แชร์

BAB 4. PHP

ผู้เขียน: Ria Humaira
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-08 09:18:12

Dua minggu sudah berlalu semenjak Rosa mengetahui arti, "Jazakallahu khairan", wanita itu benar-benar mengamalkannya.

Arka bahkan kaget mendengar putri centilnya mengucapkan kata-kata keramat itu. Padahal dari dulu Arka sudah mengajarkan Rosa melalui buku-buku hadis ataupun kitab yang ia koleksi untuk dibaca. Tapi memang watak Rosa yang sama kerasnya dengan sang kakek membuatnya bertahan dan tidak menyentuhnya sedikit pun. Meskipun begitu, ia bersyukur putrinya lancar mengaji—yeah, meskipun bertolak belakang dengan kelakuannya.

"Ayah, aku mau pergi sama Bunda. Bye, assalamualaikum."

Rosa mengecup pipi ayahnya kilat, kemudian menyusul ibunya yang sudah lebih dahulu menuju mobil.

"Ayah harap kamu berubah, Sayang."

Arka berbisik melihat punggung anak gadisnya yang semakin hari semakin bertumbuh. Ia tidak menyangka bisa mengurus gadis keras kepala itu hingga sebesar ini. Ada rasa bangga di hatinya ketika mengingat almarhum istrinya.

Sejak kecil, Rosa memang selalu dimanjakan oleh keluarga ayah ataupun ibunya. Ia seperti anak emas karena satu-satunya perempuan. Tak ayal, semua permintaannya dipenuhi. Dulu Arka pernah tidak menuruti permintaan Rosa yang ingin membeli bakso saat hujan deras, waktu itu umur Rosa enam tahun. Alhasil, Rosa keluar rumah sendiri dan berakhir diculik. Gadis itu bahkan sempat koma saat kabur dari penculik karena tertabrak mobil. Saat berumur 11 tahun, Rosa juga pernah diculik. Penyebabnya sepele, sopirnya telat menjemput, kemudian Rosa nekat menaiki mobil asing yang menawarkan tumpangan padanya—dan berakhir dengan penculikan. Dari kejadian itulah Rosa selalu dikawal bodyguard, dan sejak saat itu Arka menyesal serta selalu memenuhi keinginan Rosa, termasuk tidak menekan putri keras kepala itu.

Meskipun Rosa terbilang manja, gadis itu menjauhi kehidupan bebas layaknya anak konglomerat kebanyakan. Ia dan keempat sahabatnya masih dalam tahap wajar: penggila K-Pop dan karaoke.

Sejauh ini, Rosa juga tidak pernah pacaran secara serius. Ia hanya senang menarik perhatian kamum pria, lalu setelah mereka terjerat, ia menghempaskan begitu saja. Jika seseorang berniat mencelakainya, ia kerap kali menunjuk bodyguard-nya.

Rosa juga terkenal sebagai ayam kampus karena pakaiannya yang selalu kekurangan bahan, serta gosip miring tentangnya yang sering menjajakan diri, menjadi simpanan orang kaya, dan sebagainya. Tapi ia benar-benar tidak peduli akan hal itu. Selama ia senang, siapa yang mau protes? Toh, semuanya miliknya. Ayah dan seluruh keluarganya saja tidak protes, apalagi sekelas orang-orang kuker alias kurang kerjaan yang menggosipinya. Who cares?

Rosa dan Amanda tiba di mal tepat pukul sepuluh pagi. Kedua wanita itu mulai menyusuri satu demi satu toko, diikuti dua bodyguard dan dua babysitter yang mendorong stroller Khalid dan Syana. Kadang mereka hanya melihat-lihat, terkadang membeli sesuatu yang menurut mereka bagus.

"Hey, baby boy, lihatlah ini keren! Aww... manisnya!"

Rosa sangat antusias melihat pernak-pernik batita untuk kedua adiknya yang begitu manis duduk di stroller bayinya. Kini mereka berada di sebuah toko ternama khusus perlengkapan anak.

"Nann-na....pu-phuu!"

Khalid memekik kegirangan saat sang kakak menunjukkan topi mungil berwarna hitam dengan coretan-coretan angka untuknya, kemudian sang kakak memakaikannya.

"I love you too, baby boy."

Rosa mengecup gemas pipi tembam Khalid, kemudian beralih pada Syana yang asyik dengan stroller-nya yang mengalunkan murottal.

Kadang-kadang Rosa mengerti dengan ucapan kedua adiknya, tapi terkadang ia harus memeras otaknya untuk memahami bahasa mereka.

Gadis tembam itu memang cenderung pendiam, tidak seperti Khalid yang perusuh dan hiperaktif. Namun meskipun Khalid hiperaktif, ia sering mengalah pada Syana yang keras kepala dan cenderung cengeng jika sesuatu yang diinginkannya tidak terpenuhi. Syana akan diam memainkan apa yang disukainya, kalau sudah bosan, ia akan menangis. Persamaan keduanya mungkin dalam berbicara—yang entah mengatakan apa dengan bahasa bayinya. Terkadang Rosa pusing jika mendengar keduanya berbicara.

Hmm, mengingat murottal, ia jadi ingat bahwa ayahnya begitu taat.

Dulu ibu tirinya juga tidak berhijab, tapi setelah menikah dengan ayahnya, ibu tirinya jadi berhijab. Dan sekarang, entah ke mana ibunya itu berburu hijab dan gamis. Seingatnya tadi ibunya mengatakan ada diskon 25% di salah satu brand hijab. Padahal tanpa diskon-pun mereka masih sangat mampu untuk membelinya.

"Hey, kamu mau apa, baby girl? Hmm," Rosa berpikir sejenak, "kamu sudah punya gaun Cinderella, Aurora juga sudah. Putri Salju, sudah. Anna, sudah. Hmm... kakak rasa kamu sudah punya semuanya, baby girl, jadi biar kakak lihat apa yang kamu butuhkan."

Rosa mengecup pipi Syana, kemudian kembali menjelajahi toko, diikuti kedua babysitter yang mendorong stroller Khalid dan Syana.

Rosa mengembuskan napasnya. Rasanya ia ingin membeli semua pakaian yang dijual di toko ini. Semuanya begitu lucu dan indah, apalagi kedua adiknya yang pastinya akan selalu cocok memakai apa pun.

"Wow...!! Ini lucu sekali, baby girl."

Rosa menjerit heboh tanpa memedulikan pengunjung lain yang menatapnya dengan tatapan heran. Ia berjalan menuju Syana yang masih asyik dengan botol susunya yang tersisa setengah.

"Nah, mari kita coba."

Rosa memakaikan dengan hati-hati hijab yang baru diraihnya.

"Da-da..bu...!"

Syana bersemangat mengenakan hijab mungil berwarna ungu muda dengan motif kupu-kupu yang begitu indah di mata jernihnya.

"Ya, seperti Bunda."

Rosa membenahi hijab Syana, kemudian memandang gadis berpipi tembam itu dengan senyum puasnya.

"Ih, cantiknya sih!"

Rosa gemas sendiri dan menghadiahi pipi Syana dengan ciumannya.

"Too-po...ba-ba...na...ugi."

Syana menunjuk Rosa sembari berceloteh, sementara sang kakak tampak berpikir, berusaha memahami ucapan sang adik.

"Hmm, gue don’t understand, Dek. Sorry, ya."

Rosa terbahak melihat respons Syana yang sebal. Sepertinya gadis kecil itu kesal karena ucapannya tidak dimengerti.

"Da-ba...ugi."

Syana kembali berujar, menunjuk-nunjuk Rosa yang masih kebingungan.

"Papa pergi? Emangnya Ayah ke mana?"

Rosa meringis, semoga saja terjemahannya benar. Ia melirik kesal kepada kedua babysitter yang menahan tawa mereka.

Padahal kedua babysitter itu juga tidak mengerti dengan ucapan Syana. Secara, mereka jarang-jarang mengasuh Syana dan Khalid. Paling sering mereka dibawa di saat-saat seperti ini.

"No...no! Bu-bubb...na-na pu!"

Syana mulai mencebikkan bibirnya, bersiap untuk menangis.

"Bunda Syana pulang?"

Rosa menaikkan alisnya. Syana langsung memekik senang sambil bertepuk tangan.

"Heol, nasib banget punya karakter sebangsa."

"Alright, kakak telepon Bunda dulu, ya."

Rosa merogoh ponselnya dan tersenyum saat mendapatkan notif dari Mr. Alim.

Asal tahu saja, hubungannya dengan Mr. Alim berjalan seperti siput menurut pengamatan keempat sahabatnya. Kata mereka, Rosa terlalu lemah dalam menggoda Mr. Alim.

Memang benar sih, mengingat jadwal kuliahnya yang selalu penuh. Lagipula, Rosa masih berpikir waras. Taruhan itu tidak akan membuat perjuangannya selama ini dalam menuntut ilmu menjadi sia-sia. Justru, ia ingin membuktikan kepada Mr. Alim bahwa dirinya bukan hanya modal tampang dan tubuh.

Rosa lagi-lagi tersenyum saat membuka isi kiriman Mr. Alim.

Hmm, mungkin nanti Rosa berencana mencetak kiriman Mr. Alim dan menempelkannya di kamarnya.

"Jangan lupa doa, saudaraku..."

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَسَانِيْ هَـٰذَا (الثَّوْبَ) وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ

(Segala puji bagi Allah yang memberi pakaian ini kepadaku sebagai rezeki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku.)

(HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai, lihat kitab Irwa’ul Ghalil 7/47)

"Contohlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, wahai saudaraku, karena sungguh beliau adalah suri teladan yang paling baik."

#KeepSunnah #GoSunnah #UM #LDKUM__^^

"Iya, bentar, Dek. Sabar...!"

Rosa menggerutu mendengar pekikan Syana yang menggema. Syana memang benar-benar tidak sabaran.

Rosa mendorong stroller Khalid menuju lobi tempat mobilnya berada. Ibunya pun terlihat sedang memasukkan barang belanjaan ke dalam bagasi dibantu kedua bodyguard-nya.

"Beli apa aja, Kak?" tanya Amanda tanpa menghentikan kegiatannya.

"Beli baju buat twins. Ih, lucu-lucu banget, tau, Bun!"

Rosa bercerita heboh.

"Udah banyak di rumah. Minggu kemarin kamu beliin juga. Sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, lho, Kak. Nanti mubazir. Sedangkan kamu tahu, mubazir itu perbuatan setan."

Nasihat Amanda bijak. Rosa hanya mengiyakan saja. Tapi lihat saja nanti, Rosa pasti akan berbelanja lagi.

Amanda meringis jika mengingat kehidupannya dulu yang sebelas dua belas dengan anak tirinya itu. Kini, ia merasakan menjadi orang tua yang tidak didengar. Amanda menyesali masa lalunya yang pembangkang dan semena-mena. Tidak tahunya, ia malah mendapatkan anak tiri yang sifatnya bikin kepala pusing, rekening terkuras, apalagi emosi.

Tapi ya, dia bisa apa? Syukur-syukur anak tirinya tidak membencinya seperti di drama-drama yang ia tonton dulu.

"Assalamualaikum, Nanda."

Seorang wanita berhijab hitam dengan gamis hijau menghampiri Amanda. Meskipun terkejut, Amanda dengan cepat memeluk wanita di depannya. Sementara itu, Rosa menatap keduanya dengan bingung.

"Waalaikumsalam. Ya Allah, nggak nyangka ketemu di sini, Kak Faty."

Amanda tersenyum bahagia. Sudah cukup lama ia tidak bertemu dengan Fatimah—istri dari sahabat suaminya, sekaligus wanita yang dulu mengajarinya menjadi perempuan salehah.

"Sayang, ini loh temennya Mama. Sahabat Papa juga. Kenalan dong."

Amanda mengisyaratkan agar Rosa mendekat.

"Saya Rosa, Tante."

Rosa tersenyum, menatap kagum wajah cantik wanita di depannya.

"Fatimah. Kamu udah besar sekarang, cantik pula."

Fatimah memeluk Rosa. Ia bisa merasakan kalau Rosa terkejut, namun akhirnya gadis itu kembali tenang.

"Tante juga cantik kok. Pasti anak-anaknya cantik."

Rosa memuji tulus. Rasanya begitu nyaman dalam pelukan Fatimah.

"Al, sini dong, Abang. Kenalan sama sahabatnya Ummi."

Fatimah melambaikan tangannya agar pria yang dipanggilnya mendekat.

Rosa menatap penasaran punggung pria itu. Sepertinya ia sedang menggendong bayi. Rasanya ia mengenal siluet tinggi itu.

Pikiran Rosa seketika buyar melihat penampilan cogan di depannya yang sudah berbalik menuju ke arahnya.

Mr. Alim...!!

Oh my to the god god!

Hayati nggak kuat!

Suami-able banget!

Ya Allah, pantas saja Mr. Alim ganteng banget. Emaknya aja mirip Kim Tae-hee gini.

"Udah kenal kok, Ummi. Kita satu universitas."

Alfa tersenyum sopan, menyapa Amanda dan kedua baby twins yang masih di stroller-nya.

"Alhamdulillah kalau gitu. Ini anak Tante, namanya Zubair. Dia baru satu tahun."

Fatimah mengelus kepala Zubair yang masih dalam gendongan Alfa.

"Lucunya..."

Rosa menyoel pipi tembam Zubair.

"MasyaAllah, sifat banget sih kamu...!"

Rosa gemas sendiri, ia mengecup pipi tembam Zubair tanpa sungkan. Sedangkan Alfa melempar pandangan ke arah gedung Carrefour di depannya.

Bagaimanapun, pakaian Rosa tidak bisa dibilang sopan.

"Rosa emang seneng anak kecil. Kalau udah ada adeknya, mereka sering lupa waktu," ujar Amanda pada Fatimah yang memperhatikan Rosa.

Keduanya tampak berbincang, sesekali tertawa. Mereka tidak memperhatikan kelakuan Rosa yang mulai bertingkah.

"Nanda, Ahad nanti main ke rumah, ya. Bawa anak-anak. Mau ada acara keluarga Mas Pram di rumah." Fatimah mengakhiri percakapannya karena baru saja mendapat pesan dari suaminya.

"Jadi, udah nggak tinggal di Singapura lagi sekarang?" tanya Nanda.

"Iya, Mas Pram sudah pindah kantornya ke sini. Nanti aku kirim alamatnya."

Fatimah memeluk Amanda, lalu menyusul Alfa yang masih bermain dengan Zubair dan si kembar.

"Bang, ayo pulang!" Fatimah menghampiri Alfa yang masih bercanda dengan bayi kembar.

"Rosa, Tante pulang dulu, ya. Jangan lupa Ahad besok datang ke rumah. Nanti bisa main sama Zubair juga."

Fatimah mengambil alih Zubair dari gendongan Rosa.

"InsyaAllah, Tante." Jawaban Rosa terdengar sedikit kikuk. Entah mengapa, mendadak ia merasa canggung, apalagi Alfa masih berdiri di samping ibunya. Rasa percaya dirinya seolah tenggelam ke dasar laut.

"Ya sudah, Tante tunggu, lho. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Rosa dan Amanda menjawab bersamaan.

"Assalamualaikum. Zaman sekarang lagi ngetren istilah 'PHP'. Awalnya, gue yang anak Rohis nggak ngerti. Tapi karena banyak teman yang hijrah, akhirnya gue tahu bahwa PHP itu singkatan dari 'Pemberi Harapan Palsu'."

Memang Allah Azza wa Jalla telah menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda. Perempuan cenderung menggunakan perasaan, sementara laki-laki lebih mengedepankan logika. Karena itu, perempuan lebih mudah terbawa perasaan—atau bahasa gaulnya, baper.

Anyway, sebagai pria, gue mau kasih tahu bahwa nggak semua perhatian dari lawan jenis, khususnya pria ke sista, itu berarti cinta atau suka.

Kami, para pria, nggak berpikir sekompleks perempuan. Kami lebih sering bertindak berdasarkan logika. Jadi, jangan gampang baper.

Oleh karena itu, wahai para sista yang insyaAllah dimuliakan oleh Allah, bantu kami menjaga pandangan dengan menutup aurat kalian.

Allah Azza wa Jalla itu nggak PHP, kok. Allah nggak pernah bohong. Kalau ada yang ragu menutup aurat karena takut nggak laku, kalian salah. Kalau impian kalian adalah mendapatkan suami yang baik, maka dalam jiwanya, dia pasti akan mencari pasangan yang juga baik.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?"

(QS. An-Nisa': 122)

Ingat, brother and sister, taatlah tanpa tapi. Beribadahlah karena janji Allah itu pasti.

#KeepSunnah #GoSunnah #UM #LDKUM

Rosa tersenyum samar. Tak bisa dipungkiri, ada rasa senang di hatinya saat membaca broadcast Radio kampus dengan pembicara yaitu Mr. Alim. Tapi, ia masih belum berniat menutup aurat. Untuk saat ini, ia masih ingin menikmati kebebasannya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Marrying Mr Alim    BAB 19. Lamaran.

    "Khitbah itu lamaran. Jadi gini deh, kan ta'aruf tujuan nya nikah. Nah biasanya kan ta'aruf itu tujuannya adalah berkenalan, tentunya harus di temani mahrom. Dalam proses ta'aruf itu nggak boleh pake hati, nanti baver kalau ujungnya tidak ada kecocokan. Tapi setau gue sih ulama menyarankan agar mengkhitbah terlebih dahulu baru ta'aruf. Ya ini sih buat orang yang udah kita kenal tap__"Intinya aja sih, nggak sabar gue." Lana menyela penjelasan Rosa. Ia juga tidak sebodoh itu dalam urusan perta'arufan. "Intinya ada cowok yang nge-khitbah gue dan udah di terima sama kakek." "W H A T ?! Elo yakin?" Rosa tersenyum mengiyakan suara toa Maya dan teman-temannya. Ia sudah menebak reaksi keempat sahabatnya saat dirinya mengatakan sudah di Khitbah. "Kita belum lulus Ros, ya elah jangan bilang elo nggak tahan pengen ena ena mangkanya jadi ngebet pengen nikah." Komentar Lana. Wanita itu tidak mempedulikan reaksi keempat sahabatnya minus Rosa yang menatapnya garang. "Aww, sakit!!" Lana meringi

  • Marrying Mr Alim    18. Tiba-tiba Hijrah!

    TING! TING!Jam berdentang nyaring, menunjukkan pukul 7 pagi tepat. Terlihat dua bersaudara Danis dan Zany sedang menyesap cairan hitam di cangkirnya masing-masing sembari menonton acara berita yang sedang berlangsung di televisi. "Astagfirullah!! Dek..!" Zany nyaris menyemburkan kopinya ketika melihat sang adik yang menuruni tangga dengan wajah kucel nan lesunya di tambah ransel di punggungnya yang membuat Rosa terlihat begitu menyedihkan. "Kamu mau kuliah?" Tanya Danis begitu sang adik mendaratkan bokongnya. Sejenak ia menelisik penampilan sang adik yang lebih mirip gelandangan."Hmm..."Rosa mengangguk mengiyakan. Menuangkan susu coklat ke gelasnya tidak bersemangat. Gadis itu ikut menatap televisi dengan tatapan datarnya. Lagi lagi kisah tragis wanita yang di bunuh kekasihnya. "Abis nangis? Mata kamu bengkak lho dek," Danis menangkup pipi adiknya, memberi isyarat pada Zany agar menyembunyikan remote control televisi. Karena biasanya Rosa akan memindahkan channel ke acara Kpop.

  • Marrying Mr Alim    BAB 17. Undangan.

    "Asuransi pada dasarnya adalah menjamin sesuatu yang belum jelas terjadi. Sedangkan pengertian Ghoror adalah merugikan salah satu pihak atau transaksi yang tidak jelas produknya, waktunya, tempatnya, jenisnya dan harganya. Sedangkan dalam islam konsekuensi hukum transaksi antara lain; tidak boleh ada kebohongan, kedzoliman, ghoror dan manipulasi. Semuanya harus jelas. Bagaimana mungkin seorang mengatakan asuransi halal sedangkan di dalamnya ada kedzoliman. Seperti memakan harta seorang dengan batil. Coba fikirkan di antara 100 % pengguna asuransi yang klaim hanya 36 % atau selebihnya. Ada bahkan yang menggunakan asuransi 5 tahun tidak pernah rawat inap di rumah sakit. Oleh karena itu perusahaan asuransi memiliki keuntungan terbesar. Saya tidak menjelekkan suatu perusahaan, tapi hanya menjelaskan hukum syar'i. Gini deh, kalau masih belum mengerti. Misalnya seseorang mengasuransikan mobilnya, dia sudah membayar premi sekitar setahun dengan total 10 juta. Suatu saat mobil itu tabrakan,

  • Marrying Mr Alim    BAB 16. Bertemu Kembali.

    Antara Pencipta dan Mahluk.Antara Langit dan Bumi.Antara Jin dan Manusia.Antara Bulan dan Bintang.Antara Kamu dan jodohku. Oh kasih.Aku tahu diriku tak pantas di cinta.Melirik pun kau menolak.Menyapa pun kau seolah tak ikhlas.Merindukanmu yang jauh di sana.Aku yang berlumur durja.Tak pantas mencintaimu yang begitu sempurna.Laksana Semut merindukan Bulan . Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan.Merindukanmu yang begitu dingin. Bak salju yang begitu indah.Kau putih namun membuatku sakit.Kau putih namun membuatku membeku.Tolong aku.Tolong hapus rasa ini.Tolong.Tolong jangan muncul lagi di ingatanku.Kenapa di antara milyaran pria hanya engkau yang ku damba.Kenapa di antara sekian pria hanya engkau yang membuatku terpana.Ketaatanmu....Pribadimu.....Wajahmu....Prinsipmu...Oh kasih...Aku tahu diriku tak pantas bermimpi...Namun salah kah aku mencintaimu? Salahkah aku jika berdo'a di sepertiga malam hanya untuk meminta hatimu pada sang Pencipta?Salahkah aku...In

  • Marrying Mr Alim    BAB 15. Minta Maaf.

    Rembulan datang menyinari gelapnya malam, cahayanya beradu dengan kerlap kerlip lampu perkotaan yang ramai. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita keluar dari mobil berplat B1662J . Keempatnya berjalan menuju resepsionis yang langsung menyapa mereka dengan senyumnya. "Ruang VVIP melati nomer 5 di mana ya mbak? " Tanya wanita berhijab abu abu setelah salamnya terjawab. "Lantai paling atas, belok kiri." Jelas sang resepsionis ramah. "Oh ya, terima kasih mbak." Mereka segera bertolak menuju lift yang tidak jauh dari tempatnya. "Rosa beneran siksa kak Fitriani?" Tanya wanita itu akhirnya. Sendari tadi sebenarnya ia tidak sabar untuk bertanya. Mengingat sang kakak _Alfa yang berada di dekat mereka. "Cuma di tampar saja. Tapi nggak sakit kok cuma kebas saja , merah saja enggak." Fitriani tertawa menyentuh pipinya. Menurutnya Rosa itu lucu. Ia mengikuti langkah panjang kedua pria di depannya keluar dari lift. "Kok aku dengar cerita yang enggak enggak sih?" Alifa menggerutu, saat

  • Marrying Mr Alim    BAB 14. Kesalahan Fatal.

    Zany melirik Rolexnya bosan. Sudah 30 menit ia menunggu sang adik yang tidak kunjung menampilkan batang hidungnya. Ia sendari tadi menjadi sasaran empuk mahasiswi yang berlalu lalang, beberapa di antaranya terang-terangan menyapanya bahkan mengajaknya foto bareng. Sebagai cucu orang terkaya ke enam mungkin dirinya yang paling tenar di antara deretan pewaris orang terkaya di Indonesia. Mengingat sepak terjangnya dalam dunia bisnis dan sosialnya terhadap masyarakat luas tentu membuat namanya harum. Ia memang sering kali wara wiri di televisi tanah air sebagai narasumber dan terkadang hadir di beberapa acara bergensi lainnya."Mas Zany, saya lapar." Gadis berhijab di belakangnya bersuara. Setelah sekian lama menatap ponselnya akhirnya gadis aneh itu bersuara. "Tunggu sebentar, saya ke dalam. Makan rotinya." Zany melemparkan sebungkus roti kepada Ii'in. "Minum obat kamu setelah itu. Saya pergi." Zany melenggeng, menutup pintu mobilnya, melirik sekilas pada Asisten spesialnya yang tenga

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status