Hari ini merupakan hari yang lumayan cerah. Seperti biasa, mengantarkan pesanan bunga kepada pelanggan toko adalah pekerjaan yang tidak membosankan, karena dalam sekejap mata, pesanan itu sudah sampai kepada alamat penerimanya.
Pemilik toko bunga itu rupanya menyukai hasil pekerjaanku yang terhitung cekatan. Begitu pula dengan pekerjaan pria berpakaian hitam itu. Mungkin singkatnya kupanggil saja dia Mr Black . Mr Black ini seperti malaikat maut pada umumnya yang dingin tanpa banyak ekspresi. Saat waktu pulang telah tiba, aku mencoba berbincang-bincang kepada Mr Black ini. Penasaran saja apakah dia dulunya juga manusia sama sepertiku ataukah makhluk apa gerangan dirinya.
"Mr Black, bagaimana awal mula kau menjadi malaikat maut Tuhan?. Apakah Tuhan tidak menjadikanmu kembali sebagai manusia?". Tanyaku kepadanya penasaran.
"Aku dulu memang terlahir sebagai manusia. Akan tetapi sekarang aku tidak mengetahui siapa jati diriku,siapakah keluargaku".Jawabnya datar.
"Lantas mengapa kau mau mendampingiku untuk kembali menjadi manusia, terlebih kembali kepada istri dan anakku?".
"Tugas malaikat maut beragam, mulai dari mengambil nyawa manusia dan mengantarkannya ke alam keabadian.Atau bisa jadi manusia itu belum waktunya untuk tetap tinggal dialam keabadian sepertimu contohnya". Dia mejawab dengan nada yang datar tanpa ekspresi apapun.
"Dan mengapakah aku yang mendampingimu, karena akulah yang ditugaskan oleh Tuhan saat itu untuk mengambil nyawamu.Jadi tugasku saat ini adalah mengawanimu sampai saat dimana istrimu menyadari bahwa kau kembali ke dunia ini hanya untuknya.Untuk kau dapat menebus semua waktu yang berlalu sia-sia tanpa bisa membuatnya bahagia seperti disaat kau pergi meninggalkannya untuk selamanya". Penjelasannya yang datar tanpa ekspresi dari seorang malaikat maut yang berhawa dingin.
"Baiklah aku mengerti. Aku pasti bisa membahagiakan Elena dan juga Luna suatu saat nanti,meskipun aku harus membuatnya menyadari keberadaanku lagi yang telah kembali ke dunia ini". Ujarku kepada Mr Black dengan rasa semangat. Tetapi saat aku menoleh kearahnya, ternyata dia sudah menghilang saja.
Bisa saja dia mengantarkan pesanan bunga. Gumamku dalam hati. Saat aku membenahi tanaman didepan toko, tiba-tiba saja kedua mataku melihat Elena berjalan masuk kedalam toko untuk membeli seikat bunga tulip segar. Aku salah tingkah tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Jikalau Elena mengarahkan pandangannya kemari.
Jadi kuambil saja gunting tanaman. Sekiranya ada ranting dan dedaunan pepohonan di taman itu yang tidak rapi, aku memangkasnya. Meskipun sebenarnya tanaman itu sudah tergolong rapi. Aku sibukkan diriku sambil sedikit menghindari kaca dinding transparan disebelah pintu utama, karena jika seseorang berdiri disebelahnya, maka otomatis orang itu bisa melihat kearah pepohonan dan tanaman ditaman itu. Dan bisa jadi juga melihatku.
"Hai, seperti biasanya, seikat bunga tulip untukku!". Kata Elena kepada pemilik toko bunga yang juga adalah atasanku.
"Tolong tunggu sebentar ya, akan aku ambilkan bunganya". Balas sang pemilik toko.
"Baiklah, dengan senang hati". Elena menjawabnya dengan mengulaskan senyum yang manis.
Dari kejauhan aku mengamati Elena, tetapi tetap saja debaran didadaku ini tidak akan pernah bisa membohongi perasaanku kepadanya. Meski usianya tak lagi muda, meski begitu banyak keriput diwajah cantiknya, rasa didada ini tetaplah sama seperti saat dimana aku pertama mengenalnya.
Elena berjalan mengelilingi toko bunga sembari melihat sekeliling, sambil menunggu pesanan bunga tulip untuknya.Elena masih tetap sama seperti dahulu. Begitu suka akan tanaman dan bunga. Entah kenapa disaat aku dahulu selalu bersamanya, aku tidak begitu mempedulikan hobinya dan semua hal kesukaanya. Mungkin inilah yang dinamakan penyesalan selalu saja dirasakan disaat akhir.
Kedua mataku hanya bisa memandangnya dari jauh. Tanpa bisa hati dan diri ini mendekat kepadanya. Saat tiba-tiba saja Elena berjalan berkeliling didalam toko, dan tanpa sengaja dia mengarahkan pandangan matanya ketaman ini, aku yang seolah berdiri mematung mengamatinya tanpa sadar ,aku tidak sempat menghindari tatapan sorot matanya. Hatiku berdebar tidak karuan. Lalu aku dengan segera,mencoba menundukkan pandanganku dan memotong beberapa ranting pohon tanaman hias ditaman.
"Oh tidak bagaimana ini?. Apa yang harus aku perbuat?. Bagaimana jika Elena mengetahui keberadaanku sekarang?. Gumamku dalam hati. Akankah lebih bagus dan lebih cepat saja dia menyadarinya?". Pikiranku yang kacau dan benakku yang tidak karuan semakin membuat debaran yang berdetak didada ini bergejolak begitu cepat.
"Maaf agak sedikit lambat, ternyata stok bunga tulip hari ini tidaklah banyak,dan saya perlu mengambil bunga tulip untukmu dari sisi lain taman ditoko ini". Ucap pemilik toko bunga kepada Elena.
"Tidak apa-apa saya menunggu sedikit lebih lama. Karena saya tidak pernah merasa kecewa ketika saya mendapatkan bunga tulip dari toko ini.Bunga tulip dari toko ini selalu cantik dan penuh makna dari setiap tangkainya. Itulah alasannya saya tidak pernah pergi untuk membeli bunga dari toko lain". Elena menjawab pertanyaan pemilik toko bunga dengan senyum manisnya. Tanpa merasa marah karena bisa saja jika itu terjadi kepada orang lain,mungkin bukan senyuman yang ditunjukkannya, tapi wajah yang muram dan kesal karena tidak segera mendapatkan pesanannya.
Elena bertanya kepada pemilik toko bunga, "Siapakah gerangan pria tua ditaman depan itu,Bu?". Ungkapnya penasaran.
"Oh, dia adalah tukang kebun dan sekaligus pengantar bunga toko ini. Tidak hanya dia seorang, tetapi juga ada seorang lagi, mungkin pria yang satunya adalah adik dari pria tua itu yang aku terima untuk bekerja ditaman toko ini.Aku sedikit iba melihat mereka, seolah-olah mereka memang benar memerlukan uang untuk bertahan hidup. Pria yang satunya belum lama pergi mengantarkan pesanan bunga ke pelangganku yang lain!". Jawabnya kepada Elena.
"Oh, begitu ceritanya ya Bu!. Saya pikir pria tua itu adalah kakak laki-laki ibu atau mungkin anggota keluarga Ibu yang lain. Atau barangkali saja saya mengenalnya. Seolah-olah sepertinya pria tua itu tidak asing bagi saya.Atau bisa jadi itu hanya perasaan saya saja? ". Dan Elena memberikan kepada pemilik toko beberapa lembar uang.
Lalu dia dengan perlahan berjalan melangkah pergi membawa rangkaian bunga itu sambil sedikit berpikir siapakah gerangan pria yang baru saja dilihatnya.
Aku masih belum bisa mengatur ritme nafasku, karena meskipun Elena sudah tidak berada ditoko bunga saat ini, debaran didadaku ini masih saja enggan berlalu.Dan tiba-tiba saja Mr Black muncul dari balik pohon buah pir dibelakangku. Aku meloncat kaget karena kupikir ada binatang liar ditaman ini.
"Kenapa Joshua?,sepertinya kau sedang tidak baik-baik saja". Tanya Mr Black kepadaku.
"Memang aku sekarang merasa sedang tidak baik-baik saja. Karena tanpa aku sadari,Elena tiba-tiba saja ketoko ini dan membeli seikat bunga tulip dari sini. Sampai seolah-olah aku tidak bisa menghela nafasku.Dan jantungku berdetak kencang serta berdebar tidak karuan. Karena pandangan matanya tiba-tiba saja melihat kearahku". Ungkapku kepada Mr Black.
"Hmmm...!!,alangkah baiknya Joshua dirimu tingkatkan sedikit lagi kepekaanmu terhadap keadaan sekitar, terutama saat Elena istrimu kira-kira berada didekatmu. Elena harus menyadari dengan sendirinya,bahwa ternyata dirimu yang telah kembali lagi ke dunia ini untuknya,begitu menyayanginya. Tanpa kau beritahukan langsung dari mulutmu sendiri. Itu yang Tuhan pesankan untukku kepadamu!".
Mr Black lalu pergi kedalam toko bunga membiarkanku disini sendirian yang termenung sejenak. Lalu bagaimana Elena bisa menyadari kehadiranku yang telah kembali ke dunia ini untuknya tanpa aku mengungkapkan itu kepadanya melalui diriku sendiri?
Saat itu Elena sedang merapikan bunga tulip yang dibelinya semalam dari toko bunga yang tak jauh dari rumahnya. Sementara Luna membersihkan lantai dan memasukkan baju kotor kedalam mesin cuci.Elena tiba-tiba saja kembali memikirkan tentang kejadian semalam ditoko bunga. "Siapakah gerangan pria tua semalam itu?.Berhalusinasikah atau bermimpikah aku pada siang bolong?". Entah mengapa tanpa sengaja memikirkan kejadian kemarin,Elena seolah merasa bermimpi atau berhalusinasi bahwa pria tua itu adalah suaminya Joshua yang sudah 20 tahun telah pergi meninggalkannya ke alam keabadian.
Matahari bersinar terang. Cahayanya yang terang membangunkanku pada pagi hari itu. Hari minggu pagi adalah hari yang paling dinantikan oleh semua orang, terlebih kaum muda-mudi. Hari ini aku berencana mengajak Elena untuk pergi jalan-jalan ke pantai. Segera aku bergegas untuk mandi dan juga berpakaian rapi. Setelahnya aku segera menuju ke rumah Elena. " Wah, cepat banget kamu datangnya! ". Elena terkejut bahwa aku datang lebih cepat daripada hari-hari yang lain. "Iya dong, demi kamu apasih yang enggak Elena! ". Jawabku kepadanya. "Yaudahlah ayo,nanti keburu ngantri di loket karcis masuk, mau jam berapa kita dipantai? ". Elena tersipu malu, pipinya memerah. Tetapi Elena segera mengalihkan pembicaraannya untuk mengajakku segera bergegas pergi kepantai. Lalu bergegaslah kami pergi ke dalam area pantai setelah kami membeli tiket masuk. Kami berjalan-jalan seharian menyusuri pantai. Hari ini sungguh hari yang begitu berharga, kare
Hari ini adalah hari senin yang sepertinya akan cerah seharian. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Elena sudah bergegas untuk bangun pagi hari ini untuk membuat sup abalone kesukaan suaminya. Semua bahan-bahan sudah dia persiapkan. Dan singkatnya, sup abalone itu sudah hampir matang dan bisa dia hidangkan ke atas meja makan segera. Tetapi saat jam dinding sudah menunjukkan waktu pukul enam lewat tiga puluh menit, Joshua baru saja selesai berganti pakaian setelah mandi. "Pa, makan dulu ya sup abalone kesukaan kamu!. Sebentar lagi sudah matang, kok Pa. Lima menit aja! ". Ucap Elena pada Joshua yang seolah terburu-buru untuk segera pergi menuju ke sekolah tempat nya mengajar. "Papa kayaknya terlambat, hari ini Ma. Padahal harusnya Papa bisa pergi lebih awal. Mungkin gara-gara aku sedikit begadang buat nonton pertandingan sepak bola semalam!". Jawab Joshua sambil sedikit tergesa-gesa untuk memakan dua keping roti tawar dan segelas susu saja. Tanpa sempat
Saat Elena hanya bersama-sama dengan Luna saja, hari-hari Elena seolah-olah berlalu tanpa ada artinya. Begitu berat menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi anak kami satu-satunya. Tetapi Elena tidak pernah mengeluh sedikitpun. Semua hal Elena kerjakan untuk menghidupi dirinya dan juga putri kecilnya. Karena santunan kematiannya Joshua tidaklah bisa digunakan dalam waktu yang lama.Dengan bekerja membawa Luna kecil sudah biasa bagi seorang Elena. Meskipun hari-hari yang dilalui seorang Elena tidaklah mudah,tetapi Elena begitu beruntung selalu mendapatkan boss yang baik hati yang mengijinkan dia membawa Luna sembari bekerja. Hari demi hari Elena jalani dengan tabah dan sabar meskipun didalam kesendiriannya sebenarnya Elena selalu merindukan sosok Joshua untuk berada selalu disampingnya."Luna, Mama nanti belikan Luna snack kesukaan Luna ya, sepulang Mama kerja! ". Dan Luna pun mengangguk pertanda mengerti instruksi dari Mamanya. Elena menghadiahkan Luna makanan kes
Elena terus dan terus melalui hari-harinya yang sendirian tanpa seorang Joshua disampingnya. Hari-hari itu hanya berlalu begitu saja seolah-olah memang tiada arti. Sehingga tak terasa Luna beranjak semakin dewasa. Luna tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik dan juga baik hati sama seperti Mamanya. Dan setelah sekian lama Elena bekerja kepada orang lain, akhirnya Elena bisa membuka rumah makan kecil-kecilan atau sebut saja warung sederhana. Perlahan tetapi pasti, mulailah berdatangan pelanggan warung makan Elena. Bunga tulip bunga favorit Elena,meskipun hanya sekedar bunga imitasi ,selalu Elena pajang disetiap sudut warung sederhananya. Sehingga menambah kesan manis pada setiap sisi warung makannya. Seperti biasanya,sup abalone kesukaan Joshua adalah menu pendamping utama favorit setiap pelanggan mereka. "Saya pesan sup abalone ya Luna satu porsi !". Ucap salah seorang pelanggannya. "Baik, Tante tolong ditunggu ya sup abalone nya. Seger
Hari ini adalah hari minggu pagi yang cerah. Elena dan juga Luna begitu bersemangat karena hari ini adalah hari dimana mereka meluangkan waktu sejenak untuk melepaskan rasa penat setelah sekian lama mereka hanya menghabiskan waktu berada diwarung makan sederhana mereka."Luna,pantai ini begitu indah bukan?. Ini adalah pantai yang penuh dengan kenangan bagi Mama dan juga Papamu. Dahulu kala Papamu melamar Mama dipantai ini. Banyak kenangan berharga ternyata bagi Mama tersimpan disini! ". Ungkap Elena kepada putrinya Luna."Pantai ini memang indah, Ma. Luna ingin Mama tahu bahwa meskipun Papa sudah tidak berada disisi kita saat ini ,tetapi Luna yakin bahwa Papa pasti sangatlah bahagia diatas sana melihat kita selalu perlu memiliki satu sama yang lainnya. Karena pada kenyataanya Luna sangatlah bangga memiliki seorang Ibu seperti Mama. Mama adalah seorang superhero bagi Luna, Ma!". Lunapun memeluk Elena dan memberikan kecupan dipipinya.Sementara i
Elena dan juga Luna kembali beraktifitas seperti biasanya. Pagi hari saat mentari belum bersinar,mereka sudah bergegas menuju warung sederhana mereka. Bukan mengejar hasil dari penjualan,tetapi karena banyak pelanggan setia mereka sudah siap menunggu meskipun terkadang warung makan Elena belum saatnya buka. Elena dan juga Luna merasa bahagia karena meskipun tidaklah banyak uang hasil dari berjualan makanan di warung sederhana mereka,mereka bahagia karena mereka bisa berbagi kebahagiaan kepada para pelanggannya lewat cita rasa masakan dari warung makan mereka. "Hai,selamat pagi Ibu Elena dan kak Luna,jam berapa ya warung Ibu buka?. Ibu saya menyuruh saya untuk segera bergegas kemari,dia takut kalau nanti saya tidak cepat pulang karena terlalu lama menanti pesanan di antrian pembelian masakan yang selalu dimasak oleh Ibu Elena ". Tanya seorang gadis seusia Luna yang memang selalu hampir tiap hari pergi ke warung sederhana Elena. Karena Ibu gadis itu begitu menyukai mas
Dan melangkahlah Joshua kedalam warung sederhana milik Elena itu. Hatinya masih saja was-was kalau saja Elena menyadari kehadirannya. Tetapi bisa jadi mungkin keberuntungan masih berpihak kepadanya. Ternyata, Luna yang kebetulan sedang merapikan meja nomor 1, posisi meja serta kursi-kursi itu yang berada tepat disebelah samping kanan depan pintu masuk warung makan sederhana mereka itu. Sambil mengarahkan pandangan matanya kedalam dapur warung makan itu, Joshua dikagetkan oleh sapaan Luna yang tiba-tiba saja terdengar olehnya. " Wah bapak cepat sekali mengantarkan pesanan bunga milik ibu saya !. Pas sekali saat ini sedang tidak banyak pelanggan yang datang. Bapak mau minum apa,biar saya ambilkan !". Ucap Luna kepada Joshua. " Ah, janganlah repot-repot,nak !. Bapak pamit pulang ya !. Bapak tidak enak hati karena setiap kali bapak mampir,pasti kamu selalu menawarkan bapak minuman ". Balas Joshua kepada Luna yang merasa sungkan sekaligus takut kalau