Beranda / Romansa / Mas, Nikah, Yuk! / 3. Beneran dilamar?!

Share

3. Beneran dilamar?!

Penulis: Ana HR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 18:19:36

"Kurang asem lo ngerjain gue!" kesal Devita ketika Mely baru saja duduk di kursi depan.

Devita masih di ambang pintu enggan menghampiri Mely. Ia terlalu kesal karena ulah Mely kemarin. "Mau apa lagi ke sini?" desis Devita sambil menyidekapkan tangannya.

Mely geleng-geleng kepala. "Udahlah jangan ngambek, lagian gue cuma bantu lo pdkt aja sama tuh cowok."

Devita makin emosi. "Yah, tapi gak gini juga caranya!"

"Abis gue gemes liat lo ngejones."

"Heh!" Devita mendekati Mely yang sedang menahan tawa. Memang teman tak ada akhlak.

"Sembarangan, yah lo!" kesal Devita.

Mely berhenti menahan tawa. "Duduk gih."

Devita duduk dengan perasaan kesal yang masih meluap-luap.

"Ikut gue jalan-jalan, kuy! Belanja baju, nih. Gue traktir, deh," tawar Mely berusaha membuat mood Devita kembali membaik.

Dan benar saja, sedetik setelah ucapan itu selesai, Devita langsung sumringah. Perempuan berjilbab hitam itu langsung memeluk Mely. "Kapan?"

Mely melepaskan pelukan Devita. "Sekarang."

"Widih! Asyik!" teriak Devita antusias.

"Mending lo buruan siap-siap sana!" titah Mely. "Gue nunggu di sini."

"SIAP!!" jawab Devita antusias.

Devita masuk ke rumah sambil melompat-lompat kesenangan. Sedangkan Mely yang melihat kelakuan temannya itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Dasar bocah! Masih aja gak berubah," batin Mely.

💐💐💐

Devita dan Mely sibuk memilih-milih baju di salah satu mall. Mely berada di deretan baju paling belakang sedangkan Devita berada di deretan paling depan. Membuat keduanya jauh.

Mely sempat tersentak begitu melihat seorang laki-laki memasuki area baju-baju perempuan. Walau begitu Mely sangat yakin kalau laki-laki bersetelan kemeja biru itu adalah Alby, laki-laki yang Haura ajak nikah. Mely tahu karena ia sempat melihat foto profil laki-laki itu.

Mely mengedarkan pandangannya mencari sosok Devita. Ternyata Devita berada di deretan baju di tengah-tengah. Sedangkan Alby berada di paling depan. Mely yang melihat itu buru-buru menghampiri Devita. Menepuk bahu perempuan itu.

"Ta, lo cari dibagian depan lagi, deh," titah Mely menunjuk ke depan.

Devita mendengus. "Tadi udah, tapi gak ada yang menarik."

"Ayolah cek lagi, lo 'kan suka gak teliti," bujuk Mely terkesan seperti memaksa.

Devita sedikit curiga. Tapi, akhirnya ia mengangguk menuruti kemauan Mely. Setelah Devita pergi, Mely hanya bisa tersenyum-senyum tak jelas. Sepertinya kali ini usahanya berhasil.

Mely memilih keluar lebih dulu dari area baju-baju perempuan. Ia melangkahkan kakinya menuju food court.

Devita sibuk memilah-milah pakaian. Sampai tak sengaja sikunya menyenggol seseorang. "Eh, ma ... af." Ketika matanya bertemu dengan netra laki-laki berkemeja biru, suaranya semakin mengecil.

"ALBY!! KENAPA DIA ADA DI SINI?!" Devita menahan teriakannya dalam hati.

Devita mendadak panik. Ia takut laki-laki itu akan menuntutnya lagi perihal pernikahan. Namun, niat kaburnya urung ketika Alby menahan lengannya. Devita langsung menepis.

"Ayo bicarain lagi." Ada sorot kesungguhan dari mata Alby. Devita jadi sangsi kalau Alby sedang berbohong atau berniat mempermainkannya.

Entah kenapa kali ini kepala Devita mengangguk tanpa sadar. "Oke."

💐💐💐

Devita menutupi dirinya dengan selimut. Ia tidak mau keluar ketika Tita menggedor-gedor pintu, bahkan ancaman dari Guntur saja ia abaikan. Pikirannya sekarang tertuju pada percakapan beberapa jam yang lalu.

Flashback

"Jadi, gimana?" tanya Alby.

Devita mengetuk-ngetukan jarinya ke meja. Ia sedang memikirkan kemungkinan hal yang membuat Alby urung untuk meminangnya. Ia sungguh benar-benar tak berminat untuk menikah.

"Tapi, lo serius?"

Alby mengangguk. "Serius, lagian ngapain gue main-main soal pernikahan."

Devita terdiam. "Lo udah kerja?"

"Udah, bisnis online dan gue juga udah punya rumah buat tempat kita tinggal setelah menikah."

Devita lagi-lagi terdiam. Ia jadi gugup. "Tujuan lo nikahin gue apa?"

"Buat menyempurnakan agama."

Jawaban dari Alby membuat Devita speechless. Ia sama sekali tak menyangka kalau Alby akan menjawab demikian.

Devita menatap Alby tak percaya. "Tapi, muka lo kayak play boy, deh."

Alby terkekeh. "Itu dulu, sekarang gue udah gak lagi."

Alby melipat tangannya di meja. Ia sedikit mendekatkan wajahnya membuat Devita memundurkan wajahnya agar jaraknya tidak terlalu dekat. "Jadi, gimana?"

"Datang aja ke rumah gue. Kalau lo datang gue bakalan nerima lo."

Alby mengangguk. "Oke, besok gue ke rumah lo."

Flashback off

"AAAAA!!!" Devita berteriak frustasi gara-gara ingatan menyebalkan itu.

"Bisa-bisanya gue ngomong gitu, ya Allah kenapa gue ceroboh bangettt? Kenapa mulut gue gak bisa di rem, sih." Devita memukul kepalanya pelan. "Kan bisa nolak, kenapa gue malah nantangin dia datang?" Devita mengulum bibirnya gelisah. "Gimana kalau dia datang beneran? Ah, bisa mampus gue!"

"Devita!" panggil Tita diiringi ketukan pintu. "Keluar, Nak. Ada yang datang, tuh."

Devita menyibak selimutnya sampai selimut itu terjatuh ke lantai. "Siapa, Ma?" tanya Devita was-was.

"Katanya mau lamar kamu."

Deg!

Devita terdiam. Sedetik kemudian wajahnya berubah panik.

"GILAAA!! DIA BENERAN DATANG!!" Devita berteriak panik dalam hati.

"Gue harus gimana? Kalau gue nolak gak mungkin, 'kan. Kan gue sendiri yang udah nantangin dia," batin Devita bimbang.

Devita menepuk wajahnya. Ia menatap langit-langit kamarnya, kemudian mengembuskan napas panjang berusaha mengusir kegugupannya. "Bicara aja dulu sama ayah, kalau udah panggil Devita."

💐💐💐

Devita meremas gamisnya pelan meredam jantungnya yang berdetak abnormal. Ia melangkah pelan menuju ruang tamu. Semakin dekat, semakin jelaslah suara percakapan yang Haura yakini sebagai suara dari ayahnya dan Alby.

"Nah, itu Devitanya udah datang."

Devita tersenyum ke arah orang tua Alby. Namun, senyumnya lenyap begitu bertatapan dengan Alby. Haura duduk di samping kanan Burhan. Sedangkan Tita duduk di samping kiri Burhan dan Guntur duduk di sebelah Tita.

"Nah, tadi 'kan ayah udah banyak ngobrol sama orang tuanya Alby dan Alby-nya juga." Burhan menatap Devita sekilas. "Sekarang tinggal kamu."

"Coba ulangi lagi tujuan kamu ke sini," kata Burhan menatap Alby.

Devita menatap Alby yang duduk bersebrangan dengannya. Hanya saja tersekat oleh meja.

Alby menatap Haura dan orang tua Haura secara bergantian. "Jadi, tujuan saya datang kemari berniat untuk melamar Devita. Apakah Devita bersedia?"

Devita merasakan tangannya yang berkeringat dingin. Ia mengangkat kepalanya susah payang seolah ada beban di kepalanya. "Ya, saya bersedia."

"Lagi pula gue gak mungkin narik kata-kata gue lagi 'kan?" batin Devita pasrah.

Devita menatap aneh Alby yang tersenyum-senyum sendiri.

"DIA GILA ATAU KENAPA, SIH?!" cibir Devita dalam hati ketika melihat reaksi Alby.

💐💐💐

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mas, Nikah, Yuk!   19. Gara-Gara Mantan

    "Selamat ya ... atas pernikahannya bestie," kata Devita ketika perempuan itu bersalaman dengan Mely di atas pelaminan ditemani oleh Alby tentunya. "Thanks bestiee." Sesaat keduanya berpelukan. Mely berbisik pelan di samping telinga Devita ketika keduanya masih berpelukan. "Ada mantan lo tahu."Seketika Devita melepaskan pelukannya. "Serius lo?!" Perempuan itu menatap Mely nyaris seperti melotot. Membuat Mely menepuk keras bahu sahabatnya agar tahu situasi. Sebab ekspresi perempuan itu mengundang rasa penasaran beberapa orang termasuk Alby. Mely tertawa pelan. Bukannya menjawab pertanyaan dari Devita, perempuan itu justru mendorong sahabatnya ke arah Alby. "Bawa istri lo deh sebelum dia bikin keributan." Alhasil Alby menarik Devita menjauh. Meski perempuan itu sempat berontak dan nyaris tersandung gara-gara tak mengikuti ritme langkah kaki suaminya. "Ngomongin apa?" tanya Alby dengan tatapan menyelidik setelah keduanya berhenti disudut tempat duduk yang agak sepi. "Gak ada, bia

  • Mas, Nikah, Yuk!   18. Katanya Gak Ngambek

    "AC-nya kecilin, Ta," kata Alby laki-laki itu tampak membungkus tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Devita sedang memegang remote AC sambil berdiri di sisi kasur. Bukannya mendengarkan, perempuan itu justru menaikkan suhu AC. Alby keluar dari selimut. Laki-laki itu melangkah menghampiri sang istri. Hendak mengambil remote AC. Tetapi, sayangnya Devita sudah lebih dulu menyadari kehadiran sang suami. Sehingga ia bisa dengan cepat menghindar. "Ta! Kecilin." "Gak mau. Gerah tau." Alby berlari mendekati Devita. Perempuan itu dengan cepat menghindar. Ia bahkan berlarian sampai melintasi atas kasur, atas kursi, lompat bahkan membelokkan arah agar tak tertangkap. Sedangkan Alby tampak greget sendiri. Laki-laki itu dengan cepat mengejar langkah pendek istrinya. Tangan besarnya berhasil menangkap Devita. Ya, lebih tepatnya memeluk perut istrinya dari belakang. Membuat Devita memberontak. Berusaha untuk menyembunyikan remote AC itu. Sampai tangannya ia rentangkan ke atas berha

  • Mas, Nikah, Yuk!   17. Ketahuan!

    "Mas gak jadi makan siang bareng. Aku mau ke sekolah Guntur," kata Devita ketika keduanya berada dalam satu mobil hendak menuju ke tempat makan. "Yaudah aku anterin." Devita hanya mengangguk saja. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. Meski begitu, Alby tahu istrinya terlihat cemas. "Masalah apa?" tanya Alby tak tahan dengan keterdiaman Devita. Helaan napas berat terembus. "Aku gak tahu. Guntur itu bukan tipikal anak yang neko-neko. Makanya aku kaget karena ditelepon guru katanya Guntur ada di ruang kepala sekolah." Devita memijat pelipisnya. "Aku coba tanyain ke dia lewat chat juga gak dibales, cuma suruh cepet aja." Alby membelokkan setirnya menuju sekolah Guntur. "Yaa ... namanya masa-masa labil gini. Mas juga dulu gitu kok. Yang penting, kamu tanya baik-baik dulu aja. Jangan langsung ditodong kayak kriminal." Kali ini Devita mengangguk. Meski tetap saja mulutnya tak tahan ingin mengomeli Guntur. Pasalnya sebentar lagi adiknya itu kelas dua bel

  • Mas, Nikah, Yuk!   16. Password WiFi

    Dalam seminggu setidaknya ada satu hari Alby tidak kerja. Laki-laki itu menetapkan hari minggu sebagai libur sekaligus quality time bersama dengan Devita. Kalau saat lajang dulu laki-laki itu akan nongkrong atau cari mangsa baru untuk dijadikan kekasih. Alby yang masih mengenakan kolor dan tak memakai baju keluar dari kamar. Ya, lagi-lagi ia ketiduran sehabis shalat subuh. Barusan ia terbangun gara-gara mendengar suara orang bilang kebakaran yang ternyata itu cuma alarm! Sudah pasti ulah dari Devita. Alby celingak-celinguk mencari keberadaan Devita. Sampai ketika kakinya menapak pada halaman belakang rumah barulah laki-laki itu melihat Devita sedang sibuk dengan tanaman. Menyadari kehadiran Alby, Devita sama sekali tidak berbalik. Perempuan itu justru sibuk mencabut rumput. "Ayo bantu beres-beres." Alby tak memakai sandal. Kaki tanpa alasnya menapaki halaman belakang yang dialasi oleh rumput jepang. Laki-laki itu mendekati Devita. Lalu berjongkok di sebelahnya. "Astaghfi

  • Mas, Nikah, Yuk!   15. Kode

    "Mama kalau mau datang harusnya bilang-bilang. Ya Allah kaget aku," kata Devita ketika mempersilakan Tita, sang mama untuk duduk di kursi ruang tamu. Devita mengambil tempat duduk di seberang. Perempuan itu masih merapikan sejenak tatanan rambutnya yang hanya dijedai asal. Tita melihat penampilan putrinya lekat. "Baru bangun apa gimana?" "Ya gaklah, Ma. Aku udah bangun dari subuh. Lanjut beres-beres sama siapin keperluan Mas Alby juga. Ini ... belum sempet mandi karena baru banget selesai beres-beres. Mama jangan bandingin aku sama kebiasaan pas belum nikah. Aku juga bisa berpikir lebih dewasa kok." Tita mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati merasa cukup bangga karena anak perempuannya bisa beradaptasi dengan baik. Apalagi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Bukan lajang lagi. "Mama kesini karena mau mastiin keadaan kamu aja, seminggu gak ada kabar dan gak main pula," sindir Tita sembari mencomot salah satu kue ditoples. Devita nyengir. "Maaf, Ma lup

  • Mas, Nikah, Yuk!   14. Playboy Insyaf

    "Gue gak expect sebenernya sama lo yang tiba-tiba nikah sama cewek dari dating app. Gue kira malah lo cuma mau kayak biasanya," kata Cakra sembari menyesap kopinya. Mereka saat ini sedang berada di warung tempat biasa nongkrong. Alby menatap langit yang berubah senja. Tawanya mengudara. "Pada awalnya gue gak dengerin kata-kata lo yang nyuruh tobat dan bener-bener serius sama satu cewek. Tapi, pas lo saranin dating app, gue coba dan langsung klik sama satu cewek. Gue sih iseng ya pada awalnya karena tiba-tiba Devita ngajak nikah." Cakra nyaris menyemburkan kopinya. Laki-laki berkaus hitam itu menatap Alby serius. "Asli? Jadi, Devita duluan yang ngajak?" Alby mengangguk. "Iya, giliran pas ketemu langsung baru deh jatuh cinta." Cakra mencibir. "Bukan baru jatuh cinta namanya. Itu mah cinta lama bersemi kembali." Lagi, Alby tertawa. "Ya, dari situ gue bener-bener lakuin segala cara buat gak ngelepasin dia dan kayaknya takdir berpihak sama gue. Apalagi pas gue tahu temennya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status