Home / Romansa / Marrying Mr Alim / BAB 5. Tamu Tak Di Undang.

Share

BAB 5. Tamu Tak Di Undang.

Author: Ria Humaira
last update Last Updated: 2025-04-17 15:41:05

Hall jazaaa ul_ihsaani illal_ihsaan....

Fa bi'ayyi aalaaa'i robbukumaa tukazzibaan...

Alfa terisak, berusaha meneruskan tilawahnya hingga selesai. Ia tidak menyadari sosok gadis yang memperhatikan gerak geriknya dari tadi. Pria itu kerap kali menangis jika membaca surah Ar - Rahman. Apalagi saat mengulangi ayat yang berarti 'Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan,' rasanya itu seperti di siram air es di musim dingin. Selama ini ia merasa bebas bahkan terkesan santai dengan hidupnya. Padahal semua fasilitas yang ia nikmati semuanya dari sang pencipta Allah. 

Oksigen yang selama ini di hirup tidak pernah habis stoknya, makanan yang selama ini ia makan, mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, bibir yang bisa berbicara, tangan yang bisa bergerak, kaki yang bisa melangkah, kulit yang begitu peka, lidah yang perasa, air liur yang tidak pernah habis stoknya, dan banyak karunia yang di berikan sang pencipta Allah kepadanya dan seluruh mahluk hidup di bumi. 

Pernahkah kita berpikir dari sepiring nasi dan lauk pauk yang kita makan, mana yang menjadi kotoran, mana yang menjadi nutrisi dalam tubuh?

Bagaimana lambung mencernanya? Bagaimana darah terus mengalir? Bagaimana rupa rasa sakit itu? Bagaimana bentuk cinta itu? Bagaimana cara hidung menyaring racun dan oksigen? Bagaimana, bagaimana? Dan bagaimana? 

Selama ini yang ia tahu hanya menikmati tanpa pernah ikut andil di dalamnya, bahkan dalam sehelai rambut yang tumbuh di kepalanya. 

Hanya tahu menikmati, tanpa tahu proses. Bahkan manusia pun kerap kali di katakan 'pencipta' . Padahal tak ubahnya hanya seorang perakit. Karena hakekatnya kata 'pencipta' itu ber-arti dari tidak ada menjadi ada. Sementara selama ini jika seseorang mengklaim dirinya bisa menciptakan sebuah ponsel, komputer, atau benda lainnya, tak ubahnya mereka hanya menggunakan peralatan yang sudah di sediakan sang pencipta Allah Azzawajalla, kemudian mereka merakitnya hingga menjadi sebuah benda 'baru ' . 

Alfa kerap kali merenung, tentang masa kecilnya bahkan hingga sebesar sekarang ini. Rasanya begitu menakjubkan, dari setiap peristiwa yang di alaminya pasti memiliki rencana tersendiri dari sang Maha kuasa. 

"Kak, ada kak Rosa di depan." Alifa menepuk pundak sang kakak pelan, wanita itu menyunggingkan senyumnya kemudian berbalik meninggalkan sang kakak. 

Alfa beranjak membereskan mushaf dan sajadahnya. Pria itu kemudian menuju ruang tamu di mana Rosa sedang duduk cantik dengan dress super ketatnya. 

"Assalamualaykum," Alfa menyapa, kemudian mengambil duduk di sofa single dekat pintu masuk. 

"Waalaikumsalam." Rosa tersenyum, melihat wajah Alfa habis sholat itu ibarat menemukan barang baru yang sedang diskon 50%.

Kinclong dan glowing!

Alfa tidak menanyakan untuk apa Rosa datang, karena memang sunah nabi Sallalahualaihi wa sallam seperti itu. Tamu harus di perlakukan sebaik mungkin, di jamu hingga sang tamu senang, barulah kemudian menanyakan maksud kedatangan si tamu. 

"Silakan di minum kak Rosa." 

Alifa menghidangkan teh serta makanan kecil. Wanita itu tersenyum kemudian mengambil duduk di samping Rosa. Ia sedikit tahu kalau sang kakak tidak menyukai tingkah Rosa yang pecicilan dan terkesan murahan. 

"Ya, Jazakillahu khairan tehnya." Rosa tersenyum, melirik Alfa yang sedang menuang teh dari teko. Rasanya semakin hari Alfa semakin tampan. Tskk, padahal pria itu hanya mengenakan kaus oblong berwarna hitam dengan celana training berwarna abu abu di atas mata kaki. 

Ya elah, orang ganteng mah bebas. Batin Rosa membenarkan.

"Tante Fatimah mana? Kok enggak kelihatan." Rosa membuka obrolan dengan kikuk, pasalnya Alifa sedang asyik dengan ponselnya sedangkan Alfa memilih melihat tehnya daripada dirinya. 

"Ummi tinggal sama Abi, Kami tinggal bertiga, aku, kak Al sama suamiku."

Rosa terkejut dengan pengakuan Alifa.

Alifa itu seumuran dengannya, 19 tahun. Mungkin hanya selisih 8 atau 7 bulan. Beberapa minggu lalu ayahnya bercerita tentang Alifa, katanya tante Fatimah tahu dirinya hamil saat usia kandungnya dua bulan setelah kepergian om Fatih. Itu artinya, Alifa juga belum sempat melihat sang ayah, sama seperti dirinya yang belum sempat melihat sang ibu. 

"Ya ampun, kok aku nggak nyangka kamu udah nikah. Masih kecil loh, papa bilang kita beda 7 atau delapan bulan." Alifa tersenyum menanggapi keterkejutan Rosa. Ia sudah biasa dengan orang orang yang memandang sebelah mata pernikahan di usia dini. 

"Iya, soalnya kak Al bilang nggak baik kalau kami terus bertemu, tanpa ikatan. Syaitan itu pinter, meskipun kami berusaha menjaga pandangan tapi tetap aja,"Alifa tersenyum malu mengingat sang suami, "Lagian kak Aldi udah siap, jadi kami menikah." Jelas Alifa kembali.

“Sudah berapa lama kalian nikahnya?” tanya Rosa ingin tahu. Pasalnya berita pernikahan Aldi tidak pernah berhembus di kampusnya.

"Alhamdulillah, udah mau tiga bulan, kak."

"Keren! Pasti Aldinya teman sekelasnya Alfa kan?D emi apa coba, aku kira dia single. Ganteng gitu." 

Alfa tersenyum geli melihat respon Rosa yang menurutnya berlebihan. Namun sesaat ia sadar pakaian tak layak Rosa yang __ketat, dada wanita itu saja terlihat hampir tumpah ruah, sedangkan paha putih jenjangnya terekspos bebas. 

"Astagfirullah. ..!" Alfa beristigfar pelan, kemudian meninggalkan Rosa dan Alifa yang masih asyik bercerita hingga tak sadar kalau Alfa meninggalkan ruang tamu. 

"Eh terus, ya ampun. Sumpah banget aku nggak percaya.”

“Aldi nggak ngajakin pacaran, atau ngomong cinta gitu?" Rosa masih syok. Wanita itu menangkup pipinya saat Alifa menunjukkan foto pernikahannya dengan Aldi. 

"Nggak, aku juga awalnya nggak nyangka kak. Selama ini kan aku cuma sesekali nggak sengaja saling tatap, tapi... ya gimana lagi. Meskipun kak Alfa temenan sama kak Aldi dari smp tapi kan mereka ketemunya baru sekarang. Kak Aldi selama ini tinggal di Turki sama kakak perempuannya yang sudah menikah, di sana dia melanjutkan sekolah, sekalian kuliah. Orang tuanya menetap di Saudi sekarang," Alifa menghela nafasnya, "Kak Aldi lanjutin kuliah di universitas tempat kak Rosa juga. Kak Aldi mau lanjutin usaha papa yang di Jakarta. Dia sering ke sini, numpang makan, sama tidur. Dia punya apartement sih, tapi malas katanya, sepi. Mangkanya kak Alfa khawatir fitnah, kalau aku berduaan di rumah sementara kak Alfa harus kerja."

Pancaran kebahagiaan terpancar dari wajah berbinar Alifa. Wajar saja, selama ini wanita itu tidak memiliki teman curhat, karena teman-teman nya rata-rata melanjutkan kuliah ke berbagai penjuru, ada yang di dalam negeri, ada juga yang di luar negeri. Kurang puas rasanya jika hanya berkicau lewat dunia maya. 

"Aku juga kaget pas Kak Alfa suruh aku ikutan duduk. Kan enggak biasanya, terus kak Aldi bilang mau nikah sama aku" 

"Oh, ya Allah!" Rosa memeluk Alifa, rasanya ia bisa merasakan euporia dalam diri Alifa. Senang, deg degan pastinya. 

"Ih, aku baper masa. Aldi so sweet banget sih. Langsung lamar gitu." Rosa tersenyum melepaskan pelukannya. 

"Iya kak, kan emang gitu anjuran nya. Ta'aruf, Khitbah, Nikah. Atau singkatnya TKN, tapi ada sebagian ustadz yang menyuruh menghitbah dahulu supaya jelas tujuannya karena hakikatnya ta'aruf itu seumur hidup. Bukan kayak sekarang yang lagi marak pacaran Syar'i atau berdalih ta'aruf tapi berkhalwat." 

Rosa mengerut kan keningnya, ia tidak mengerti Khalwat itu apa. 

"Khalwat itu berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram, tapi semakin canggih teknologi, chat dengan non mahrom juga tidak boleh kecuali ada keperluan mendesak. Lagian syarat ta'aruf itu bukan berduaan, tapi di temani wali dari kedua belah pihak." Jelas Alifa. Rosa mengangguk menanggapinya. Ia akui pengetahuannya tentang bahasa arab itu minim. Meskipun bisa mengaji tapi ia tidak faham artinya. 

"Assalamualaykum warahmatullahi wabarakatuh..!" 

Suara salam menginstrupsi Rosa dan Alifa yang masih bercerita. Dua wanita itu menoleh ke sosok tampan yang baru memasuki pintu. Sosok tampan, dengan kacamata besarnya. Rosa yakin Aldi baru pulang bekerja. 

"Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Alifa menyambut suaminya, meraih tangannya dan menciumnya takzim. Aldi membalasnya dengan kecupan di kening Alifa. Sementara Rosa yang melihatnya merasa salah tingkah. Apalagi senyum tulus Aldi yang begitu menghanyutkan. 

"Ada tamu." Aldi melempar senyum kecilnya, kemudian memeluk pinggang Alifa posesif, meninggalkan Rosa yang masih takjub dengan apa yang sedang di lihatnya.

"Kak bentar ya, aku panggil kak Alfa." ujar Alifa tidak enak sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Rosa. 

Duh, jadi pengen nikah. Batin Rosa menjerit. Sepertinya menikah muda sangat menyenangkan!

"Mau langsung pulang?"  Tanya Alfa. Entah sejak kapan pria itu datang. 

"Enggak." Rosa reflex menggeleng, ia tersenyum memandang wajah Alfa yang berkeringat.

"Saya sibuk." Lirih Alfa.

"Ngapain? Aku udah izin kok sama ayah buat ke sini. Jadi kak Alfa tidak usah khawatir." 

"Terus kamu ngapain di sini?" 

"Temenin kak Alfa dong, kan kak Alfa sendirian." 

"Ya sudah, tunggu sebentar."

Alfa meninggalkan Rosa yang tersenyum memeluk bantal sofa. Senang sekali rasanya, Alfa mengizinkannya tetap tinggal. 

"Pakailah." Alfa menyodorkan sepasang pakaian berwarna biru dongker, baju berlengan panjang dan celana bahan kaos. Rosa tau itu pakaian milik Alfa. Tidak mungkin kan Alfa mengetuk pintu kamar Alifa dan Aldi yang sedang temu kangen.

"He he, makasih. Aku janji nanti kalau aku main ke sini lagi aku pakai baju panjang deh." Rosa tersenyum, ia mendekati Alfa, namun pria itu menghindar dengan cepat, menjaga jarak dari Rosa lebih baik. Alfa tau wanita itu ada maunya. 

Cuma mau kasih ciuman pipi aja nggak boleh. Gerutu rosa di dalam hati. 

"Kamar mandi di samping dapur. Saya di halaman belakang." 

"Sipp! Calon jodoh!" Rosa melempar ciuman jauh, kemudian berjalan santai menuju kamar mandi. 

"Aa'uudzubillahhi minasssyaitoon nirrrojiim." Alfa berta'awasuz kemudian meninggalkan ruang tamu. Kesabarannya benar-benar di uji dengan tingkah Rosa yang tidak memiliki urat malu. Padahal dulu gadis itu begitu penurut padanya. Itu masa kecil, semua orang bisa berubah. Dan Rosa salah satunya. 

*****

Kicauan burung menyambut pagi yang begitu cerah. Sinar mentari memasuki celah celah gorden yang tertiup angin. Namun gadis cantik itu masih betah menatap induk burung yang sedang menyuapi anak-anaknya di pohon mangga yang terletak di depan jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Rosa merasa hatinya secerah mentari pagi. Semekar bunga mawar putih miliknya yang berderet rapi di taman. Dan mungkin seceria induk burung yang menyuapi bayinya penuh kasih. 

Rosa tersenyum mengingat kejadian dua hari kemarin. Kedatangannya ke rumah Alfa bisa di bilang membawa berkah. Oleh karena itu dua hari ini moodnya selalu baik. 

Selain mendapatkan nomer telepon Alifa, ia mengetahui makanan yang di sukai dan tidak di sukai Alfa. Di tambah ia bisa menonton langsung adegan manis manisan Alifa dan Aldi, selain itu ia berkebun bersama Alfa, membantu pria itu menanam beberapa jenis sayur dan buah. Meskipun kotor Rosa rela, asalkan bisa dekat dekat dengan Alfa. Setelah itu ia memasak makan siang bersama Alifa. Dan poin pentingnya Alfa menyukai masakannya bahkan Alfa sampai menambah porsi makanya. 

BYUUUUUR!

Rosa terkejut mendengar suara air kolam renang yang berada di bawahnya. Mungkin berjarak 3 meter dari pohon mangga yang di depannya. 

Matanya mengerjap beberapa kali, beralih dari satu pria ke pria yang sedang duduk dengan ponsel di tangannya, mungkin memotret temanya yang sudah lebih dahulu menyeburkan diri ke kolam renang. 

Rosa mengusap matanya beberapa kali. Rasanya ia tidak percaya melihat penampakan pria di bawahnya. Pria bersinglet dengan celana hitam di bawah lutut.

Tidak salah lagi!!

Itu Mr. Alim!

Oh, my God!

Rosa bergegas menuju lemarinya, mengacaknya, mencari cari bikini yang selalu ia gunakan untuk renang. 

"Duh, Mr. Alim kan nggak suka gue seksi." Rosa menggerutu, meraih kemeja berlengan panjang dan celana bermotif hello kitty miliknya. Secepat kilat ia membuka piyamanya kemudian menggantinya dengan pakaian pilihannya.

"Handphone!" Rosa berseru, menyambar ponsel pintarnya kemudian bergegas turun ke lantai satu. 

"Hai, kakek sudah pulang?" Rosa melemparkan tubuhnya kepada pria paruh baya yang di temuinya di pintu belakang. Ia memeluknya erat kemudian menghadiahi pipi keriput itu dengan ciuman.

Kakeknya baru pulang dari Aceh bersama neneknya. Setau Rosa kakek dan neneknnya kerap kali berlibur. Entah ke luar negeri atau di dalam negeri. 

"Lama lama kakek encok kalau kamu menyerang kakek seperti tadi." Ujar sang kakek pelan. Mengusap rambut cucu kesayangannya. 

"Kakek tidak boleh encok. Nanti bagaimana kakek menggendong cicit dari rosa." 

Rosa cemberut, memeluk lengan kakeknya kemudian menariknya menuju kolam renang. 

"Memangnya kamu mau menikah?" Sang kakek bertanya, mengalihkan tangannya hingga merangkul sang cucu. 

"Mau dong kek, tapi sama Mr. alim yang lagi renang itu." Rosa menunjuk Alfa yang masih berenang.

"Alfa maksudmu?"

Rosa mengangguk semangat. Sepertinya ia harus merayu sang kakek agar bersedia melamar Alfa untuknya. 

"Kamu serius sayang?"

 Rosa lagi lagi mengangguk, menarik sang kakek agar duduk di kursi malas.

"Kakek sih setuju setuju saja. Tapi masalahnya dia suka tidak sama cucu kakek yang cantik ini?" 

NAH LOH!

Rosa tidak menjawab, wajahnya di tekuk, ia merasa di tampar dengan ucapan sang kakek. 

"Nanti kakek coba ngomong sama Alfa." 

Mendadak mata Rosa berbinar mendengarnya. Ia mengecup pipi keriput sang kakek beberapa kali, bahkan sampai pria paruh baya itu terkekeh karena geli. 

"Kakek emang milik Rosa seorang." Rosa tersenyum, mengejek sang kakak _Zany _ yang menatapnya malas. 

"Terus gue cucu siapa?" 

Zany mengejar Rosa hingga wanita itu terjun ke kolam renang tepat di samping Alfa yang sedang berenang. Tak ayal pria tampan itu menghentikan renangnya dan menatap Rosa datar kemudian melanjutkan renangnya. 

"Kasian, di cuekin." Zany tergelak melihat wajah kesal Rosa. 

"Wleeeee...Bodo! Yang penting Kakek milik Rosa!" 

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Marrying Mr Alim    BAB 6. Pernah Amnesia.

    Dentingan sendok yang beradu dengan piring mengawali pagi Rosa yang cerah. Wanita itu begitu menikmati nasi goreng seafood karyanya. “Kamu nggak kuliah dek?” Rosa mengalihkan pandangannya dari piring ke sosok tampan kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jasnya.“Nggak, aku mau ikut ke kantor bareng abang."Zany mengerutkan keningnya, sejak kemarin tingkah adiknya aneh, bahkan betah menempel kepadanya padahal ia sudah membentak Rosa, karena adiknya selalu berbuat hal hal yang tidak di sukainya. “Abang mau ke lokasi proyek. Sekalian ketemu klien." Rosa mendengkus sebal mendengar jawaban sang kakak. Pokoknya ia tidak mau tahu. Karena hari ini jadwalnya mewawancarai sang kakak tentang Mr. Alim. Besok tidak bisa karena jadwal kuliahnya yang padat."Pokoknya aku ikut. Nggak pake koma." Jawab Rosa keras kepala.Zany menghela nafasnya , susah sekali menang dari si keras kepala Rosa. "Bi Jum, yang membersihkan kamar mandi saya siapa?"Rosa nyaris tersedak mendengar pertanyaan sang k

    Last Updated : 2025-04-18
  • Marrying Mr Alim    BAB 7. Memancing.

    "Udah tau gue amnesia. Elo aja yang sombong." Rosa tak mau kalah. Ia menatap sengit ke arah Alfa yang tampak biasa saja."Nggak penting juga." Jawab Alfa. Pria itu menyerahkan piring kepada Rosa dan Zany."What? nggak penting gimana? Bagi gue masa kecil itu penting." Rosa berkoar tak sabar. Wanita itu melipat kerah kemeja hitamnya, kemudian merebut sendok nasi dari Alfa. Menyendok nasi ke piringnya dengan emosi.Ughh, air liur siapa yang tidak menetes melihat menu yang tersedia di kotak bekal yang Alfa bawa. Ada ayam panggang, tempe dan tahu goreng, sayur asam tak lupa sambal tomat yang begitu menggugah selera, limau di atas sambal itu serasa melambai lambai meminta di cicipi. Zany dan Alfa hanya saling pandang melihat tingkah Rosa. Menunggu dengan sabar si tuan putri yang sibuk comot sana sini sesekali berujar 'enak banget'."Gue belum selesai. Nanti kalau udah kenyang baru lanjut." Ujar Rosa ketus saat melihat Alfa yang meredam tawanya karena tingkahnya yang di luar prediksinya .A

    Last Updated : 2025-04-21
  • Marrying Mr Alim    BAB 8. Mengaku.

    "Saya pakai jaring saja sudah terlanjur basah."Suara Alfa menginstrupsi Rosa yang masih menganga. Untung saja tidak ada belalang atau lebah yang singgah di mulutnya yang menganga lebih dari satu menit. Pstt, tau gitu gue bawa kamera! Terus gue sebarin ketampanannya ke instagram! Lagi lagi batin Rosa bergejolak, menyalahkan dirinya yang tidak seperti biasanya yang selalu ingat membawa kamera untuk mengabadikan momennya."Oh.., eumm. Oke gue ambilin. Tempatnya di mana?" Rosa bertanya gelagapan. Bisa hilang nilai jualnya kalau si Mr. Alim tahu dirinya terjatuh begitu dalam hingga dasarnya. Tapi Rosa berniat menetapkan hatinya, kali ini tidak untuk main main. Ya, meskipun masih dalam lingkup taruhan. "Di dapur bagian atas sebelah kiri." Alfa menjawab sembari menarik kail pancing. Pun Rosa yang langsung meninggalkan tempat."Al, elo nggak naksir adik gue kan?" Tanya Zany. Pria itu menatap sekilas ke bukit bukit terjal yang menjulang di ujung sawah sana. Pemandangannya memang sangat mema

    Last Updated : 2025-04-22
  • Marrying Mr Alim    BAB 9. Galau.

    Di tengah sunyinya malam, sang rembulan bersinar dengan terangnya, seolah mengejek gadis yang sedang meringkuk memeluk gulingnya. Terkadang ke kiri dan terkadang ke kanan. Gadis itu memutuskan bangkit dari ranjang, beranjak ke meja belajarnya kemudian membuka laptopnya. Lebih baik mengerjakan tugas, daripada memeras otak memikirkan Mr. Alim yang membuat dadanya berdenyut denyut nyeri. Masih segar di ingatannya saat kejujuran Alfa seolah-olah menembak hatinya hingga luluh lantah, 'Syukurlah karena kamu tidak benar-benar suka kepada saya. Saya sendiri juga tidak menginginkan istri yang mengumbar aurat' kata kata itu terus terngiang, melukai harga dirinya. Cinta?Oh, Rosa belum gila untuk jatuh cinta secepat itu pada Mr. Alim. Ia hanya merasakan hatinya sakit, bahkan beberapa hari ini susah tidur. Ditambah sosok Alfa tidak pernah muncul lagi membuatnya uring uringan. Apa mungkin pria itu marah karena dirinya yang mengatakan Alfa miskin? Ah, bodo amat!Mungkin harga diri Alfa terluka

    Last Updated : 2025-04-24
  • Marrying Mr Alim    BAB 10. Insyaallah?

    Rosa menghentikan langkahnya saat memperhatikan orang-orang yang bersama Mr. Alim. Yang benar saja, ia tidak ingin mempermalukan dirinya di depan dosen yang duduk bersama Alfa. Akhirnya Rosa memutuskan kembali ke meja di mana Siska, Edward dan Maya berada. Maya menatap Rosa bingung, karena wanita itu kembali. Rosa menunjuk dua orang dosen yang ikut duduk di samping Alfa ,Maya mengangguk mengerti. "Omong-omong, bukanya ormas itu sering jagain gereja? Aneh banget sudah kalau sesama muslim bertingkah anarkis begitu." Edward berkomentar setelah makanannya tandas. "Di masjid banyak orang kehilangan sendal nggak di jagain. Kayak katanya ustadz yang viral itu, toleransinya udah kebablasan." Sambung Siska. "Hmm, tapi masa sih ustadz yang di bubarin itu ngelarang tahlil? Kalau maulid gue bisa toleransi karena emang ajaran Syi'ah di abad ke 200." Rosa bertanya penasaran. Setahunya tahlil itu kan 'Laa illaaha illallah' ada gitu ustadz yang melarang kalimat kalimat tauhid itu? "Tahlilan

    Last Updated : 2025-04-26
  • Marrying Mr Alim    BAB 11. Kambuh.

    GGS. Jangan berpikir itu kependekan dari sinetron yang sempat meroket di tanah air. Menurut Rosa pribadi sih, sekarang di pertelevisian Indonesia sudah sangat susah mendapati acara yang mendidik. Termasuk Sinetron yang kadang membuat Rosa kesal karena tindakan tidak bermoral yang di pertontonkan. Mungkin itu penyebabnya banyak anak-anak atau bahkan remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan layaknya yang mereka tonton. Peluk sana sini, berkelahi, melawan orang tua, atau bahkan terjerumus ke hal yang lebih kompleks seperti hamil di luar nikah_yang lebih parahnya banyak anak-anak kecil yang menonton sampai rela begadang dan besoknya terlambat ke sekolah. Herannya rating suatu acara yang tidak lazim terkadang meroket di tanah air. Acara lawakan kerap kali dijadikan ajang membongkar aib dan menghina seseorang. Benar-benar jauh dari expektasi yang seharusnya. Oleh karena itu, Rosa pribadi menyukai drama korea selain karena episodenya tidak bertele -tele kebanyakan dramanya mengandung ban

    Last Updated : 2025-04-28
  • Marrying Mr Alim    BAB 12. Permintaan Maaf.

    Senin yang menyebalkan. Itu hampir di rasakan seluruh penghuni bumi yang memiliki aktivitas padat. Rosa salah satunya. Wanita itu sedang berkutat dengan setumpuk tugasnya plus tugas dari sang kakak yang menyuruhnya menyortir berkas berkas perusahaan. Hufh..!Rosa sudah menolak dengan berbagai cara. Mulai dari pura-pura sakit perut hingga pura-pura tidak mengerti. Tapi memang dasar sifat diktator kakaknya yang sudah mendarah daging. Kata sang kakak, "Anak SD yang baru bisa baca saja ngerti. Kamu nggak sebodoh itu adik manis." Dan dengan berat hati yang seberat-beratnya Rosa membopong setumpuk kertas itu ke kampusnya. Tentunya di bantu kedua body guardnya. Dan sekarang matanya sudah kering karena terus menerus membaca. Rosa sudah berencana menyuruh kedua body guardnya membantu. Tapi Zany dengan kejam mengancam akan memblokir kartu debitnya jika ia berani berani menyuruh mereka. Harusnya itu tugas sekretaris kakaknya di kantor. Tapi apa di kata kakaknya menjawab dengan enteng, "Abang s

    Last Updated : 2025-04-29
  • Marrying Mr Alim    BAB 13. Amarah.

    Day 278Mission Failed.Rosa menatap kalender di depannya disertai embusan nafasnya. Ia sudah putus asa mendekati Mr. Alim. Segala cara yang ia lakukan sia sia karena Mr. Alim bahkan tidak menoleh sedikitpun kepadanya. Hingga kenyataan pahit menamparnya, Mr. Alim di kabarkan melamar seorang wanita yang ternyata sekampus dengannya. Ia memang mendekati Mr. Alim seperti biasanya, entah di kampus atau di kantor. Jika ia memiliki waktu luang tentunya.Semuanya sudah ia lakukan, mulai dari membuang urat malunya, bahkan nyaris ena ena jika saja Danis _kakaknya tidak menyeretnya pulang. Padahal ia sudah merencanakan semuanya, termasuk mengecek masa suburnya. Ia sudah bersiap siap agar Alfa Junior tumbuh di rahimnya. Tapi ternyata, kedua kakaknya mencium niat buruknya.Dan hasilnya sekarang ini. Sepulang kuliah di kurung di kamar, sarapan, makan siang dan makan malam di kamarnya . Semua fasilitasnya dicabut, bahkan handphone beserta laptop kesayangannya ikut disita. Namun bukan itu yang membu

    Last Updated : 2025-04-30

Latest chapter

  • Marrying Mr Alim    BAB 15. Minta Maaf.

    Rembulan datang menyinari gelapnya malam, cahayanya beradu dengan kerlap kerlip lampu perkotaan yang ramai. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita keluar dari mobil berplat B1662J . Keempatnya berjalan menuju resepsionis yang langsung menyapa mereka dengan senyumnya. "Ruang VVIP melati nomer 5 di mana ya mbak? " Tanya wanita berhijab abu abu setelah salamnya terjawab. "Lantai paling atas, belok kiri." Jelas sang resepsionis ramah. "Oh ya, terima kasih mbak." Mereka segera bertolak menuju lift yang tidak jauh dari tempatnya. "Rosa beneran siksa kak Fitriani?" Tanya wanita itu akhirnya. Sendari tadi sebenarnya ia tidak sabar untuk bertanya. Mengingat sang kakak _Alfa yang berada di dekat mereka. "Cuma di tampar saja. Tapi nggak sakit kok cuma kebas saja , merah saja enggak." Fitriani tertawa menyentuh pipinya. Menurutnya Rosa itu lucu. Ia mengikuti langkah panjang kedua pria di depannya keluar dari lift. "Kok aku dengar cerita yang enggak enggak sih?" Alifa menggerutu, saat

  • Marrying Mr Alim    BAB 14. Kesalahan Fatal.

    Zany melirik Rolexnya bosan. Sudah 30 menit ia menunggu sang adik yang tidak kunjung menampilkan batang hidungnya. Ia sendari tadi menjadi sasaran empuk mahasiswi yang berlalu lalang, beberapa di antaranya terang-terangan menyapanya bahkan mengajaknya foto bareng. Sebagai cucu orang terkaya ke enam mungkin dirinya yang paling tenar di antara deretan pewaris orang terkaya di Indonesia. Mengingat sepak terjangnya dalam dunia bisnis dan sosialnya terhadap masyarakat luas tentu membuat namanya harum. Ia memang sering kali wara wiri di televisi tanah air sebagai narasumber dan terkadang hadir di beberapa acara bergensi lainnya."Mas Zany, saya lapar." Gadis berhijab di belakangnya bersuara. Setelah sekian lama menatap ponselnya akhirnya gadis aneh itu bersuara. "Tunggu sebentar, saya ke dalam. Makan rotinya." Zany melemparkan sebungkus roti kepada Ii'in. "Minum obat kamu setelah itu. Saya pergi." Zany melenggeng, menutup pintu mobilnya, melirik sekilas pada Asisten spesialnya yang tenga

  • Marrying Mr Alim    BAB 13. Amarah.

    Day 278Mission Failed.Rosa menatap kalender di depannya disertai embusan nafasnya. Ia sudah putus asa mendekati Mr. Alim. Segala cara yang ia lakukan sia sia karena Mr. Alim bahkan tidak menoleh sedikitpun kepadanya. Hingga kenyataan pahit menamparnya, Mr. Alim di kabarkan melamar seorang wanita yang ternyata sekampus dengannya. Ia memang mendekati Mr. Alim seperti biasanya, entah di kampus atau di kantor. Jika ia memiliki waktu luang tentunya.Semuanya sudah ia lakukan, mulai dari membuang urat malunya, bahkan nyaris ena ena jika saja Danis _kakaknya tidak menyeretnya pulang. Padahal ia sudah merencanakan semuanya, termasuk mengecek masa suburnya. Ia sudah bersiap siap agar Alfa Junior tumbuh di rahimnya. Tapi ternyata, kedua kakaknya mencium niat buruknya.Dan hasilnya sekarang ini. Sepulang kuliah di kurung di kamar, sarapan, makan siang dan makan malam di kamarnya . Semua fasilitasnya dicabut, bahkan handphone beserta laptop kesayangannya ikut disita. Namun bukan itu yang membu

  • Marrying Mr Alim    BAB 12. Permintaan Maaf.

    Senin yang menyebalkan. Itu hampir di rasakan seluruh penghuni bumi yang memiliki aktivitas padat. Rosa salah satunya. Wanita itu sedang berkutat dengan setumpuk tugasnya plus tugas dari sang kakak yang menyuruhnya menyortir berkas berkas perusahaan. Hufh..!Rosa sudah menolak dengan berbagai cara. Mulai dari pura-pura sakit perut hingga pura-pura tidak mengerti. Tapi memang dasar sifat diktator kakaknya yang sudah mendarah daging. Kata sang kakak, "Anak SD yang baru bisa baca saja ngerti. Kamu nggak sebodoh itu adik manis." Dan dengan berat hati yang seberat-beratnya Rosa membopong setumpuk kertas itu ke kampusnya. Tentunya di bantu kedua body guardnya. Dan sekarang matanya sudah kering karena terus menerus membaca. Rosa sudah berencana menyuruh kedua body guardnya membantu. Tapi Zany dengan kejam mengancam akan memblokir kartu debitnya jika ia berani berani menyuruh mereka. Harusnya itu tugas sekretaris kakaknya di kantor. Tapi apa di kata kakaknya menjawab dengan enteng, "Abang s

  • Marrying Mr Alim    BAB 11. Kambuh.

    GGS. Jangan berpikir itu kependekan dari sinetron yang sempat meroket di tanah air. Menurut Rosa pribadi sih, sekarang di pertelevisian Indonesia sudah sangat susah mendapati acara yang mendidik. Termasuk Sinetron yang kadang membuat Rosa kesal karena tindakan tidak bermoral yang di pertontonkan. Mungkin itu penyebabnya banyak anak-anak atau bahkan remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan layaknya yang mereka tonton. Peluk sana sini, berkelahi, melawan orang tua, atau bahkan terjerumus ke hal yang lebih kompleks seperti hamil di luar nikah_yang lebih parahnya banyak anak-anak kecil yang menonton sampai rela begadang dan besoknya terlambat ke sekolah. Herannya rating suatu acara yang tidak lazim terkadang meroket di tanah air. Acara lawakan kerap kali dijadikan ajang membongkar aib dan menghina seseorang. Benar-benar jauh dari expektasi yang seharusnya. Oleh karena itu, Rosa pribadi menyukai drama korea selain karena episodenya tidak bertele -tele kebanyakan dramanya mengandung ban

  • Marrying Mr Alim    BAB 10. Insyaallah?

    Rosa menghentikan langkahnya saat memperhatikan orang-orang yang bersama Mr. Alim. Yang benar saja, ia tidak ingin mempermalukan dirinya di depan dosen yang duduk bersama Alfa. Akhirnya Rosa memutuskan kembali ke meja di mana Siska, Edward dan Maya berada. Maya menatap Rosa bingung, karena wanita itu kembali. Rosa menunjuk dua orang dosen yang ikut duduk di samping Alfa ,Maya mengangguk mengerti. "Omong-omong, bukanya ormas itu sering jagain gereja? Aneh banget sudah kalau sesama muslim bertingkah anarkis begitu." Edward berkomentar setelah makanannya tandas. "Di masjid banyak orang kehilangan sendal nggak di jagain. Kayak katanya ustadz yang viral itu, toleransinya udah kebablasan." Sambung Siska. "Hmm, tapi masa sih ustadz yang di bubarin itu ngelarang tahlil? Kalau maulid gue bisa toleransi karena emang ajaran Syi'ah di abad ke 200." Rosa bertanya penasaran. Setahunya tahlil itu kan 'Laa illaaha illallah' ada gitu ustadz yang melarang kalimat kalimat tauhid itu? "Tahlilan

  • Marrying Mr Alim    BAB 9. Galau.

    Di tengah sunyinya malam, sang rembulan bersinar dengan terangnya, seolah mengejek gadis yang sedang meringkuk memeluk gulingnya. Terkadang ke kiri dan terkadang ke kanan. Gadis itu memutuskan bangkit dari ranjang, beranjak ke meja belajarnya kemudian membuka laptopnya. Lebih baik mengerjakan tugas, daripada memeras otak memikirkan Mr. Alim yang membuat dadanya berdenyut denyut nyeri. Masih segar di ingatannya saat kejujuran Alfa seolah-olah menembak hatinya hingga luluh lantah, 'Syukurlah karena kamu tidak benar-benar suka kepada saya. Saya sendiri juga tidak menginginkan istri yang mengumbar aurat' kata kata itu terus terngiang, melukai harga dirinya. Cinta?Oh, Rosa belum gila untuk jatuh cinta secepat itu pada Mr. Alim. Ia hanya merasakan hatinya sakit, bahkan beberapa hari ini susah tidur. Ditambah sosok Alfa tidak pernah muncul lagi membuatnya uring uringan. Apa mungkin pria itu marah karena dirinya yang mengatakan Alfa miskin? Ah, bodo amat!Mungkin harga diri Alfa terluka

  • Marrying Mr Alim    BAB 8. Mengaku.

    "Saya pakai jaring saja sudah terlanjur basah."Suara Alfa menginstrupsi Rosa yang masih menganga. Untung saja tidak ada belalang atau lebah yang singgah di mulutnya yang menganga lebih dari satu menit. Pstt, tau gitu gue bawa kamera! Terus gue sebarin ketampanannya ke instagram! Lagi lagi batin Rosa bergejolak, menyalahkan dirinya yang tidak seperti biasanya yang selalu ingat membawa kamera untuk mengabadikan momennya."Oh.., eumm. Oke gue ambilin. Tempatnya di mana?" Rosa bertanya gelagapan. Bisa hilang nilai jualnya kalau si Mr. Alim tahu dirinya terjatuh begitu dalam hingga dasarnya. Tapi Rosa berniat menetapkan hatinya, kali ini tidak untuk main main. Ya, meskipun masih dalam lingkup taruhan. "Di dapur bagian atas sebelah kiri." Alfa menjawab sembari menarik kail pancing. Pun Rosa yang langsung meninggalkan tempat."Al, elo nggak naksir adik gue kan?" Tanya Zany. Pria itu menatap sekilas ke bukit bukit terjal yang menjulang di ujung sawah sana. Pemandangannya memang sangat mema

  • Marrying Mr Alim    BAB 7. Memancing.

    "Udah tau gue amnesia. Elo aja yang sombong." Rosa tak mau kalah. Ia menatap sengit ke arah Alfa yang tampak biasa saja."Nggak penting juga." Jawab Alfa. Pria itu menyerahkan piring kepada Rosa dan Zany."What? nggak penting gimana? Bagi gue masa kecil itu penting." Rosa berkoar tak sabar. Wanita itu melipat kerah kemeja hitamnya, kemudian merebut sendok nasi dari Alfa. Menyendok nasi ke piringnya dengan emosi.Ughh, air liur siapa yang tidak menetes melihat menu yang tersedia di kotak bekal yang Alfa bawa. Ada ayam panggang, tempe dan tahu goreng, sayur asam tak lupa sambal tomat yang begitu menggugah selera, limau di atas sambal itu serasa melambai lambai meminta di cicipi. Zany dan Alfa hanya saling pandang melihat tingkah Rosa. Menunggu dengan sabar si tuan putri yang sibuk comot sana sini sesekali berujar 'enak banget'."Gue belum selesai. Nanti kalau udah kenyang baru lanjut." Ujar Rosa ketus saat melihat Alfa yang meredam tawanya karena tingkahnya yang di luar prediksinya .A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status