kepadanya saat ada kesempatan untukku menemuinya secara langsung.

Inilah kelebihan yang aku miliki setelah Tuhan mengirimkanku kembali lagi kedunia,aku dapat menghilang,aku dapat berpindah tempat dalam sekejap mata. Jadi meskipun seolah aku ini adalah seorang pria tua, tetapi aku bisa berpindah tempat kemana saja dengan cepatnya.

"Tolong antarkan bunga ini kepada toko buku disebelah warung makan kecil disebelah sana, ya!". Ucap pemilik toko bunga. 

"Baiklah,bu". Begitu jawabku singkat. Dan segera aku menghilang dari toko bunga setelah pemilik toko bunga itu mengalihkan pandangannya.

Dan pria berbaju hitam itu hanya tersenyum terpaksa saat dirinya ditugaskan untuk memangkasi rumput-rumput pada taman didepan toko bunga itu. 

Aku hanya bisa tersenyum kecil menatapnya. Dan sesaat setelah aku mengantarkan bunga pesanan toko buku itu, tidak sengaja aku berpapasan dengan Luna. Aku bingung harus bagaimana,apakah kira-kira Luna mengenaliku sebagai ayahnya?

Saat itu Luna sedang berjalan sambil membawa beberapa peralatan memasak yang dia bawa dari dalam rumah. Mungkin ada beberapa peralatan  yang  belum lengkap di warung makan Elena. Dan secara tidak sengaja Luna menabrakku, dari arah yang berlawanan karena salah satu peralatan itu hampir terjatuh dan mengurangi fokus pandangannya pada arah jalan. 

"Maaf, pak. Bapak tidak apa-apa kan?. Maaf ya pak saya tidak sengaja menabrak bapak, dan saya sedikit terburu-buru karena ibu saya sendirian dirumah dan saya harus melengkapi beberapa alat dapur  yang kurang pada warung makan kami. Jadi esok hari ibu saya tidak harus bergegas pergi karena saya sudah mempersiapkannya".Ucap Luna dengan begitu sopan dan tulus kepadaku.

"Oh, iya nak tidak apa-apa. Bapak baik-baik saja dan Bapak tidak terluka. Apakah kamu perlu bantuan?, biar Bapak yang membantumu membawakan sebagian barang-barang itu!". Ungkapku kepada Luna putriku,aku mencoba menawarkan bantuanku kepadanya. 

"Tidak, pak. Tidak usah, malah saya yang jadinya merepotkan Bapak!. Seharusnya sayalah yang menolong Bapak karena sepertinya Bapak seusia dengan almarhum Papa say". Jawab Luna yang merasa bersalah karena sudah menabrakku meski aku tau itu bukanlah sebuah kesengajaan.

Beruntungnya,Luna tidak mengenaliku sebagai ayahnya. Aku menghela nafas lega karena dia tidak menyadariku siapa sebenarnya identitasku. 

"Mari,mampir sebentar ke warung makan Ibu saya,pak !. Saya buatkan segelas teh hangat buat Bapak! ". Ajak Luna tersenyum ramah kepadaku. 

"Oh iya terima kasih banyak, nak!. Tolong  maafkan ya, bahwa seorang pria tua renta ini merepotkan gadis cantik yang baik hati sepertimu!. Sungguh berbangga hati jika siapapun menjadi orangtua gadis sepertimu! ". Ucapku terkagum pada sifat Luna yang baik hati, sama persis seperti sifat Elena,Mamanya.

" Justru saya yang harusnya meminta maaf kepada Bapak karena sudah menyenggol Bapak tadi, karena saya sedang terburu-buru  berjalan dan tidak memperhatikan sekeliling saya!. Tunggu sebentar ya, pak. Saya buatkan tehnya dulu!". Ujar Luna sembari tersenyum kepadaku. 

"Oh, iya...!!. Terima kasih ya ,nak". Ucapku kepada Luna sembari mengamati keadaan didalam warung makan milik Elena. 

Meski terlihat begitu sederhana dari luar, warung makan kecil ini terasa begitu nyaman dan hangat. Apalagi saat aku melihat kearah papan tulis hitam kecil itu,papan tulis yang sebagai penanda menu istimewa yang berbeda-beda untuk setiap masing-masing harinya. Dari hari senin sampai ke hari sabtu,ternyata makanan favorit kami bertiga lah yang menjadi menu andalan utama pada masing-masing harinya. 

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana telah bersusah payahnya perjuangan Elena yang sendirian membesarkan dan merawat Luna. Sampai tidak terasa air mata mengalir dipipiku. 

"Loh, Bapak kenapa menangis?".Ucap Luna sembari memberikanku segelas teh manis hangat.

"Ah, Bapak tidak menangis,nak!. Hanya saja Bapak sempat teringat akan putri Bapak. Melihatmu seperti seolah-olah Bapak sedang melihat putri Bapak didepan mata Bapak". Balasku spontan kepada pertanyaan Luna. 

"Boleh saya tahu dimana sekarang keberadaan putri Bapak?". Luna sepertinya sedikit penasaran kepadaku. 

" Oh, dia sekarang sedang bersama-sama dengan Ibunya.Mereka berada dikota lain, tidak dikota ini. Anak Bapak tinggal bersama mantan istri Bapak". Aku pun begitu saja berucap karena tidak kusangka Luna akan bertanya seperti itu. 

"Oh begitukah rupanya, pak?. Pantas saja Bapak sampai merindukannya sehingga Bapak sampai menitikkan air mata". Tutur Luna sembari tersenyum.

"Kalau sudah selesai meminum tehnya, mari saya antarkan Bapak pulang!".

"Tidak usah nak, terima kasih!. Bapak merepotkan kamu saja nanti. Rumah Bapak tidaklah jauh dari sini. Bapak tidak apa-apa. Langsung pergilah kerumahmu karena pasti Ibumu sedang menunggumu dirumah!".Aku menolak tawaran putriku itu dengan halus. Dan aku mulai melangkah pergi meninggalkan warung makan itu. 

"Baik,pak. Tolong berhati-hati dijalan ya pak. Mohon maaf atas kecerobohan saya tadi". Ungkap Luna sembari berjalan pulang. 

Saat Luna sudah menghilang dari pandanganku, tiba-tiba saja pria berpakaian hitam itu mengagetkanku. "Joshua, mengapa kau tidak segera kembali ke toko bunga?. Boss pemilik mencarimu". Ucapnya datar. 

"Ah, sebenarnya aku tidak sengaja bertemu dengan putriku disini. Jadi dia menawariku untuk singgah sebentar  untuk meminum teh diwarung makannya". 

"Tetapi adakah kau beritahu kepada anakmu siapa sebenarnya dirimu sesungguhnya?". Tanya nya serius

"Tidak...tidak mungkin seperti itu aku langsung berucap kepadanya".

"Baiklah, aku mempercayai ucapanmu.Tuhan memberikan beberapa persyaratan padamu agar dirimu bisa kembali ke dunia ini seutuhnya,tetapi bukan saat ini kau tidak boleh memberitahu istrimu maupun anakmu tentang sebenarnya siapa dirimu". Tegas pria itu

Dan kapankah waktu yang tepat itu sebenarnya??. Hatiku selalu saja bertanya meski saja sebenarnya bisa saja tadi aku ungkapkan kepada Luna sesungguhnya siapa aku ini...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status