Share

05

Penulis: Ayu Sekti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-15 12:44:32

Sore itu, Bayu berhasil menyerobot pertikaian di depan rumah Weldan yang juga melibatkan mantan istrinya. Ia tidak mau tahu lagi tentang nasib Rengganis yang telah membuat hatinya terluka. Terlebih, Rengganis adalah ibu yang tega meninggalkan buah hati yang seharusnya masih butuh kasih sayang.

Tidak lama, ia sudah sampai di rumah Pak Darto. Orang yang menjadi langganan rumah burung milik Bayu.

"Selamat sore, Pak. Ini pesanan rumah burungnya," sapa Bayu kepada Pak Darto yang kebetulan sedang duduk ngopi di teras depan rumah.

"Eh, Mas Bayu. Mari silakan duduk dulu. Mbok e, ada tamu, kopi satu!" teriak Pak Darto kepada istrinya yang mungkin berada di dalam rumah.

"Oh, iya Pak!" jawab suara Ibu-Ibu yang terdengar nyaring di telinga Bayu. Bayu menuruti permintaan Pak Darto.

"Pak Darto, Bapak jadi beli berapa ya? Saya ambilkan dari gerobak saya! Maaf, saya tidak bisa lama, karena ada anak saya masih di rumah sendirian," ungkap Bayu yang bercerita apa adanya. Ia mengingat Nilam yang di rumah sendirian.

"Oh, beres. Aku beli semua. Ada enam buah ya. Satu kandang berapa?" tanya Pak Darto dengan senyum ramah.

"Empat ratus ribu, Pak. Maaf harganya naik soalnya bahan-bahannya juga naik," jawab Bayu dengan ramah dan santai.

Pak Darto menganggukkan kepala. "Sangkar burung buatan kamu itu bagus dan awet, berapa pun harganya aku beli. Bahkan, ada yang tertarik dengan sangkar burung buatanmu. Tapi siapa aku lupa. Enam buah aku beli semua."

Pak Darto membeli semua sangkar burung yang dibawa oleh Bayu.

"Alhamdulillah. Terima kasih Pak. Semoga puas dengan hasil karya yang saya buat."

Bayu bahagia karena jerih payahnya ternyata laku dan pelanggan menyukainya.

Tidak lama, Pak Darto memberikan uang sebesar dua juta empat ratus rupiah kepada Bayu. Dengan uang tunai dan tanpa kurang sereceh pun. Pak Darto puas dengan Sangkar burung yang dibuat oleh Bayu.

"Ini diminum dulu kopi dan singkong gorengnya."

Istrinya Pak Darto ke luar membawa kopi dan cemilan. Bayu meminum kopi pemberian istrinya Pak Darto. Dan memakan satu potong singkong goreng.

"Ngomong-ngomong, kamu sudah bercerai dengan Rengganis ya, Bay?" tanya istrinya Pak Darto yang duduk ikut nimbrung di teras rumah tersebut.

"Benar, Bu Lastri," jawab Bayu dengan singkat. Ia malas membicarakan mantan istrinya.

"Yang sabar ya, Nak. Memang kadang, kita ditakdirkan untuk berpisah. Namun, saya yakin, suatu saat, akan dapat pengganti yang lebih baik," sahut Bu Lastri yang ikut iba jika Bayu berpisah dengan istrinya batu-batu ini.

"Terima kasih, simpatinya, Bu. Kalau begitu, Bayu pulang dulu. Takut Nilam menangis," jawab Bayu dengan sopan.

"Sebentar, anak muda!"

Bu Lastri ke dalam sebentar dan melarang Bayu untuk segera pulang. Tidak lama Bu Lastri ke luar kembali dan membawa satu kantong kresek.

"Bay, itu ada camilan dan kueh, kasihkan ke Nilam ya? Di sini berdua nggak ada habisnya makanan sebanyak itu. Pokoknya harus dimakan!" tegas Bu Lastri dengan senyum ramah.

"Terima kasih, Bu. Saya pamit pulang dulu."

Bayu kemudian pulang dengan membawa uang dan camilan.

Mereka mengiyakan perkataan Bayu. Senang sekali rasanya mendapat rezeki yang tidak terduga. Ia melangkahkan kaki sambil membawa gerobak yang sudah kosong. Kantong kresek berisi makanan tersebut ia taruh di dalam gerobak tersebut.

Waktu hampir Maghrib. Di rumah milik Weldan sudah sepi tidak ada keributan. Itu artinya para warga sudah bubar. Ia cepat-cepat ingin sampai di rumah.

"Assalamu'alaikum, Nilam."

Bayu membuka pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam, Ayah. Ye Ayah sudah pulang!"

Nilam langsung berlari menyambut sang ayah dengan riang gembira.

"Iya, Sayang. Tadi ada orang mampir nggak?" tanya Bayu dengan nada menyelidik.

"Nggak ada, Ayah. Nilam di kamar sedang mengerjakan PR. Sekarang tugasnya sudah selesai," jawab Nilam dengan polos dan jujur.

"Pinternya anak ayah. Nih, buat kamu!"

Bayu sudah memasukkan gerobak serba gunanya, kemudian memberikan kantong kresek berisi makanan kepada buah hati tercintanya. Rasanya senang memberikan kejutan kepada sang anak.

Nilam langsung melihat apa yang ada di dalam kresek tersebut. "Wah kue. Ada camilan asin juga. Ayo kita makan bersama, Ayah!"

Nilam menarik tangan ayahnya menuju ruang tengah yang ada TV. Nilam menyalakan TV dan menekan channel kartun yang ia sukai. Kemudian mengambil piring bersih. Nilam menaruh camilan tersebut di piring yang sudah ia ambil. Meski ia baru tujuh tahun, ia tahu cara menyajikan camilan kepada orang tua.

"Terima kasih, Sayang. Wah, Sponsboabnya udah tayang ya? Seru ini sambil makan bersama!"

Mereka berdua makan camilan dan kue sambil melihat channel kartun. Bahagia itu memang sederhana. Meski keluarga kecil mereka tidak lengkap, seenggaknya meraka masih bisa merasakan bahagia.

"Udah, Yah. Ayah kalau mau istirahat, istirahat saja. Nilam masih pengen nonton TV," ujar Nilam yang baik hati.

"Nggak capek kok. Besok kita ke toko tas mau?"

Bayu ingin memberikan kejutan pada Nilam.

"Serius, Yah? Apa tadi sarang burungnya laku?" tanya Nilam sambil melihat ke wajah sang ayah.

"Lihatlah di gerobak milik ayah masih ada sangkar burungnya atau tidak?" tanya Bayu sambil tersenyum manis.

"Eh, iya. Jadi malu. Ye, besok Nilam beli tas baru. Terima kasih, Ayah!"

Nilam memeluk sang ayah kembali. Meski hanya mempunyai ayah, Nilam sangat bahagia.

Tok ... tok!

Tidak lama terdengar seseorang mengetuk pintu. Bayu segera membuka pintu tersebut.

"Akhirnya kamu di rumah juga, Bayu!" ujar ibu paruh baya yang memakai daster berwarna biru dan berwajah bundar.

"Ada apa, Bu Ning?" tanya Bayu penasaran. Seperti ada masalah serius.

"Anu, Rengganis berkelahi dengan Neneng. Sampai sekarang masih ribut di rumah Weldan! Mantan istri kamu itu memang sudah kesetanan! Dia tidak mau kalah memperebutkan Weldan! Parahnya lagi, Rengganis hamil dan muntah-muntah di rumah Weldan!" ujar ibu yang bernama Ningsih tersebut memberi info tentang Rengganis.

Bayu menggelengkan kepala. "Maaf, itu bukan urusan saya lagi, Bu. Dia aja menghina saya. Biarlah urusan mereka ditanggung mereka. Terima kasih infonya," ujar Bayu dengan nada sedikit keras.

"Begini, Bayu. Tolong, kalau bisa Si Rengganis itu suruh pergi dari rumah Weldan. Kasihan Neneng anak saya! Dia syok berat melihat Weldan berselingkuh dengan mantan istri kamu!"

Ibu Ningsih adalah ibu kandung Neneng. Yang pastinya membela si Neneng anaknya.

"Maaf, saya sudah tidak mau berurusan dengan mereka! Saya saja juga banyak masalah. Coba panggil Pak RT atau Pak Sobri. Beliau kan Kyai kondang di sini," jawab Bayu yang berusaha memberi solusi.

"Hei Bayu, jangan di rumah saja! Ayo ikut kami menyelesaikan urusan mantan istri kamu itu! Jika tidak, rumah kamu akan kami bakar! Sudah nggak bisa mendidik mantan istri. Lari dari masalah!"

Tiba-tiba datang suaminya Bu Ningsih. Ia menyalahkan Bayu atas kasus yang menimpa Weldan dan Rengganis. Dia juga diancam akan dibakar rumahnya. Alih-alih Bayu dan Nilam hidup damai, ada-ada saja masalah yang terjadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mas Duda Yang Dihina   05

    Sore itu, Bayu berhasil menyerobot pertikaian di depan rumah Weldan yang juga melibatkan mantan istrinya. Ia tidak mau tahu lagi tentang nasib Rengganis yang telah membuat hatinya terluka. Terlebih, Rengganis adalah ibu yang tega meninggalkan buah hati yang seharusnya masih butuh kasih sayang. Tidak lama, ia sudah sampai di rumah Pak Darto. Orang yang menjadi langganan rumah burung milik Bayu. "Selamat sore, Pak. Ini pesanan rumah burungnya," sapa Bayu kepada Pak Darto yang kebetulan sedang duduk ngopi di teras depan rumah. "Eh, Mas Bayu. Mari silakan duduk dulu. Mbok e, ada tamu, kopi satu!" teriak Pak Darto kepada istrinya yang mungkin berada di dalam rumah. "Oh, iya Pak!" jawab suara Ibu-Ibu yang terdengar nyaring di telinga Bayu. Bayu menuruti permintaan Pak Darto. "Pak Darto, Bapak jadi beli berapa ya? Saya ambilkan dari gerobak saya! Maaf, saya tidak bisa lama, karena ada anak saya masih di rumah sendirian," ungkap Bayu yang bercerita apa adanya. Ia mengingat Nilam yang di

  • Mas Duda Yang Dihina   04

    "Anak-anak, kalian tidak boleh menghina sesama manusia ya. Apalagi sama teman dan keluarganya. Dosa ya. Mas Bayu, maafkan kelakuan anak-anak santri di sini ya. Semoga mereka hanya becanda. Nilam, mari sama Kak Aisyah, jika mereka menghina, nanti Kak Aisyah akan hukum mereka."Tidak lama, datanglah guru TPQ di komplek tersebut yang bernama Aisyah. Seketika hati Nilam semangat kembali dan melupakan kesedihannya. Ternyata guru ngajinya pengertian dan tidak membeda-bedakan. Bayu tetap tersenyum. Sebagai oranh dewasa, ia memaklumi kelakuan anak-anak yang mungkin pengaruh dari didikan orang tua. Kebanyakan warga komplek membanggakan kekayaan dan lupa dengan sanak saudara yang sedang kesusahan. "Nilam, ayah tidak apa-apa. Tuh, dipanggil Ibu ustadzah, jadi, kamu jangan takut mengaji ya. Jika ada apa-apa bilang sama ustadzah ya. Ini ada uang jajan setelah ngaji. Beli makanan yang sehat ya?"Bayu berjongkok dan mengusap kerudung sang anak agar tetap kuat dan tegar menghadapi kepahitan hidup.

  • Mas Duda Yang Dihina   03

    "Suami miskin saja belaku kamu, Bayu. Kamu iri kan Rengganis sebentar lagi menjadi istriku," sahut Weldan pada siang itu. Weldan berkacak pinggang di depan Bayu yang duduk di ruang tamu sederhana. Sementara Rengganis juga berdiri sambil merangkul pundak Weldan. "Aku memang miskin, Nona dan Tuan, tetapi saya mempunyai harga diri. Silakan kalian pergi dari rumah saya. Saya takut Nilam akan mengetahui konflik ini. Satu lagi, kamu ibu tidak tahu diri. Bukannya menengok Nilam, tetapi kamu malah menghina saya!" Bayu sedikit emosi karena mantan istrinya datang malah bersama selingkuhannya dan bersikap sombong. Pria mana yang tidak sakit hati. Namun, ia berusaha tegar dan kuat di depan mereka. Bayu itu pria tangguh."Hahaha, harga diri macam apa? Memangnya bisa buat beli cincin dan emas? Lihat, Mas Weldan memberikan emas dan tas branded. Bisa buat tabungan. Hla kamu, lauk ayam saja sebulan sekali. Dasar kuli miskin. Hah udahlah capek ngomong sama Mas Bayu. Cakep sih, tapi Oon, yuk, Mas kita

  • Mas Duda Yang Dihina   02

    Suatu hari, Nilam berbincang dengan ayahnya yang berada di dapur sedang sarapan. "Ayah, ini hari libur 'kan? Antar Nilam ke toko alat tulis ya? Beberapa peralatan Nilam sudah rusak," ujar Nilam dengan nada manja pada Bayu. "Oke. Sekalian beli sayur di pasar. Kamu sudah mandi, Nak?" tanya sang ayah yang bernama Bayu kepada Nilam. "Sudah dong. Nilam dah wangi coba sini," jawab Nilam dengan nada manja. "Ih bener, anak ayah wangi. Yasudah, ayo kita ke pasar." Nilam langsung digendong menuju motor bututnya. Mereka berdua menuju pasar dengan hati yang berbahagia meski mereka ditinggal wanita yang paling berharga. Setengah jam kemudian, mereka sampai di pasar tradisional. Mereka sudah memarkir motor butut mereka di tempat parkir. Dilanjutkan menuju pasar untuk membeli alat tulis milik Nilam dan membeli kebutuhan pokok. Biasanya yang berbelanja adalah Rengganis dengan diantar oleh Bayu. Sekarang Bayu hanya dengan anak cantiknya yang bernama Nilam. "Nilam, coba kamu pilih peralatan

  • Mas Duda Yang Dihina   01

    "Mas, kita bercerai saja. Aku sudah tidak betah hidup dengan kamu yang miskin!" ujar seorang wanita berumur sekitar 23 tahun. "Jangan begitu, Dek. Bertahanlah dan bersabar menjalani hidup ini. Untuk menjadi kaya itu butuh proses. Mas memang hanya seorang kuli, tetapi mas itu tanggung jawab meski semua serba kekurangan. Toh, Nilam bisa sekolah," jawab Bayu dengan nada ramah. Seorang pria berumur 28 tahun yang sudah mempunyai anak perempuan berumur tujuh tahun. "Sudahlah, Mas. Aku sudah bertahan lima tahun denganmu, tetapi hidup ini masih seperti ini saja. Lihat dasterku lusuh. Apalagi wajahku. Tak pernah kau belikan aku skincare! Lihat, istrinya Mas Weldan, cantik dan selalu tercukupi. Pokoknya hari ini aku ingin pulang ke rumah ibuku. Aku juga mau menikah dengan Mas Weldan," ungkap istrinya Bayu yang bernama Rengganis. "Rengganis, apa kamu bilang? Menikah dengan Weldan suami orang itu? Jangan mencari prahara di atas rumah tangga orang lain, Dek. Bahaya. Nanti mas yang malu. Maaf

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status