Home / Romansa / Mas, Nikah, Yuk! / 4. Pendekatan

Share

4. Pendekatan

Author: Ana HR
last update Last Updated: 2025-06-13 18:50:11

Alby menyesap minumannya. Kali ini di ruang tamu hanya menyisakan Alby dan Devita yang duduk bersebrangan. Alby menyesap teh hangatnya sekali lagi. Setelahnya melirik Devita yang tampak gelisah ditempatnya.

"Lo nyesel nerima lamaran gue?" tanya Alby setelah meletakkan cangkir tehnya.

Devita menatap Alby sekilas. Mendadak kepalanya terasa berdenyut. "Kalau narik kata-kata gue tadi udah gak mungkin juga."

Alby menatap Devita yang kali ini menyesap tehnya. "Kenapa? Gue sebenernya gak maksa, sih. Kalau lo gak mau juga gak apa-apa." Alby tertunduk. "Tapi, masalahnya gue juga udah capek ditanya kapan nikah terus. Lo tau 'kan diumur segini pasti pertanyaan itu sering ditanyain."

Devita menaruh cangkirnya. Ia mengangguk. "Hah, iya bener banget. Makanya gue ceroboh ngajak lo nikah. Itu semua gara-gara pertanyaan itu."

"Jadi, gimana?"

Devita menghela napas. "Yaudah nikah aja. Gue juga capek denger omongan itu."

Senyum di wajah Alby terbit.

"Tapi, gue mau kita pendekatan dulu. Well, setidaknya selama sebulan."

Alby mengangguk setuju.

💐💐💐

Sudah seminggu sejak Alby melamar Devita. Hari ini Alby lagi-lagi menyempatkan mampir ke rumah calon istrinya itu.

"ANJIR!" pekik Devita terkejut melihat Alby yang tiba-tiba sudah berdiri di ruang tamu. Tak lupa ia juga sempat melemparkan sapu digenggamannya ke arah Alby. Devita yang sadar sedang tidak mengenakan hijab buru-buru berlari kocar-kacir ke dalam kamar.

Devita merutuki dirinya sendiri di dalam kamar. Setelah mengenakan hijab, Devita menghampiri Alby yang saat ini sudah duduk anteng di ruang tamu ditemani Tita.

"Nah, Devitanya udah datang." Tita beranjak dari duduknya. Ia sempat menatap Devita dan Alby secara bergantian. Menyorot keduanya dengan tatapan peringatan. "Jangan macem-macem loh, yah. Bagaimana pun kalian belum resmi menjadi pasutri."

Devita dan Alby mengangguk.

Setelah Tita pergi, barulah Alby mulai pembicaraan. "Jadi, apa yang mau lo tanyain lagi? Seminggu kemarin kita udah jalan-jalan sambil saling tukar cerita."

"Lo beneran udah insyaf dari gelar play boy lo?" tanya Devita penasaran.

Alby mengangguk yakin. "Udah."

"Lo sendiri kapan jadi cewek lembut, sih? Dari pengamatan gue lo itu cewek bar-bar. Jangan-jangan masih sering ngumpat juga? Tadi aja ngumpat," selidik Alby menatap Devita intens. Mendadak Devita jadi gugup sendiri.

"Sedikit, sih."

Alby menatap Devita yang saat ini berusaha mengalihkan atensinya pada kue kering di atas meja. "Terus tadi kenapa lo gak pake hijab?"

"Lupa, lagian masih di dalam rumah juga."

Alby berdecak. "Tetep aja lo harus jaga-jaga. Itu aurat loh."

Devita tertunduk menyesali kecerobohannya. "Iyah." Tapi, sesaat kemudian Devita menatap Alby tajam. "Lo juga gak salam dulu, tiba-tiba nyelonong."

"Udah, lo-nya aja yang gak denger kali."

Devita mencebik kesal.

Ada hal yang membuat Devita penasaran. Jadi, ia mengabaikan perasaan kesalnya pada Alby. "Mantan lo berapa?"

"Penting?" tanya Alby heran.

"Iyalah, penting banget!"

"Gak inget gue, mungkin karena saking banyaknya." Alby tampak mengingat-ingat lagi. "Lagian gue udah punya jiwa-jiwa play boy sejak SD."

Devita melotot. "Buset, real playboy kelas kakap ini mah."

Alby tak ambil pusing dengan komentar Devita. Laki-laki itu justru balik bertanya. "Kalau lo gimana? Pernah pacaran?"

"Pernah. Cuma sekali dan beberapa minggu lalu mantan gue baru aja nikah." Devita sedikit menjeda kalimatnya. Mendadak ia jadi teringat perkataan Gita. "Dan ngeselinnya istrinya mantan gue nanya kapan gue nyusul. Kayak seolah-olah nyindir, deh."

Alby mengangguk paham. "Bentar lagi juga emang nyusul, sih."

"Gue mau langsung nikah aja, sih, yah gak mau ada tunangan. Lo setuju gak?"

"Setuju, dong."

"Cie yang udah gak sabar nikah," goda Alby.

"Apaan, sih." Devita berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. Namun, usahanya sia-sia karena Alby sudah menyadari itu.

💐💐💐

"Yaampun, lo udah mau nikah aja? Gak mau tunangan dulu? Cepet banget," tanya Mely beruntun tak lupa dengan sikapnya yang kelewat heboh.

"Iyalah."

"Wah bisa-bisa keduluan, nih, gue."

Devita mendengus. "Lo kira pernikahan ini kompetisi?" cibir Devita dengan nada tak suka.

"Yah, gak gitu juga."

"Dari cara lo bicara aja udah nunjukin gitu."

"Jangan marah dong, Say," mohon Mely dengan tangan tertangkap di depan dadanya. "Maaf."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Devita dan Mely serempak.

"Lagi asik ngobrol, yah?"

Mely mengangguk sedangkan Devita hanya diam.

"Lo udah makan belum?" tanya Alby.

Devita menggeleng.

"Ta, tatap dong Alby-nya. Masa natep meja terus," desak Mely.

Devita berdecak. Ia mengalihakan atensinya pada Alby. Namun, sedetik kemudian wajahnya tiba-tiba memanas melihat senyuman dari Alby yang kelewat manis.

"Kenapa lo perhatian sama Devita?" tanya Mely berusaha memancing. Sepertinya Devita dan Alby ini sama-sama tsundere.

"Karena Devita calon istri gue," jawab Alby tegas. Dan hal itu membuat perut Devita bergejolak.

"Kenapa gak ada panggilan sayang?"

Alby menatap Devita yang juga menatapnya. "Karena bagi gue panggilan sayang gak terlalu penting. Yang terpenting adalah perasaan gue ke Devita."

Jawaban Alby membuat Devita baper. Tidak hanya Devita, Mely pun ikutan baper dibuatnya.

"Kalau gitu, gue pamit pulang. Assalamualaikum," pamit Mely.

"Waalaikumsalam."

Alby duduk di kursi bekas Mely. Ia menatap Devita yang tampak sedang memperhatikan motor Mely yang perlahan menjauh.

"Cie baper, yah," goda Alby seraya menaikturunkan alisnya.

Devita mendengus. "Ini pasti karena lo udah terbiasa gombalin cewek."

"Yah, bisa dibilang gitu."

"Gue gak sabar, sih ngerasain pacaran habis nikah," gumam Alby yang masih terdengar oleh Devita.

"Tapi, lo udah pernah pacaran. Begitu pun gue."

Alby menatap Devita intens. "Bagi gue pasti rasanya beda. Meskipun gue udah pernah rasain yang namanya pacaran. Kalau pacaran udah nikah tuh rasanya bebas aja gitu, gak seperti pacaran sebelum menikah." Alby mengalihkan pandangannya ke pekarangan rumah Devita. "Yah, gue tahu kok, gue ini mantan play boy dan udah sering mainin perasaan cewek. Dan sekarang udah nyesel sih pernah jadi play boy, rasanya berdosa banget."

Devita mengangguk paham. "Iyah, gue juga nyesel, sih pacaran diam-diam. Dan yang gue dapetin cuma sakit hati aja. Well, gue tahu pacaran gak selamanya dapet sakit hati, tapi sejauh yang udah pernah gue rasain sebelumnya. Pacaran justru buat gue sakit."

"Gue mau coba jadi suami yang baik buat lo," tutur Alby tak lupa dengan senyum lembut yang terbingkai di wajahnya.

Devita ikutan tersenyum. "Gue juga mau coba jadi istri yang baik buat lo."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mas, Nikah, Yuk!   19. Gara-Gara Mantan

    "Selamat ya ... atas pernikahannya bestie," kata Devita ketika perempuan itu bersalaman dengan Mely di atas pelaminan ditemani oleh Alby tentunya. "Thanks bestiee." Sesaat keduanya berpelukan. Mely berbisik pelan di samping telinga Devita ketika keduanya masih berpelukan. "Ada mantan lo tahu."Seketika Devita melepaskan pelukannya. "Serius lo?!" Perempuan itu menatap Mely nyaris seperti melotot. Membuat Mely menepuk keras bahu sahabatnya agar tahu situasi. Sebab ekspresi perempuan itu mengundang rasa penasaran beberapa orang termasuk Alby. Mely tertawa pelan. Bukannya menjawab pertanyaan dari Devita, perempuan itu justru mendorong sahabatnya ke arah Alby. "Bawa istri lo deh sebelum dia bikin keributan." Alhasil Alby menarik Devita menjauh. Meski perempuan itu sempat berontak dan nyaris tersandung gara-gara tak mengikuti ritme langkah kaki suaminya. "Ngomongin apa?" tanya Alby dengan tatapan menyelidik setelah keduanya berhenti disudut tempat duduk yang agak sepi. "Gak ada, bia

  • Mas, Nikah, Yuk!   18. Katanya Gak Ngambek

    "AC-nya kecilin, Ta," kata Alby laki-laki itu tampak membungkus tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Devita sedang memegang remote AC sambil berdiri di sisi kasur. Bukannya mendengarkan, perempuan itu justru menaikkan suhu AC. Alby keluar dari selimut. Laki-laki itu melangkah menghampiri sang istri. Hendak mengambil remote AC. Tetapi, sayangnya Devita sudah lebih dulu menyadari kehadiran sang suami. Sehingga ia bisa dengan cepat menghindar. "Ta! Kecilin." "Gak mau. Gerah tau." Alby berlari mendekati Devita. Perempuan itu dengan cepat menghindar. Ia bahkan berlarian sampai melintasi atas kasur, atas kursi, lompat bahkan membelokkan arah agar tak tertangkap. Sedangkan Alby tampak greget sendiri. Laki-laki itu dengan cepat mengejar langkah pendek istrinya. Tangan besarnya berhasil menangkap Devita. Ya, lebih tepatnya memeluk perut istrinya dari belakang. Membuat Devita memberontak. Berusaha untuk menyembunyikan remote AC itu. Sampai tangannya ia rentangkan ke atas berha

  • Mas, Nikah, Yuk!   17. Ketahuan!

    "Mas gak jadi makan siang bareng. Aku mau ke sekolah Guntur," kata Devita ketika keduanya berada dalam satu mobil hendak menuju ke tempat makan. "Yaudah aku anterin." Devita hanya mengangguk saja. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. Meski begitu, Alby tahu istrinya terlihat cemas. "Masalah apa?" tanya Alby tak tahan dengan keterdiaman Devita. Helaan napas berat terembus. "Aku gak tahu. Guntur itu bukan tipikal anak yang neko-neko. Makanya aku kaget karena ditelepon guru katanya Guntur ada di ruang kepala sekolah." Devita memijat pelipisnya. "Aku coba tanyain ke dia lewat chat juga gak dibales, cuma suruh cepet aja." Alby membelokkan setirnya menuju sekolah Guntur. "Yaa ... namanya masa-masa labil gini. Mas juga dulu gitu kok. Yang penting, kamu tanya baik-baik dulu aja. Jangan langsung ditodong kayak kriminal." Kali ini Devita mengangguk. Meski tetap saja mulutnya tak tahan ingin mengomeli Guntur. Pasalnya sebentar lagi adiknya itu kelas dua bel

  • Mas, Nikah, Yuk!   16. Password WiFi

    Dalam seminggu setidaknya ada satu hari Alby tidak kerja. Laki-laki itu menetapkan hari minggu sebagai libur sekaligus quality time bersama dengan Devita. Kalau saat lajang dulu laki-laki itu akan nongkrong atau cari mangsa baru untuk dijadikan kekasih. Alby yang masih mengenakan kolor dan tak memakai baju keluar dari kamar. Ya, lagi-lagi ia ketiduran sehabis shalat subuh. Barusan ia terbangun gara-gara mendengar suara orang bilang kebakaran yang ternyata itu cuma alarm! Sudah pasti ulah dari Devita. Alby celingak-celinguk mencari keberadaan Devita. Sampai ketika kakinya menapak pada halaman belakang rumah barulah laki-laki itu melihat Devita sedang sibuk dengan tanaman. Menyadari kehadiran Alby, Devita sama sekali tidak berbalik. Perempuan itu justru sibuk mencabut rumput. "Ayo bantu beres-beres." Alby tak memakai sandal. Kaki tanpa alasnya menapaki halaman belakang yang dialasi oleh rumput jepang. Laki-laki itu mendekati Devita. Lalu berjongkok di sebelahnya. "Astaghfi

  • Mas, Nikah, Yuk!   15. Kode

    "Mama kalau mau datang harusnya bilang-bilang. Ya Allah kaget aku," kata Devita ketika mempersilakan Tita, sang mama untuk duduk di kursi ruang tamu. Devita mengambil tempat duduk di seberang. Perempuan itu masih merapikan sejenak tatanan rambutnya yang hanya dijedai asal. Tita melihat penampilan putrinya lekat. "Baru bangun apa gimana?" "Ya gaklah, Ma. Aku udah bangun dari subuh. Lanjut beres-beres sama siapin keperluan Mas Alby juga. Ini ... belum sempet mandi karena baru banget selesai beres-beres. Mama jangan bandingin aku sama kebiasaan pas belum nikah. Aku juga bisa berpikir lebih dewasa kok." Tita mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati merasa cukup bangga karena anak perempuannya bisa beradaptasi dengan baik. Apalagi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Bukan lajang lagi. "Mama kesini karena mau mastiin keadaan kamu aja, seminggu gak ada kabar dan gak main pula," sindir Tita sembari mencomot salah satu kue ditoples. Devita nyengir. "Maaf, Ma lup

  • Mas, Nikah, Yuk!   14. Playboy Insyaf

    "Gue gak expect sebenernya sama lo yang tiba-tiba nikah sama cewek dari dating app. Gue kira malah lo cuma mau kayak biasanya," kata Cakra sembari menyesap kopinya. Mereka saat ini sedang berada di warung tempat biasa nongkrong. Alby menatap langit yang berubah senja. Tawanya mengudara. "Pada awalnya gue gak dengerin kata-kata lo yang nyuruh tobat dan bener-bener serius sama satu cewek. Tapi, pas lo saranin dating app, gue coba dan langsung klik sama satu cewek. Gue sih iseng ya pada awalnya karena tiba-tiba Devita ngajak nikah." Cakra nyaris menyemburkan kopinya. Laki-laki berkaus hitam itu menatap Alby serius. "Asli? Jadi, Devita duluan yang ngajak?" Alby mengangguk. "Iya, giliran pas ketemu langsung baru deh jatuh cinta." Cakra mencibir. "Bukan baru jatuh cinta namanya. Itu mah cinta lama bersemi kembali." Lagi, Alby tertawa. "Ya, dari situ gue bener-bener lakuin segala cara buat gak ngelepasin dia dan kayaknya takdir berpihak sama gue. Apalagi pas gue tahu temennya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status