"Bagaimana rasanya nginap di rumah calon mertua, nak?"
"Uhuuk!" Wika tersedak orange jusnya sendiri saat mendapati pertanyaan menggoda dari mamanya.
Dan, apa itu tadi? Calon mertua?
"Mama!" rajuk Wika merasa kesal.
Bu Asti hanya menanggapinya dengan kekehan. "Loh, kenapa marah?"
"Habisnya mama nyebelin tahu, pakai bilang kata calon mertua lagi." Wika terlihat bergidik ngerih mendengarnya.
"Hmm, memang ada yang salah?"
"Jelas salah!" sentak Wika cepat.
"Kamu sih yang gak tau apa-apa. Jelas-jelas mama, papa, Sofi dan kedua orang tua Pras berniat menjodohkan kalian berdua."
JEDDDEERRRRR!
"A—apa? Maksudnya mama apa?"
"Dan, hal ini juga sudah di setujui oleh Pras sendiri." sambung Bu Asti menjelaskan dengan santai dan senyum manisnya.
"Mama bercanda?" <
Sialan! batin Wika beberapa saat yang lalu ia terlena dan terbuai dengan ciuman yang Pras berikan untuknya.Dengan kadar kesadarannya yang mulai berkurang Wika malah membalas ciuman Pras. Tentu saja hal itu membuat kesenangan tersendiri untuk Pras yang berhasil memancing Wika, untung saja itu tidak berlangsung lama karena Wika kembali menyentak kesadarannya saat tangan Pras yang mulai nakal menyentuh breast-nya."Mesum!" umpat Wika melayangkan tatapan tajamnya pada Pras yang malah nyengir saja.Melihat ekspresi Pras yang tenang-tenang saja tanpa merasa bersalah ataupun berdosa dengan apa yang ia lakukan barusan. Rasanya Wika ingin sekali menampar wajah pria itu, atau setidaknya memotong tangan itu yang tadi dengan berani menyentuh seraya meremas gundukan kembar kenyal miliknya.Ya, walaupun harus Wika akui sentuhan dan remasannya itu... uuhh!Astaga!Wika menggelen
Suasana hening untuk beberapa saat sebelum tawa kecil Pak Dayu dan Bu Asti meledak. Pras nampak menelan ludahnya kasar ketika beberapa menit yang lalu ia telah selesai mengutarakan maksud dan tujuannya ke rumah Wika.Jujur, betapa gugupnya Pras saat ia mengatakan ingin melamar Wika pada kedua orang tuanya. Meskipun Bu Asti dan Pak Dayu sudah tahu dengan maksud ke datangan Pras, tetap saja mereka ingin melihat sosok jantan itu mengatakan langsung niatnya agar Wika merasa tersanjung dan merasa spesial karena Pras menginginkannya, mencintainya."Jadi?" tanya Pak Dayu menatap ke semua orang secara bergantian."Pasang cincin!" seruan Bu Asti."Setuju!" sahut Sofi dan Vania kompak begitu gembiranya.Wika dan Pras hanya saling pandang saat mendapati serangan ke empat orang itu. Sofi yang gemas dengan tingkah jaim kakak dan dan calon kakak iparnya itu pun langsung mengambil tindakan. Dengan gerakan ce
Pras nyengir ketika Sofi menatap garang ke arahnya, setelah insiden Pras yang mencium bibir Wika tiba-tiba tepat di hadapan mereka semua. Tentu saja Sofi memekik saking kagetnya sebab ada bocah di bawah umur yang belum pantas untuk menonton hal seperti itu. Syukurlah Sofi tepat waktu dalam bertindak dengan gerakan cepat ia langsung menutupi kedua mata Vania dengan telapak tangannya.Dengan polosnya Vania berusaha menepiskan tangan Sofi yang menutupi wajahnya sembari bertanya. "Kenapa papa mencium bibir kakak cantik, Tante?"Saat itulah Sofi langsung mengeluarkan jeritan halilintarnya, sementara orang yang di jeritkan namanya itu hanya cengar-cengir saja dan itu semakin membuat Sofi kesal."Bagaimana bisa kakak kelupaan gitu?" tanya Sofi pada Pras yang duduk di sofa ruang tamu mereka.Baru beberapa saat yang lalu mereka berpamitan pulang setelah selesai acara melamar dadakan Pras untuk Wika. Dan kini
Wika memandangi cincin lamaran Pras yang melingkari jari manis tangan kirinya. Kedua sudut bibirnya melengkungkan senyum kebahagiaan. Masih tak menyangka baginya jika hubungan antara dirinya dan Pras telah resmi bertunangan.Anggaplah seperti itu, meskipun acara lamarannya mendadak dan terkesan sangat sederhana. Tapi, sensasinya sungguh mewah dan sangat berkesan untuknya."Ciyee!" terdengar suara Bu Asti yang tengah menggoda Wika. "Anak gadis mama, pagi-pagi udah nyengir senyum-senyum sendirian gitu. Lagi lihatin apa neng?"Wika terkikik geli mendengar rentetan godaan sang mama. "Apaan sih ma.""Uluh-uluh malu," cibir Bu Asti yang masih gencar menggoda puteri semata wayangnya."Biarin aja lagi ma," seruan suara dari arah tangga. Bu Asti dan Wika menoleh dan menemukan Pak Dayu yang melangkah menuruni anak tangga."Puteri kita lagi senang itu, berbunga-bunga harum ha
"Berengsek!" umpat Wika pada seseorang yang tadi mencekalnya, tanpa berpikir panjang Wika melayangkan pukulan brutalnya pada orang tersebut.Otomatis Alex memekik kesakitan, namun pria itu tak berusaha menghindari pukulan Wika. Ia hanya diam menerima serangan amukan Wika sampai gadis itu merasa puas.Setelah beberapa saat akhirnya Wika puas memukuli Alex. "Brengsek!" sekali lagi Wika mengumpat tanpa mau melihat situasi dimana ia sekarang.Masa bodoh! pikirnya."Alex, kau sangat kebiasaan sekali mengaggetiku, mencekal serta menarik tanganku sesuka hatimu." omel Wika menatap nyalang Alex.Wika mengusap-usap lengannya yang terasa perih akibat cekalan tangan Alex tadi. "Lihat ini!" Wika menunjukkan lengan kirinya yang memerah."Eh, ini apa?" tanya Alex menahan tangan Wika saat menangkap sesuatu yang melingkari jari manis gadis itu.Wika tersentak sadar dan berusaha mena
Sepanjang perjalanan Wika tampak lesu, mood baiknya sejak pagi tadi entah kenapa menguap hilang tiba-tiba begitu saja. Pikirannya masih melayang mengenai Alex, lebih tepatnya soal pernyataan cinta Alex tadi.Tentu Wika terkejut, ia tak menyangka bahkan sangat tidak menyangka jika pria yang telah di anggapnya teman selama ini ternyata menaruh hati padanya. Wika pikir, rasa sayang dan perhatian Alex selama ini murni hanya karena hubungan pertemanan mereka yang solid. Namun nyatanya Wika sudah salah dalam mengartikannya.Jika kalian jadi aku, bagaimana reaksi kalian saat mengetahui pria yang selama ini kita anggap teman ternyata menaruh hati pada kita? jerit batin Wika entah bertanya pada siapa.Yang pasti saat ini ia butuh curhat, ia membutuhkan teman ngobrol. Jadi untuk itu Wika berinisiatif ingin menemui Pras.Ya, Wika menginginkan Pras ada di sisinya saat ini juga.Wika melan
Rahang Pras mengeras setelah ia mendengarkan cerita langsung yang keluar dari mulut Wika mengenai soal Alex yang tadi menyatakan perasaan cintanya. Sontak hal itu tak membuat Pras terkejut, karena ia sudah tahu sejak awal dan hal itulah yang membuat mereka kompak bersepakat menjadi musuh.Hanya saja saat ini yang membuat Pras marah adalah tindakan Alex yang berani menyatakan cinta langsung pada Wika. Tidak tahukah pria yang masih bau kencur itu jika Wika telah ia klaim sebagai miliknya. Ya, walaupun saat ini masih tunangannya. Tapi, tetap saja Wika itu miliknya."Wika, kamu itu milikku." kata Pras yang dari nada suaranya sedikit gusar."What?" reaksi keterkejutan Wika saat mendengar kata "milikku""Memang kamu belum menjadi milikku seutuhnya, tapi separuh dari diri kamu dan separuh dari hati kamu sudah menjadi milikku. Begitupun sebaliknya, dan sebentar lagi akan ku pastikan kita akan saling memilik
Setelah pergi meninggalkan Pras begitu saja di ruangan dosen semalam, kini Wika tengah di rundungi perasaan bersalah pada pria itu. Seharusnya ia menjawab dulu pertanyaan Pras, bukannya langsung main nyelonong pergi gitu aja.Sialnya, walaupun sudah berusaha untuk menjawabnya namun bibir Wika tak mampu berucap satu kata pun. Alhasil, ia yang tak bisa berpikir panjang langsung mengambil tindakan pergi dari ruangan dosen. Tanpa tahu bahwa tindakan yang dilakukannya akan membuat seseorang mungkin merasa kecewa, bukan mungkin, bahkan seorang Pras tengah patah hati di buatnya.Dan sekarang Wika sadar bahwa ia menjadi orang yang jahat disini. Dialah si pemeran antagonis disini.Wika pun di buat semakin merasa bersalah ketika Pras pagi ini tidak ada datang berkunjung ke rumahnya. Sedikit tercubit saat mendapati kenyataan itu, padahal biasanya hampir setiap pagi pria itu datang dan merecokinya."Apa dia mar