Share

06

Penulis: Ayu Sekti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 18:59:25

Bayu mengusap wajahnya. Pak Dibyo suaminya Bu Ningsih masih saja mendesak Bayu untuk membantu mengurusi urusan Rengganis dan Neneng. Padahal dia juga pusing memikirkan perekonomiannya yang bertujuan untuk menghidupi Nilam.

Cahaya senja menerobos jendela di ruang tamu di rumah sederhana milik Bayu. Cahaya tersebut menerangi debu yang berterbangan di udara, seakan menggambarkan kekacauan yang melanda hidupnya. Perceraiannya dengan Rengganis telah menorehkan luka yang menganga. Namun, luka tersebut semakin tergores oleh perselisihan antara Rengganis, Neneng dan Weldan. Mereka menuduh Bayu dengan tuduhan tidak bisa mendidik istrinya dengan baik dan akhirnya jatuh ke pelukan lelaki lain.

Awalnya hanya pertengkaran kecil dengan kedua wanita itu. Gosip antara Rengganis dan Weldan bak api yang melalap padang ilalang. Membakar nama baik Rengganis dan membuat Neneng cemburu. Namun, pertengkaran tersebut berujung menyakitkan yang dituduhkan pada Bayu.

"Bayu, kamu gagal mendidik istrimu! Rengganis telah menghancurkan keluarga kecil anak kami, Neneng dan Weldan! Kamu lemah dan tidak pantas menjadi pemimpin keluarga," ujar Bu Ningsih dengan nada emosi.

Orang tua Neneng yang kaya dengan segala pengaruhnya menyalahkan Bayu atas semuanya.

Pak Dibyo ikut menyimak, menimpali dengan tuduhan dan penghinaan. Sementara Bayu, yang awalnya terdiam, merasa hancur. Bukan hanya karena tuduhan, tetapi juga pengkhianatan Rengganis.

Bayu Mencari titik seimbang dan tenang. Ia menyadari amarah tak akan menyelesaikan masalah. Ia harus berpikir jernih.

"Bu, Pak, saya mengerti kemarahan kalian. Saya akui, saya gagal mempertahankan pernikahan saya, tetapi mengatakan saya tidak mendidik Rengganis adalah ucapan yang kurang tepat. Pernikahan adalah jalan dua arah. Rengganis juga memiliki peran dan tanggung jawabnya. Namun, ia jenuh dengan aturan rumah tangga yang harusnya ia lakukan. Rengganis merasa kurang cukup dengan nafkah yang saya berikan. Saya akui, saya tidak bisa memberikan dia kemewahan karena saya hanya orang kecil yang berusaha menjadi baik."

Kini Bayu bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan putri harapan masa depannya, Nilam. Ia tidak punya kekuasaan untuk membungkam gosip dan tuduhan yang dilontarkan.

Hanya kesedihan yang ia rasakan dalam luka. Bayangan wajah Rengganis penuh amarah dan kebencian. Wajah orang tua Neneng yang penuh penghinaan kini selalu datang menghantuinya. Ia terjebak dalam pusaran masalah yang tidak kunjung selesai.

Duda yang menjadi kambing hitam atas kesalahan orang lain. Keadilan terasa begitu jauh, sementara beban yang ia pikul semakin berat. Ia berharap kebenaran akan terungkap dan namanya dibersihkan dari tuduhan yang tidak berdasar.

Pak Dibyo dan Bu Ningsih saling berpandangan. "Baik, kamu memang tidak bersalah dalam urusan Rengganis sekarang, tetapi dia meresahkan keluarga kami dan keluarga Weldan. Saya harap, kamu bisa memberi solusi. Terlebih, kamu sudah lima tahun menikah dengan Rengganis dan tahu wataknya dia seperti apa. Barangkali ia mempunyai titik lemah sehingga pernikahan Neneng dan Weldan bisa aman kembali," sahut Pak Dibyo yang mulai merendah suarnya. Yang tadinya beliau geram, kini berubah pikiran karena Bayu berbicara dengan tenang dan bijak.

"Saya sarankan, Bu Ningsih melakukan pendekatan kepada Rengganis secara langsung. Dan mendengarkan keluh kesahnya. Setelah itu Rengganis diajak damai. Dan Bu Ningsih memberikan bantuan kepada Rengagnis dengan cara mengalihkan kegiatan positif agar bisa move on dari Weldan. Misalnya mengajak pengajian ibu-ibu. Soalnya urusan saya juga padat. Belum lagi saya mengurusi Nilam sendirian. Saya juga minta dukungan dari Bu Ningsih dan Pak Dibyo agar masalah ini cepat selesai. Saya akan membantu selama saya bisa."

Begitulah solusi bijak yang diutarakan Bayu. Ia berusaha netral dan siap dipanggil ketika dibutuhkan.

"Baiklah Mas Bayu. Solusi kamu, saya terima. Kalau begitu saya pamit dulu. Dijaga baik-baik itu Si Nilam. Nih, ada sebungkus roti kering, diamkan ya? Semoga saja Rengganis mau aku ajak pengajian dan nasehati. Dia juga butuh uang banyak kayaknya. Tipe matre. Pak, nanti dia kita sokong dengan uang ya? Penting Neneng dan Weldan akur!" sahut Bu Ningsih yang sangat mengharapkan anaknya yang bernama Neneng samawa dengan Weldan.

"Aamiin, terima kasih kuehnya. Maaf kalau kata saya kurang berkenan dan belum bisa memenuhi semua kemauan Rengganis. Saya akan berusaha mendidik Nilam menjadi lebih baik dari ibunya," jawab Bayu dengan nada tenang dan bijak.

"Saya jadi salut sama kamu, Bayu. Kukira kamu pemarah dan acuh kepada istrimu. Omongan tetangga memang belum tentu benar. Pokoknya sekarang kamu dukung untuk menjadi sukses, Bayu! Ngomong-ngomong sangkar burung yang kau jual ke Pak Darto Tohir itu sudah laku? Dan berapa harganya?"

Pak Dibyo malah membahas tentang sangkar burung. Ia teringat beberapa burung yang ia beli dua hari yang lalu. Melihat Pak Darto memuji sangkar burung Bayu, Pak Dibyo ikut tertarik.

"Memang kadang orang melihat dari omongan saja, dan tidak mencari kebenaran. Namun, itu tidak masalah selama tidak mengganggu hidup saya dan Nilam. Harganya empat ratus ribu per buah, Pak. Yah, saya hanya berusaha membuat dengan baik dan lebih menarik lagi agar dagangan saya laku keras dan berkualitas," jawab Bayu sambil memberikan kopi yang sudah ia siapkan sejak tadi.

Ia tidak melulu duduk, tetapi juga membuatkan kopi yang kebetulan ia memaksa air panas dan ditaruh di termos. Sehingga jika ada tamu, air panas langsung dituang di kopi.

Kopi sudah hangat dan langsung dihabiskan oleh Pak Dibyo. Bu Ningsih tidak minum kopi karena sedang diet.

"Saya pesan tiga buah. Saya tertarik dengan model sangkar burung yang kamu buat, Bayu!"

Tiba-tiba Pak Dibyo ingin membeli sarang burung milik Bayu sehingga Bayu merasa senang dan bersyukur.

"Alhamdulilah, baik Pak, mulai besok saya akan buat."

Begitu ada pesanan, Bayi langsung gerak cepat agar pembeli puas.

Tidak lama, kedua tetangganya undur pulang. Hati Bayu merasa sedikit lega. Waktu juga sudah Maghrib.

"Ayah, tamunya sudah pulang? Lama banget?"

Ketika itu, Nilam ke luar dari kamar sambil cemberut karena merasa diabaikan sang ayah.

"Eh, anak cantik ayah cemberut. Lihat, ayah bawa apa? Dimakan bareng yuk?"

Agar Nilam tidak sedih, Bayu memberikan bingkisan kueh bolu kukus yang diberikan oleh Bu Ningsih. Nilam kegirangan dan langsung makan bersama sang ayah.

Drrtt drrtt

Android buluk Melik Bayu bergetar. Ternyata ada telepon dari Rengagnis. Bayu langsung mengangkat telepon tersebut.

"Halo, ada apa?" tanya Bayu dengan nada sedikit keras dan terkesan sinis.

"Mas Bayu, aku sedang tertekan, tolong aku! Neneng melakukan berbagai cara agar aku tidak bisa menikah dengan Weldan. Hanya kamu yang bisa memberi solusi," ujar Rengganis dengan suara serak. Ketika Rengganis ada masalah, yang terlibat harus Bayu. Padahal pekan lalu, ia sudah menghina Bayu habis-habisnya di depan Weldan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mas Duda Yang Dihina   09

    Malam itu terlihat mendung. Langitu pun urung menampakkan bintang dan bulan yang biasanya bercahaya indah. Di rumah Bayu kedatangan tamu tak lain adalah mantan istrinya sendiri yang bernama Rengganis. Rengganis mendengar dari tetangga bahwa Nilam baru saja pulang dari rumah sakit karena sakit perut. Ia menyalahkan Bayu dan menghina Bayu jika Bayu tidak bisa merawat Nilam dengan baik. "Apa kau tahu sakitnya Nilam itu sebabnya apa?" tanya Bayu yang berusaha tenang meski Rengganis menghina seenak jidat."Sakit perut 'kan? Itu artinya kamu tidak bisa menjaga kebersihan makanan yang dimakan oleh Rengganis. Masih jago aku. Hah, mantan suami lemah!" ujar Rengganis yang masih menghina Bayu. "Percuma berbicara denganmu. Nggak ada gunanya. Cepat pergi!" usir Bayu dengan nada sedikit keras. Ia tidak perlu menceritakan keracunan yang menimpa Nilam. "Saya tidak akan pergi sebelum menceritakan apa sebenarnya yang terjadi pada Rengganis. Ini sudah malam, aku akan menginap di sini!" tolak Renggan

  • Mas Duda Yang Dihina   08

    Langit yang gelap karena mendung terlihat di balik jendela kamar Nilam yang tergolek lemah di ranjang. Ia baru saja muntah-muntah karena mual dan perutnya terasa melilit. "Ayah, perutku sakit," rintih Nilam dengan suaranya yang lemah. "Bertahanlah, Sayang. Ayah akan meminta bantuan Om Seno untuk mengantar kamu ke rumah sakit!" Bayu tidak bisa diam saja melihat putri tercinta sedang kesakitan. Ia berlari ke rumah Seno yang tidak jauh dari rumahnya. Tidak lama setelah Bayu mengetuk pintu, akhirnya dibuka oleh Seno sendiri. Bayu langsung mengutarakan maksudnya. Seno pun dengan antusias mau mengantar Nilam ke rumah sakit dengan mobilnya. Seno dengan sigap membawa mobilnya sampai di depan rumah Nilam pada malam itu. Bayu masuk ke kamar Nilam dan menggendong Nilam menuju mobilnya Seni. Tidak lama, mobil tersebut melaju menuju Rumah Sakit Medika. Sepanjang perjalanan, Bayu mengelus punggung Nilam, menenangkan putrinya yang semakin lemas. Pikirannya melayang-layang. Memikirkan apakah r

  • Mas Duda Yang Dihina   07

    Tepat pukul delapan malam, Bayu baru saja selesai kedatangan tamu, tiba-tiba ponselnya berdering, menampilkan nama "Rengagnis" di layar ponselnya. Ia mengerutkan dahi. Sudah beberapa pekan ia tidak berkomunikasi dengan mantan istrinya tersebut. Rasa sebal langsung menguasai dirinya.Ia tahu apa maksud panggilan ini. Gosip tentang Rengganis dan Weldan, suami Neneng sahabatnya, sudah beredar di mana-mana.Rengagnis meminta bantuan pada Bayu, karena Rengagnis ditekan oleh keluarganya Neneng. "Kau masih saja melakukan hal yang sama? Merebut suami orang? Aku sudah bilang padamu, Rengganis. Kau tidak pernah berubah!" jawab Bayu sambil mengatur emosinya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia mengancam akan menghancurkan usahaku. Dia punya banyak relasi," sahut Rengganis di seberang telepon sana."Itu konsekuensi dari perbuatanmu sendiri. Kau sudah merusak rumah tangga orang lain. Kau menyakiti Neneng, istrinya Weldan. Kau kira aku akan membantumu?" ujar Bayu dengan nada keras dan

  • Mas Duda Yang Dihina   06

    Bayu mengusap wajahnya. Pak Dibyo suaminya Bu Ningsih masih saja mendesak Bayu untuk membantu mengurusi urusan Rengganis dan Neneng. Padahal dia juga pusing memikirkan perekonomiannya yang bertujuan untuk menghidupi Nilam. Cahaya senja menerobos jendela di ruang tamu di rumah sederhana milik Bayu. Cahaya tersebut menerangi debu yang berterbangan di udara, seakan menggambarkan kekacauan yang melanda hidupnya. Perceraiannya dengan Rengganis telah menorehkan luka yang menganga. Namun, luka tersebut semakin tergores oleh perselisihan antara Rengganis, Neneng dan Weldan. Mereka menuduh Bayu dengan tuduhan tidak bisa mendidik istrinya dengan baik dan akhirnya jatuh ke pelukan lelaki lain. Awalnya hanya pertengkaran kecil dengan kedua wanita itu. Gosip antara Rengganis dan Weldan bak api yang melalap padang ilalang. Membakar nama baik Rengganis dan membuat Neneng cemburu. Namun, pertengkaran tersebut berujung menyakitkan yang dituduhkan pada Bayu. "Bayu, kamu gagal mendidik istrimu! Rengg

  • Mas Duda Yang Dihina   05

    Sore itu, Bayu berhasil menyerobot pertikaian di depan rumah Weldan yang juga melibatkan mantan istrinya. Ia tidak mau tahu lagi tentang nasib Rengganis yang telah membuat hatinya terluka. Terlebih, Rengganis adalah ibu yang tega meninggalkan buah hati yang seharusnya masih butuh kasih sayang. Tidak lama, ia sudah sampai di rumah Pak Darto. Orang yang menjadi langganan rumah burung milik Bayu. "Selamat sore, Pak. Ini pesanan rumah burungnya," sapa Bayu kepada Pak Darto yang kebetulan sedang duduk ngopi di teras depan rumah. "Eh, Mas Bayu. Mari silakan duduk dulu. Mbok e, ada tamu, kopi satu!" teriak Pak Darto kepada istrinya yang mungkin berada di dalam rumah. "Oh, iya Pak!" jawab suara Ibu-Ibu yang terdengar nyaring di telinga Bayu. Bayu menuruti permintaan Pak Darto. "Pak Darto, Bapak jadi beli berapa ya? Saya ambilkan dari gerobak saya! Maaf, saya tidak bisa lama, karena ada anak saya masih di rumah sendirian," ungkap Bayu yang bercerita apa adanya. Ia mengingat Nilam yang di

  • Mas Duda Yang Dihina   04

    "Anak-anak, kalian tidak boleh menghina sesama manusia ya. Apalagi sama teman dan keluarganya. Dosa ya. Mas Bayu, maafkan kelakuan anak-anak santri di sini ya. Semoga mereka hanya becanda. Nilam, mari sama Kak Aisyah, jika mereka menghina, nanti Kak Aisyah akan hukum mereka."Tidak lama, datanglah guru TPQ di komplek tersebut yang bernama Aisyah. Seketika hati Nilam semangat kembali dan melupakan kesedihannya. Ternyata guru ngajinya pengertian dan tidak membeda-bedakan. Bayu tetap tersenyum. Sebagai oranh dewasa, ia memaklumi kelakuan anak-anak yang mungkin pengaruh dari didikan orang tua. Kebanyakan warga komplek membanggakan kekayaan dan lupa dengan sanak saudara yang sedang kesusahan. "Nilam, ayah tidak apa-apa. Tuh, dipanggil Ibu ustadzah, jadi, kamu jangan takut mengaji ya. Jika ada apa-apa bilang sama ustadzah ya. Ini ada uang jajan setelah ngaji. Beli makanan yang sehat ya?"Bayu berjongkok dan mengusap kerudung sang anak agar tetap kuat dan tegar menghadapi kepahitan hidup.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status