Share

15. Kode

Penulis: Ana HR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-10 20:56:01

"Mama kalau mau datang harusnya bilang-bilang. Ya Allah kaget aku," kata Devita ketika mempersilakan Tita, sang mama untuk duduk di kursi ruang tamu.

Devita mengambil tempat duduk di seberang. Perempuan itu masih merapikan sejenak tatanan rambutnya yang hanya dijedai asal.

Tita melihat penampilan putrinya lekat. "Baru bangun apa gimana?"

"Ya gaklah, Ma. Aku udah bangun dari subuh. Lanjut beres-beres sama siapin keperluan Mas Alby juga. Ini ... belum sempet mandi karena baru banget selesai beres-beres. Mama jangan bandingin aku sama kebiasaan pas belum nikah. Aku juga bisa berpikir lebih dewasa kok."

Tita mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati merasa cukup bangga karena anak perempuannya bisa beradaptasi dengan baik. Apalagi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Bukan lajang lagi.

"Mama kesini karena mau mastiin keadaan kamu aja, seminggu gak ada kabar dan gak main pula," sindir Tita sembari mencomot salah satu kue ditoples.

Devita nyengir. "Maaf, Ma lup
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mas, Nikah, Yuk!   17. Ketahuan!

    "Mas gak jadi makan siang bareng. Aku mau ke sekolah Guntur," kata Devita ketika keduanya berada dalam satu mobil hendak menuju ke tempat makan. "Yaudah aku anterin." Devita hanya mengangguk saja. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. Meski begitu, Alby tahu istrinya terlihat cemas. "Masalah apa?" tanya Alby tak tahan dengan keterdiaman Devita. Helaan napas berat terembus. "Aku gak tahu. Guntur itu bukan tipikal anak yang neko-neko. Makanya aku kaget karena ditelepon guru katanya Guntur ada di ruang kepala sekolah." Devita memijat pelipisnya. "Aku coba tanyain ke dia lewat chat juga gak dibales, cuma suruh cepet aja." Alby membelokkan setirnya menuju sekolah Guntur. "Yaa ... namanya masa-masa labil gini. Mas juga dulu gitu kok. Yang penting, kamu tanya baik-baik dulu aja. Jangan langsung ditodong kayak kriminal." Kali ini Devita mengangguk. Meski tetap saja mulutnya tak tahan ingin mengomeli Guntur. Pasalnya sebentar lagi adiknya itu kelas dua bel

  • Mas, Nikah, Yuk!   16. Password WiFi

    Dalam seminggu setidaknya ada satu hari Alby tidak kerja. Laki-laki itu menetapkan hari minggu sebagai libur sekaligus quality time bersama dengan Devita. Kalau saat lajang dulu laki-laki itu akan nongkrong atau cari mangsa baru untuk dijadikan kekasih. Alby yang masih mengenakan kolor dan tak memakai baju keluar dari kamar. Ya, lagi-lagi ia ketiduran sehabis shalat subuh. Barusan ia terbangun gara-gara mendengar suara orang bilang kebakaran yang ternyata itu cuma alarm! Sudah pasti ulah dari Devita. Alby celingak-celinguk mencari keberadaan Devita. Sampai ketika kakinya menapak pada halaman belakang rumah barulah laki-laki itu melihat Devita sedang sibuk dengan tanaman. Menyadari kehadiran Alby, Devita sama sekali tidak berbalik. Perempuan itu justru sibuk mencabut rumput. "Ayo bantu beres-beres." Alby tak memakai sandal. Kaki tanpa alasnya menapaki halaman belakang yang dialasi oleh rumput jepang. Laki-laki itu mendekati Devita. Lalu berjongkok di sebelahnya. "Astaghfi

  • Mas, Nikah, Yuk!   15. Kode

    "Mama kalau mau datang harusnya bilang-bilang. Ya Allah kaget aku," kata Devita ketika mempersilakan Tita, sang mama untuk duduk di kursi ruang tamu. Devita mengambil tempat duduk di seberang. Perempuan itu masih merapikan sejenak tatanan rambutnya yang hanya dijedai asal. Tita melihat penampilan putrinya lekat. "Baru bangun apa gimana?" "Ya gaklah, Ma. Aku udah bangun dari subuh. Lanjut beres-beres sama siapin keperluan Mas Alby juga. Ini ... belum sempet mandi karena baru banget selesai beres-beres. Mama jangan bandingin aku sama kebiasaan pas belum nikah. Aku juga bisa berpikir lebih dewasa kok." Tita mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati merasa cukup bangga karena anak perempuannya bisa beradaptasi dengan baik. Apalagi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Bukan lajang lagi. "Mama kesini karena mau mastiin keadaan kamu aja, seminggu gak ada kabar dan gak main pula," sindir Tita sembari mencomot salah satu kue ditoples. Devita nyengir. "Maaf, Ma lup

  • Mas, Nikah, Yuk!   14. Playboy Insyaf

    "Gue gak expect sebenernya sama lo yang tiba-tiba nikah sama cewek dari dating app. Gue kira malah lo cuma mau kayak biasanya," kata Cakra sembari menyesap kopinya. Mereka saat ini sedang berada di warung tempat biasa nongkrong. Alby menatap langit yang berubah senja. Tawanya mengudara. "Pada awalnya gue gak dengerin kata-kata lo yang nyuruh tobat dan bener-bener serius sama satu cewek. Tapi, pas lo saranin dating app, gue coba dan langsung klik sama satu cewek. Gue sih iseng ya pada awalnya karena tiba-tiba Devita ngajak nikah." Cakra nyaris menyemburkan kopinya. Laki-laki berkaus hitam itu menatap Alby serius. "Asli? Jadi, Devita duluan yang ngajak?" Alby mengangguk. "Iya, giliran pas ketemu langsung baru deh jatuh cinta." Cakra mencibir. "Bukan baru jatuh cinta namanya. Itu mah cinta lama bersemi kembali." Lagi, Alby tertawa. "Ya, dari situ gue bener-bener lakuin segala cara buat gak ngelepasin dia dan kayaknya takdir berpihak sama gue. Apalagi pas gue tahu temennya

  • Mas, Nikah, Yuk!   13. Jatuh Kepelukanmu

    Mata Alby terbuka pelan. Samar-samar ia merasakan cahaya matahari yang menembus tirai. Laki-laki itu menatap pada jam dinding. Seketika matanya melotot kaget. Kala jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Sontak Alby melompat turun dari kasur. Nyaris saja terjerembab. Laki-laki itu langsung berlari ke kamar mandi usai mengambil handuk. "Ta! Siapin baju mas." Pintu kamar mandi tertutup. Mendengar suara rusuh dan teriakan Alby. Mata Devita baru saja terbuka. Perempuan itu mengecek HP, melihat jam. Seketika langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Kantuknya mendadak hilang. Devita diam sebentar, tubuhnya masih terasa lemas sebab baru bangun tidur. Perempuan itu menguap pelan. Baru menyadari sehabis subuh tadi ia ketiduran. Seingatnya ia ketiduran saat sedang berdzikir tapi entah bagaimana ia bisa tiba-tiba berada di kasur. Kemungkinan suaminya yang memindahkan. Setelah cukup pulih. Devita melangkah menuju lemari. Perempuan itu mengambil kemeja yang digantung, celana kain d

  • Mas, Nikah, Yuk!   12. Drama Masak Bareng

    Aroma masakan tercium sampai ke dalam kamar. Alby yang sedang bersiap-siap segera melangkah keluar. Laki-laki itu mengikuti aroma yang menggoda tersebut yang berakhir di dapur. Dapur minimalis modern yang Alby bangun untuk melihat istrinya memasak. Ternyata sekarang menjadi nyata. Ia melihat bagaimana penampilan Devita yang masih mengenakan daster bunga-bunga, rambut panjangnya digelung dan jepit oleh jedai kupu-kupu. Devita terlihat serius sekali, sampai tak menyadari kehadiran suaminya. Alby melangkah mendekati. Laki-laki itu sempat mengintip dari samping. Lalu bergegas mengambil botol kecap. Tanpa aba-aba laki-laki menuangkan kecap ke atas masakan Devita. Sontak saja Devita melotot kaget. Sampai refleks memukul lengan Alby. "Jangan kebanyakan! Nanti kemanisan." "Nasgornya pucet gitu gak berwarna." "Tetep aja kan ada takarannya. Aku gak suka sama nasgor kemanisan," protes Devita. Perempuan itu bahkan berusaha menggeser tubuh Alby agar menyingkir dari depan kompor.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status