Dua minggu sudah berlalu semenjak Rosa mengetahui arti, "Jazakallahu khairan", wanita itu benar-benar mengamalkannya.
Arka bahkan kaget mendengar putri centilnya mengucapkan kata-kata keramat itu. Padahal dari dulu Arka sudah mengajarkan Rosa melalui buku-buku hadis ataupun kitab yang ia koleksi untuk dibaca. Tapi memang watak Rosa yang sama kerasnya dengan sang kakek membuatnya bertahan dan tidak menyentuhnya sedikit pun. Meskipun begitu, ia bersyukur putrinya lancar mengaji—yeah, meskipun bertolak belakang dengan kelakuannya.
"Ayah, aku mau pergi sama Bunda. Bye, assalamualaikum."
Rosa mengecup pipi ayahnya kilat, kemudian menyusul ibunya yang sudah lebih dahulu menuju mobil."Ayah harap kamu berubah, Sayang."
Arka berbisik melihat punggung anak gadisnya yang semakin hari semakin bertumbuh. Ia tidak menyangka bisa mengurus gadis keras kepala itu hingga sebesar ini. Ada rasa bangga di hatinya ketika mengingat almarhum istrinya.Sejak kecil, Rosa memang selalu dimanjakan oleh keluarga ayah ataupun ibunya. Ia seperti anak emas karena satu-satunya perempuan. Tak ayal, semua permintaannya dipenuhi. Dulu Arka pernah tidak menuruti permintaan Rosa yang ingin membeli bakso saat hujan deras, waktu itu umur Rosa enam tahun. Alhasil, Rosa keluar rumah sendiri dan berakhir diculik. Gadis itu bahkan sempat koma saat kabur dari penculik karena tertabrak mobil. Saat berumur 11 tahun, Rosa juga pernah diculik. Penyebabnya sepele, sopirnya telat menjemput, kemudian Rosa nekat menaiki mobil asing yang menawarkan tumpangan padanya—dan berakhir dengan penculikan. Dari kejadian itulah Rosa selalu dikawal bodyguard, dan sejak saat itu Arka menyesal serta selalu memenuhi keinginan Rosa, termasuk tidak menekan putri keras kepala itu.
Meskipun Rosa terbilang manja, gadis itu menjauhi kehidupan bebas layaknya anak konglomerat kebanyakan. Ia dan keempat sahabatnya masih dalam tahap wajar: penggila K-Pop dan karaoke.
Sejauh ini, Rosa juga tidak pernah pacaran secara serius. Ia hanya senang menarik perhatian kamum pria, lalu setelah mereka terjerat, ia menghempaskan begitu saja. Jika seseorang berniat mencelakainya, ia kerap kali menunjuk bodyguard-nya.Rosa juga terkenal sebagai ayam kampus karena pakaiannya yang selalu kekurangan bahan, serta gosip miring tentangnya yang sering menjajakan diri, menjadi simpanan orang kaya, dan sebagainya. Tapi ia benar-benar tidak peduli akan hal itu. Selama ia senang, siapa yang mau protes? Toh, semuanya miliknya. Ayah dan seluruh keluarganya saja tidak protes, apalagi sekelas orang-orang kuker alias kurang kerjaan yang menggosipinya. Who cares?
Rosa dan Amanda tiba di mal tepat pukul sepuluh pagi. Kedua wanita itu mulai menyusuri satu demi satu toko, diikuti dua bodyguard dan dua babysitter yang mendorong stroller Khalid dan Syana. Kadang mereka hanya melihat-lihat, terkadang membeli sesuatu yang menurut mereka bagus.
"Hey, baby boy, lihatlah ini keren! Aww... manisnya!"
Rosa sangat antusias melihat pernak-pernik batita untuk kedua adiknya yang begitu manis duduk di stroller bayinya. Kini mereka berada di sebuah toko ternama khusus perlengkapan anak."Nann-na....pu-phuu!"
Khalid memekik kegirangan saat sang kakak menunjukkan topi mungil berwarna hitam dengan coretan-coretan angka untuknya, kemudian sang kakak memakaikannya."I love you too, baby boy."
Rosa mengecup gemas pipi tembam Khalid, kemudian beralih pada Syana yang asyik dengan stroller-nya yang mengalunkan murottal. Kadang-kadang Rosa mengerti dengan ucapan kedua adiknya, tapi terkadang ia harus memeras otaknya untuk memahami bahasa mereka.Gadis tembam itu memang cenderung pendiam, tidak seperti Khalid yang perusuh dan hiperaktif. Namun meskipun Khalid hiperaktif, ia sering mengalah pada Syana yang keras kepala dan cenderung cengeng jika sesuatu yang diinginkannya tidak terpenuhi. Syana akan diam memainkan apa yang disukainya, kalau sudah bosan, ia akan menangis. Persamaan keduanya mungkin dalam berbicara—yang entah mengatakan apa dengan bahasa bayinya. Terkadang Rosa pusing jika mendengar keduanya berbicara.
Hmm, mengingat murottal, ia jadi ingat bahwa ayahnya begitu taat.
Dulu ibu tirinya juga tidak berhijab, tapi setelah menikah dengan ayahnya, ibu tirinya jadi berhijab. Dan sekarang, entah ke mana ibunya itu berburu hijab dan gamis. Seingatnya tadi ibunya mengatakan ada diskon 25% di salah satu brand hijab. Padahal tanpa diskon-pun mereka masih sangat mampu untuk membelinya."Hey, kamu mau apa, baby girl? Hmm," Rosa berpikir sejenak, "kamu sudah punya gaun Cinderella, Aurora juga sudah. Putri Salju, sudah. Anna, sudah. Hmm... kakak rasa kamu sudah punya semuanya, baby girl, jadi biar kakak lihat apa yang kamu butuhkan."
Rosa mengecup pipi Syana, kemudian kembali menjelajahi toko, diikuti kedua babysitter yang mendorong stroller Khalid dan Syana.Rosa mengembuskan napasnya. Rasanya ia ingin membeli semua pakaian yang dijual di toko ini. Semuanya begitu lucu dan indah, apalagi kedua adiknya yang pastinya akan selalu cocok memakai apa pun.
"Wow...!! Ini lucu sekali, baby girl."
Rosa menjerit heboh tanpa memedulikan pengunjung lain yang menatapnya dengan tatapan heran. Ia berjalan menuju Syana yang masih asyik dengan botol susunya yang tersisa setengah."Nah, mari kita coba."
Rosa memakaikan dengan hati-hati hijab yang baru diraihnya."Da-da..bu...!"
Syana bersemangat mengenakan hijab mungil berwarna ungu muda dengan motif kupu-kupu yang begitu indah di mata jernihnya."Ya, seperti Bunda."
Rosa membenahi hijab Syana, kemudian memandang gadis berpipi tembam itu dengan senyum puasnya."Ih, cantiknya sih!"
Rosa gemas sendiri dan menghadiahi pipi Syana dengan ciumannya."Too-po...ba-ba...na...ugi."
Syana menunjuk Rosa sembari berceloteh, sementara sang kakak tampak berpikir, berusaha memahami ucapan sang adik."Hmm, gue don’t understand, Dek. Sorry, ya."
Rosa terbahak melihat respons Syana yang sebal. Sepertinya gadis kecil itu kesal karena ucapannya tidak dimengerti."Da-ba...ugi."
Syana kembali berujar, menunjuk-nunjuk Rosa yang masih kebingungan."Papa pergi? Emangnya Ayah ke mana?"
Rosa meringis, semoga saja terjemahannya benar. Ia melirik kesal kepada kedua babysitter yang menahan tawa mereka. Padahal kedua babysitter itu juga tidak mengerti dengan ucapan Syana. Secara, mereka jarang-jarang mengasuh Syana dan Khalid. Paling sering mereka dibawa di saat-saat seperti ini."No...no! Bu-bubb...na-na pu!"
Syana mulai mencebikkan bibirnya, bersiap untuk menangis."Bunda Syana pulang?"
Rosa menaikkan alisnya. Syana langsung memekik senang sambil bertepuk tangan."Heol, nasib banget punya karakter sebangsa."
"Alright, kakak telepon Bunda dulu, ya."
Rosa merogoh ponselnya dan tersenyum saat mendapatkan notif dari Mr. Alim.Asal tahu saja, hubungannya dengan Mr. Alim berjalan seperti siput menurut pengamatan keempat sahabatnya. Kata mereka, Rosa terlalu lemah dalam menggoda Mr. Alim.
Memang benar sih, mengingat jadwal kuliahnya yang selalu penuh. Lagipula, Rosa masih berpikir waras. Taruhan itu tidak akan membuat perjuangannya selama ini dalam menuntut ilmu menjadi sia-sia. Justru, ia ingin membuktikan kepada Mr. Alim bahwa dirinya bukan hanya modal tampang dan tubuh.Rosa lagi-lagi tersenyum saat membuka isi kiriman Mr. Alim.
Hmm, mungkin nanti Rosa berencana mencetak kiriman Mr. Alim dan menempelkannya di kamarnya.
"Jangan lupa doa, saudaraku..."
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَسَانِيْ هَـٰذَا (الثَّوْبَ) وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ
(Segala puji bagi Allah yang memberi pakaian ini kepadaku sebagai rezeki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku.)
(HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai, lihat kitab Irwa’ul Ghalil 7/47)"Contohlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, wahai saudaraku, karena sungguh beliau adalah suri teladan yang paling baik."
#KeepSunnah #GoSunnah #UM #LDKUM__^^
"Iya, bentar, Dek. Sabar...!"
Rosa menggerutu mendengar pekikan Syana yang menggema. Syana memang benar-benar tidak sabaran.Rosa mendorong stroller Khalid menuju lobi tempat mobilnya berada. Ibunya pun terlihat sedang memasukkan barang belanjaan ke dalam bagasi dibantu kedua bodyguard-nya.
"Beli apa aja, Kak?" tanya Amanda tanpa menghentikan kegiatannya.
"Beli baju buat twins. Ih, lucu-lucu banget, tau, Bun!"
Rosa bercerita heboh."Udah banyak di rumah. Minggu kemarin kamu beliin juga. Sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, lho, Kak. Nanti mubazir. Sedangkan kamu tahu, mubazir itu perbuatan setan."
Nasihat Amanda bijak. Rosa hanya mengiyakan saja. Tapi lihat saja nanti, Rosa pasti akan berbelanja lagi.Amanda meringis jika mengingat kehidupannya dulu yang sebelas dua belas dengan anak tirinya itu. Kini, ia merasakan menjadi orang tua yang tidak didengar. Amanda menyesali masa lalunya yang pembangkang dan semena-mena. Tidak tahunya, ia malah mendapatkan anak tiri yang sifatnya bikin kepala pusing, rekening terkuras, apalagi emosi.
Tapi ya, dia bisa apa? Syukur-syukur anak tirinya tidak membencinya seperti di drama-drama yang ia tonton dulu.
"Assalamualaikum, Nanda."
Seorang wanita berhijab hitam dengan gamis hijau menghampiri Amanda. Meskipun terkejut, Amanda dengan cepat memeluk wanita di depannya. Sementara itu, Rosa menatap keduanya dengan bingung."Waalaikumsalam. Ya Allah, nggak nyangka ketemu di sini, Kak Faty."
Amanda tersenyum bahagia. Sudah cukup lama ia tidak bertemu dengan Fatimah—istri dari sahabat suaminya, sekaligus wanita yang dulu mengajarinya menjadi perempuan salehah."Sayang, ini loh temennya Mama. Sahabat Papa juga. Kenalan dong."
Amanda mengisyaratkan agar Rosa mendekat."Saya Rosa, Tante."
Rosa tersenyum, menatap kagum wajah cantik wanita di depannya."Fatimah. Kamu udah besar sekarang, cantik pula."
Fatimah memeluk Rosa. Ia bisa merasakan kalau Rosa terkejut, namun akhirnya gadis itu kembali tenang."Tante juga cantik kok. Pasti anak-anaknya cantik."
Rosa memuji tulus. Rasanya begitu nyaman dalam pelukan Fatimah."Al, sini dong, Abang. Kenalan sama sahabatnya Ummi."
Fatimah melambaikan tangannya agar pria yang dipanggilnya mendekat.Rosa menatap penasaran punggung pria itu. Sepertinya ia sedang menggendong bayi. Rasanya ia mengenal siluet tinggi itu.
Pikiran Rosa seketika buyar melihat penampilan cogan di depannya yang sudah berbalik menuju ke arahnya.Mr. Alim...!!
Oh my to the god god!
Hayati nggak kuat!Suami-able banget!Ya Allah, pantas saja Mr. Alim ganteng banget. Emaknya aja mirip Kim Tae-hee gini.
"Udah kenal kok, Ummi. Kita satu universitas."
Alfa tersenyum sopan, menyapa Amanda dan kedua baby twins yang masih di stroller-nya."Alhamdulillah kalau gitu. Ini anak Tante, namanya Zubair. Dia baru satu tahun."
Fatimah mengelus kepala Zubair yang masih dalam gendongan Alfa."Lucunya..."
Rosa menyoel pipi tembam Zubair."MasyaAllah, sifat banget sih kamu...!"
Rosa gemas sendiri, ia mengecup pipi tembam Zubair tanpa sungkan. Sedangkan Alfa melempar pandangan ke arah gedung Carrefour di depannya. Bagaimanapun, pakaian Rosa tidak bisa dibilang sopan."Rosa emang seneng anak kecil. Kalau udah ada adeknya, mereka sering lupa waktu," ujar Amanda pada Fatimah yang memperhatikan Rosa.
Keduanya tampak berbincang, sesekali tertawa. Mereka tidak memperhatikan kelakuan Rosa yang mulai bertingkah.
"Nanda, Ahad nanti main ke rumah, ya. Bawa anak-anak. Mau ada acara keluarga Mas Pram di rumah." Fatimah mengakhiri percakapannya karena baru saja mendapat pesan dari suaminya.
"Jadi, udah nggak tinggal di Singapura lagi sekarang?" tanya Nanda.
"Iya, Mas Pram sudah pindah kantornya ke sini. Nanti aku kirim alamatnya."
Fatimah memeluk Amanda, lalu menyusul Alfa yang masih bermain dengan Zubair dan si kembar."Bang, ayo pulang!" Fatimah menghampiri Alfa yang masih bercanda dengan bayi kembar.
"Rosa, Tante pulang dulu, ya. Jangan lupa Ahad besok datang ke rumah. Nanti bisa main sama Zubair juga." Fatimah mengambil alih Zubair dari gendongan Rosa."InsyaAllah, Tante." Jawaban Rosa terdengar sedikit kikuk. Entah mengapa, mendadak ia merasa canggung, apalagi Alfa masih berdiri di samping ibunya. Rasa percaya dirinya seolah tenggelam ke dasar laut.
"Ya sudah, Tante tunggu, lho. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Rosa dan Amanda menjawab bersamaan."Assalamualaikum. Zaman sekarang lagi ngetren istilah 'PHP'. Awalnya, gue yang anak Rohis nggak ngerti. Tapi karena banyak teman yang hijrah, akhirnya gue tahu bahwa PHP itu singkatan dari 'Pemberi Harapan Palsu'."
Memang Allah Azza wa Jalla telah menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda. Perempuan cenderung menggunakan perasaan, sementara laki-laki lebih mengedepankan logika. Karena itu, perempuan lebih mudah terbawa perasaan—atau bahasa gaulnya, baper.
Anyway, sebagai pria, gue mau kasih tahu bahwa nggak semua perhatian dari lawan jenis, khususnya pria ke sista, itu berarti cinta atau suka.
Kami, para pria, nggak berpikir sekompleks perempuan. Kami lebih sering bertindak berdasarkan logika. Jadi, jangan gampang baper.Oleh karena itu, wahai para sista yang insyaAllah dimuliakan oleh Allah, bantu kami menjaga pandangan dengan menutup aurat kalian.
Allah Azza wa Jalla itu nggak PHP, kok. Allah nggak pernah bohong. Kalau ada yang ragu menutup aurat karena takut nggak laku, kalian salah. Kalau impian kalian adalah mendapatkan suami yang baik, maka dalam jiwanya, dia pasti akan mencari pasangan yang juga baik.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?"
(QS. An-Nisa': 122)Ingat, brother and sister, taatlah tanpa tapi. Beribadahlah karena janji Allah itu pasti.
#KeepSunnah #GoSunnah #UM #LDKUM
Rosa tersenyum samar. Tak bisa dipungkiri, ada rasa senang di hatinya saat membaca broadcast Radio kampus dengan pembicara yaitu Mr. Alim. Tapi, ia masih belum berniat menutup aurat. Untuk saat ini, ia masih ingin menikmati kebebasannya.
Hall jazaaa ul_ihsaani illal_ihsaan....Fa bi'ayyi aalaaa'i robbukumaa tukazzibaan...Alfa terisak, berusaha meneruskan tilawahnya hingga selesai. Ia tidak menyadari sosok gadis yang memperhatikan gerak geriknya dari tadi. Pria itu kerap kali menangis jika membaca surah Ar - Rahman. Apalagi saat mengulangi ayat yang berarti 'Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan,' rasanya itu seperti di siram air es di musim dingin. Selama ini ia merasa bebas bahkan terkesan santai dengan hidupnya. Padahal semua fasilitas yang ia nikmati semuanya dari sang pencipta Allah. Oksigen yang selama ini di hirup tidak pernah habis stoknya, makanan yang selama ini ia makan, mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, bibir yang bisa berbicara, tangan yang bisa bergerak, kaki yang bisa melangkah, kulit yang begitu peka, lidah yang perasa, air liur yang tidak pernah habis stoknya, dan banyak karunia yang di berikan sang pencipta Allah kepadanya dan seluruh mahluk hidup di bumi. Pernahkah
Dentingan sendok yang beradu dengan piring mengawali pagi Rosa yang cerah. Wanita itu begitu menikmati nasi goreng seafood karyanya. “Kamu nggak kuliah dek?” Rosa mengalihkan pandangannya dari piring ke sosok tampan kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jasnya.“Nggak, aku mau ikut ke kantor bareng abang."Zany mengerutkan keningnya, sejak kemarin tingkah adiknya aneh, bahkan betah menempel kepadanya padahal ia sudah membentak Rosa, karena adiknya selalu berbuat hal hal yang tidak di sukainya. “Abang mau ke lokasi proyek. Sekalian ketemu klien." Rosa mendengkus sebal mendengar jawaban sang kakak. Pokoknya ia tidak mau tahu. Karena hari ini jadwalnya mewawancarai sang kakak tentang Mr. Alim. Besok tidak bisa karena jadwal kuliahnya yang padat."Pokoknya aku ikut. Nggak pake koma." Jawab Rosa keras kepala.Zany menghela nafasnya , susah sekali menang dari si keras kepala Rosa. "Bi Jum, yang membersihkan kamar mandi saya siapa?"Rosa nyaris tersedak mendengar pertanyaan sang k
"Udah tau gue amnesia. Elo aja yang sombong." Rosa tak mau kalah. Ia menatap sengit ke arah Alfa yang tampak biasa saja."Nggak penting juga." Jawab Alfa. Pria itu menyerahkan piring kepada Rosa dan Zany."What? nggak penting gimana? Bagi gue masa kecil itu penting." Rosa berkoar tak sabar. Wanita itu melipat kerah kemeja hitamnya, kemudian merebut sendok nasi dari Alfa. Menyendok nasi ke piringnya dengan emosi.Ughh, air liur siapa yang tidak menetes melihat menu yang tersedia di kotak bekal yang Alfa bawa. Ada ayam panggang, tempe dan tahu goreng, sayur asam tak lupa sambal tomat yang begitu menggugah selera, limau di atas sambal itu serasa melambai lambai meminta di cicipi. Zany dan Alfa hanya saling pandang melihat tingkah Rosa. Menunggu dengan sabar si tuan putri yang sibuk comot sana sini sesekali berujar 'enak banget'."Gue belum selesai. Nanti kalau udah kenyang baru lanjut." Ujar Rosa ketus saat melihat Alfa yang meredam tawanya karena tingkahnya yang di luar prediksinya .A
"Saya pakai jaring saja sudah terlanjur basah."Suara Alfa menginstrupsi Rosa yang masih menganga. Untung saja tidak ada belalang atau lebah yang singgah di mulutnya yang menganga lebih dari satu menit. Pstt, tau gitu gue bawa kamera! Terus gue sebarin ketampanannya ke instagram! Lagi lagi batin Rosa bergejolak, menyalahkan dirinya yang tidak seperti biasanya yang selalu ingat membawa kamera untuk mengabadikan momennya."Oh.., eumm. Oke gue ambilin. Tempatnya di mana?" Rosa bertanya gelagapan. Bisa hilang nilai jualnya kalau si Mr. Alim tahu dirinya terjatuh begitu dalam hingga dasarnya. Tapi Rosa berniat menetapkan hatinya, kali ini tidak untuk main main. Ya, meskipun masih dalam lingkup taruhan. "Di dapur bagian atas sebelah kiri." Alfa menjawab sembari menarik kail pancing. Pun Rosa yang langsung meninggalkan tempat."Al, elo nggak naksir adik gue kan?" Tanya Zany. Pria itu menatap sekilas ke bukit bukit terjal yang menjulang di ujung sawah sana. Pemandangannya memang sangat mema
Di tengah sunyinya malam, sang rembulan bersinar dengan terangnya, seolah mengejek gadis yang sedang meringkuk memeluk gulingnya. Terkadang ke kiri dan terkadang ke kanan. Gadis itu memutuskan bangkit dari ranjang, beranjak ke meja belajarnya kemudian membuka laptopnya. Lebih baik mengerjakan tugas, daripada memeras otak memikirkan Mr. Alim yang membuat dadanya berdenyut denyut nyeri. Masih segar di ingatannya saat kejujuran Alfa seolah-olah menembak hatinya hingga luluh lantah, 'Syukurlah karena kamu tidak benar-benar suka kepada saya. Saya sendiri juga tidak menginginkan istri yang mengumbar aurat' kata kata itu terus terngiang, melukai harga dirinya. Cinta?Oh, Rosa belum gila untuk jatuh cinta secepat itu pada Mr. Alim. Ia hanya merasakan hatinya sakit, bahkan beberapa hari ini susah tidur. Ditambah sosok Alfa tidak pernah muncul lagi membuatnya uring uringan. Apa mungkin pria itu marah karena dirinya yang mengatakan Alfa miskin? Ah, bodo amat!Mungkin harga diri Alfa terluka
Rosa menghentikan langkahnya saat memperhatikan orang-orang yang bersama Mr. Alim. Yang benar saja, ia tidak ingin mempermalukan dirinya di depan dosen yang duduk bersama Alfa. Akhirnya Rosa memutuskan kembali ke meja di mana Siska, Edward dan Maya berada. Maya menatap Rosa bingung, karena wanita itu kembali. Rosa menunjuk dua orang dosen yang ikut duduk di samping Alfa ,Maya mengangguk mengerti. "Omong-omong, bukanya ormas itu sering jagain gereja? Aneh banget sudah kalau sesama muslim bertingkah anarkis begitu." Edward berkomentar setelah makanannya tandas. "Di masjid banyak orang kehilangan sendal nggak di jagain. Kayak katanya ustadz yang viral itu, toleransinya udah kebablasan." Sambung Siska. "Hmm, tapi masa sih ustadz yang di bubarin itu ngelarang tahlil? Kalau maulid gue bisa toleransi karena emang ajaran Syi'ah di abad ke 200." Rosa bertanya penasaran. Setahunya tahlil itu kan 'Laa illaaha illallah' ada gitu ustadz yang melarang kalimat kalimat tauhid itu? "Tahlilan
GGS. Jangan berpikir itu kependekan dari sinetron yang sempat meroket di tanah air. Menurut Rosa pribadi sih, sekarang di pertelevisian Indonesia sudah sangat susah mendapati acara yang mendidik. Termasuk Sinetron yang kadang membuat Rosa kesal karena tindakan tidak bermoral yang di pertontonkan. Mungkin itu penyebabnya banyak anak-anak atau bahkan remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan layaknya yang mereka tonton. Peluk sana sini, berkelahi, melawan orang tua, atau bahkan terjerumus ke hal yang lebih kompleks seperti hamil di luar nikah_yang lebih parahnya banyak anak-anak kecil yang menonton sampai rela begadang dan besoknya terlambat ke sekolah. Herannya rating suatu acara yang tidak lazim terkadang meroket di tanah air. Acara lawakan kerap kali dijadikan ajang membongkar aib dan menghina seseorang. Benar-benar jauh dari expektasi yang seharusnya. Oleh karena itu, Rosa pribadi menyukai drama korea selain karena episodenya tidak bertele -tele kebanyakan dramanya mengandung ban
Senin yang menyebalkan. Itu hampir di rasakan seluruh penghuni bumi yang memiliki aktivitas padat. Rosa salah satunya. Wanita itu sedang berkutat dengan setumpuk tugasnya plus tugas dari sang kakak yang menyuruhnya menyortir berkas berkas perusahaan. Hufh..!Rosa sudah menolak dengan berbagai cara. Mulai dari pura-pura sakit perut hingga pura-pura tidak mengerti. Tapi memang dasar sifat diktator kakaknya yang sudah mendarah daging. Kata sang kakak, "Anak SD yang baru bisa baca saja ngerti. Kamu nggak sebodoh itu adik manis." Dan dengan berat hati yang seberat-beratnya Rosa membopong setumpuk kertas itu ke kampusnya. Tentunya di bantu kedua body guardnya. Dan sekarang matanya sudah kering karena terus menerus membaca. Rosa sudah berencana menyuruh kedua body guardnya membantu. Tapi Zany dengan kejam mengancam akan memblokir kartu debitnya jika ia berani berani menyuruh mereka. Harusnya itu tugas sekretaris kakaknya di kantor. Tapi apa di kata kakaknya menjawab dengan enteng, "Abang s
Day 278Mission Failed.Rosa menatap kalender di depannya disertai embusan nafasnya. Ia sudah putus asa mendekati Mr. Alim. Segala cara yang ia lakukan sia sia karena Mr. Alim bahkan tidak menoleh sedikitpun kepadanya. Hingga kenyataan pahit menamparnya, Mr. Alim di kabarkan melamar seorang wanita yang ternyata sekampus dengannya. Ia memang mendekati Mr. Alim seperti biasanya, entah di kampus atau di kantor. Jika ia memiliki waktu luang tentunya.Semuanya sudah ia lakukan, mulai dari membuang urat malunya, bahkan nyaris ena ena jika saja Danis _kakaknya tidak menyeretnya pulang. Padahal ia sudah merencanakan semuanya, termasuk mengecek masa suburnya. Ia sudah bersiap siap agar Alfa Junior tumbuh di rahimnya. Tapi ternyata, kedua kakaknya mencium niat buruknya.Dan hasilnya sekarang ini. Sepulang kuliah di kurung di kamar, sarapan, makan siang dan makan malam di kamarnya . Semua fasilitasnya dicabut, bahkan handphone beserta laptop kesayangannya ikut disita. Namun bukan itu yang membu
Senin yang menyebalkan. Itu hampir di rasakan seluruh penghuni bumi yang memiliki aktivitas padat. Rosa salah satunya. Wanita itu sedang berkutat dengan setumpuk tugasnya plus tugas dari sang kakak yang menyuruhnya menyortir berkas berkas perusahaan. Hufh..!Rosa sudah menolak dengan berbagai cara. Mulai dari pura-pura sakit perut hingga pura-pura tidak mengerti. Tapi memang dasar sifat diktator kakaknya yang sudah mendarah daging. Kata sang kakak, "Anak SD yang baru bisa baca saja ngerti. Kamu nggak sebodoh itu adik manis." Dan dengan berat hati yang seberat-beratnya Rosa membopong setumpuk kertas itu ke kampusnya. Tentunya di bantu kedua body guardnya. Dan sekarang matanya sudah kering karena terus menerus membaca. Rosa sudah berencana menyuruh kedua body guardnya membantu. Tapi Zany dengan kejam mengancam akan memblokir kartu debitnya jika ia berani berani menyuruh mereka. Harusnya itu tugas sekretaris kakaknya di kantor. Tapi apa di kata kakaknya menjawab dengan enteng, "Abang s
GGS. Jangan berpikir itu kependekan dari sinetron yang sempat meroket di tanah air. Menurut Rosa pribadi sih, sekarang di pertelevisian Indonesia sudah sangat susah mendapati acara yang mendidik. Termasuk Sinetron yang kadang membuat Rosa kesal karena tindakan tidak bermoral yang di pertontonkan. Mungkin itu penyebabnya banyak anak-anak atau bahkan remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan layaknya yang mereka tonton. Peluk sana sini, berkelahi, melawan orang tua, atau bahkan terjerumus ke hal yang lebih kompleks seperti hamil di luar nikah_yang lebih parahnya banyak anak-anak kecil yang menonton sampai rela begadang dan besoknya terlambat ke sekolah. Herannya rating suatu acara yang tidak lazim terkadang meroket di tanah air. Acara lawakan kerap kali dijadikan ajang membongkar aib dan menghina seseorang. Benar-benar jauh dari expektasi yang seharusnya. Oleh karena itu, Rosa pribadi menyukai drama korea selain karena episodenya tidak bertele -tele kebanyakan dramanya mengandung ban
Rosa menghentikan langkahnya saat memperhatikan orang-orang yang bersama Mr. Alim. Yang benar saja, ia tidak ingin mempermalukan dirinya di depan dosen yang duduk bersama Alfa. Akhirnya Rosa memutuskan kembali ke meja di mana Siska, Edward dan Maya berada. Maya menatap Rosa bingung, karena wanita itu kembali. Rosa menunjuk dua orang dosen yang ikut duduk di samping Alfa ,Maya mengangguk mengerti. "Omong-omong, bukanya ormas itu sering jagain gereja? Aneh banget sudah kalau sesama muslim bertingkah anarkis begitu." Edward berkomentar setelah makanannya tandas. "Di masjid banyak orang kehilangan sendal nggak di jagain. Kayak katanya ustadz yang viral itu, toleransinya udah kebablasan." Sambung Siska. "Hmm, tapi masa sih ustadz yang di bubarin itu ngelarang tahlil? Kalau maulid gue bisa toleransi karena emang ajaran Syi'ah di abad ke 200." Rosa bertanya penasaran. Setahunya tahlil itu kan 'Laa illaaha illallah' ada gitu ustadz yang melarang kalimat kalimat tauhid itu? "Tahlilan
Di tengah sunyinya malam, sang rembulan bersinar dengan terangnya, seolah mengejek gadis yang sedang meringkuk memeluk gulingnya. Terkadang ke kiri dan terkadang ke kanan. Gadis itu memutuskan bangkit dari ranjang, beranjak ke meja belajarnya kemudian membuka laptopnya. Lebih baik mengerjakan tugas, daripada memeras otak memikirkan Mr. Alim yang membuat dadanya berdenyut denyut nyeri. Masih segar di ingatannya saat kejujuran Alfa seolah-olah menembak hatinya hingga luluh lantah, 'Syukurlah karena kamu tidak benar-benar suka kepada saya. Saya sendiri juga tidak menginginkan istri yang mengumbar aurat' kata kata itu terus terngiang, melukai harga dirinya. Cinta?Oh, Rosa belum gila untuk jatuh cinta secepat itu pada Mr. Alim. Ia hanya merasakan hatinya sakit, bahkan beberapa hari ini susah tidur. Ditambah sosok Alfa tidak pernah muncul lagi membuatnya uring uringan. Apa mungkin pria itu marah karena dirinya yang mengatakan Alfa miskin? Ah, bodo amat!Mungkin harga diri Alfa terluka
"Saya pakai jaring saja sudah terlanjur basah."Suara Alfa menginstrupsi Rosa yang masih menganga. Untung saja tidak ada belalang atau lebah yang singgah di mulutnya yang menganga lebih dari satu menit. Pstt, tau gitu gue bawa kamera! Terus gue sebarin ketampanannya ke instagram! Lagi lagi batin Rosa bergejolak, menyalahkan dirinya yang tidak seperti biasanya yang selalu ingat membawa kamera untuk mengabadikan momennya."Oh.., eumm. Oke gue ambilin. Tempatnya di mana?" Rosa bertanya gelagapan. Bisa hilang nilai jualnya kalau si Mr. Alim tahu dirinya terjatuh begitu dalam hingga dasarnya. Tapi Rosa berniat menetapkan hatinya, kali ini tidak untuk main main. Ya, meskipun masih dalam lingkup taruhan. "Di dapur bagian atas sebelah kiri." Alfa menjawab sembari menarik kail pancing. Pun Rosa yang langsung meninggalkan tempat."Al, elo nggak naksir adik gue kan?" Tanya Zany. Pria itu menatap sekilas ke bukit bukit terjal yang menjulang di ujung sawah sana. Pemandangannya memang sangat mema
"Udah tau gue amnesia. Elo aja yang sombong." Rosa tak mau kalah. Ia menatap sengit ke arah Alfa yang tampak biasa saja."Nggak penting juga." Jawab Alfa. Pria itu menyerahkan piring kepada Rosa dan Zany."What? nggak penting gimana? Bagi gue masa kecil itu penting." Rosa berkoar tak sabar. Wanita itu melipat kerah kemeja hitamnya, kemudian merebut sendok nasi dari Alfa. Menyendok nasi ke piringnya dengan emosi.Ughh, air liur siapa yang tidak menetes melihat menu yang tersedia di kotak bekal yang Alfa bawa. Ada ayam panggang, tempe dan tahu goreng, sayur asam tak lupa sambal tomat yang begitu menggugah selera, limau di atas sambal itu serasa melambai lambai meminta di cicipi. Zany dan Alfa hanya saling pandang melihat tingkah Rosa. Menunggu dengan sabar si tuan putri yang sibuk comot sana sini sesekali berujar 'enak banget'."Gue belum selesai. Nanti kalau udah kenyang baru lanjut." Ujar Rosa ketus saat melihat Alfa yang meredam tawanya karena tingkahnya yang di luar prediksinya .A
Dentingan sendok yang beradu dengan piring mengawali pagi Rosa yang cerah. Wanita itu begitu menikmati nasi goreng seafood karyanya. “Kamu nggak kuliah dek?” Rosa mengalihkan pandangannya dari piring ke sosok tampan kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jasnya.“Nggak, aku mau ikut ke kantor bareng abang."Zany mengerutkan keningnya, sejak kemarin tingkah adiknya aneh, bahkan betah menempel kepadanya padahal ia sudah membentak Rosa, karena adiknya selalu berbuat hal hal yang tidak di sukainya. “Abang mau ke lokasi proyek. Sekalian ketemu klien." Rosa mendengkus sebal mendengar jawaban sang kakak. Pokoknya ia tidak mau tahu. Karena hari ini jadwalnya mewawancarai sang kakak tentang Mr. Alim. Besok tidak bisa karena jadwal kuliahnya yang padat."Pokoknya aku ikut. Nggak pake koma." Jawab Rosa keras kepala.Zany menghela nafasnya , susah sekali menang dari si keras kepala Rosa. "Bi Jum, yang membersihkan kamar mandi saya siapa?"Rosa nyaris tersedak mendengar pertanyaan sang k
Hall jazaaa ul_ihsaani illal_ihsaan....Fa bi'ayyi aalaaa'i robbukumaa tukazzibaan...Alfa terisak, berusaha meneruskan tilawahnya hingga selesai. Ia tidak menyadari sosok gadis yang memperhatikan gerak geriknya dari tadi. Pria itu kerap kali menangis jika membaca surah Ar - Rahman. Apalagi saat mengulangi ayat yang berarti 'Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan,' rasanya itu seperti di siram air es di musim dingin. Selama ini ia merasa bebas bahkan terkesan santai dengan hidupnya. Padahal semua fasilitas yang ia nikmati semuanya dari sang pencipta Allah. Oksigen yang selama ini di hirup tidak pernah habis stoknya, makanan yang selama ini ia makan, mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, bibir yang bisa berbicara, tangan yang bisa bergerak, kaki yang bisa melangkah, kulit yang begitu peka, lidah yang perasa, air liur yang tidak pernah habis stoknya, dan banyak karunia yang di berikan sang pencipta Allah kepadanya dan seluruh mahluk hidup di bumi. Pernahkah