Share

Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan
Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan
Penulis: Ferozyuna

Bab 1

"Om, mana bolaku?" tanya Jendra, bocah berusia lima tahun itu menghentikan langkah kakinya di hadapan seorang pria yang memakai kemeja, celana hitam, dan bersepatu.

Dia terkejut ketika melihat sosok anak kecil yang datang menghampiri dan meminta bola yang berada di dekat kakinya.

"Anak itu? Kenapa wajahnya mirip denganku?" gumam Amar.

"Kamu mau bola ini?" tanya Amar yang kemudian mengambil bola berwarna merah itu.

Jendra mengangukkan kepala dan kemudian berjalan mendekati Amar.

"Tangkap, ya!" ucap Amar yang kemudian melempar bola itu kepada Jendra.

"Yes, dapat!" teriak Jendra kegirangan.

Melihat Jendra tertawa, mengingatkan Amar kepada seseorang.

Tidak berselang lama, ada seorang wanita cantik berkulit putih dan berambut panjang berlarian dengan wajah panik melihat ke berbagai sudut pusat perbelanjaan.

"Jendra? Kamu di mana?" teriak wanita itu.

Jendra melihat ke arah sumber suara tanpa menjawab. Sementara Amar masih memperhatikan wajah bocah itu.

"Jendra? Akhirnya mama menemukanmu!" ucap Ameli, nama wanita itu.

Amar kembali dikejutkan dengan sosok wanita yang tiba-tiba datang dan menyebutkan dirinya mama.

"Ameli?" panggil Amar dengan suara bergetar.

Ameli menaikkan pandangannya. Tidak hanya Amar, mata Ameli juga terbelalak ketika melihat sosok pria yang memanggil dirinya.

"Amar?" ucap Ameli.

Ameli bergegas menarik lengan Jendra dan mengajaknya pergi menjauhi Amar.

"Ameli? Tunggu!" teriak Amar.

Ameli tidak memperdulikan pria itu yang terus menerus memanggilnya. Dia semakin mempercepat larinya. Karena pusat perbelanjaan waktu itu sangat ramai membuat Amar kehilangan jejak.

"Kemana perginya dia?" gerutu Amar dengan nafas terengah-engah dan menundukkan posisi tubuhnya menjadi empat puluh lima derajat.

Sementara Ameli terus berlari dan segera membawa Jendra masuk ke dalam mobil.

"Kenapa Mama mengajak Jendra berlari? Memang siapa orang itu, Ma?" tanya Jendra dengan wajah polosnya.

Ameli masih terdiam dengan nafas terengah-engah. Dia masih tidak percaya dengan keberadaan Amar yang begitu mengejutkannya. Pertemuan singkatnya dengan Amar mengingatkan dirinya pada kejadian enam tahun yang lalu.

***

Ameli terlahir di dalam keluarga yang sangat berada. Ayahnya bernama Danang Pamungkas yang merupakan pemilik perusahaan besar yang diberi nama Pamungkas grup, sementara ibunya bernama Mila Setyowati yang tidak lain tidak bukan juga pemilik perusahaan yang diberi nama Setyo grup.

"Ameli, mama membelikan gaun yang sangat cantik untukmu." Ucap Bu Mila, mamanya Ameli sambil membawa sebuah kardus berukuran tidak terlalu besar yang terlihat elegan ditambah pita merah di atasnya membuat tampilan semakin elegan.

"Gaun? Ameli tidak sedang ulang tahun, Ma." Jawab Ameli sambil melirik barang yang dibawa Bu Mila dan meletakkan ponsel yang sejak tadi menemaninya.

"Berdandanlah yang cantik! Karena malam ini kita akan bertemu dengan orang yang sangat terpandang di kota ini," ucap Bu Mila.

"Siapa, Ma?" tanya Ameli sambil mengerutkan dahi.

"Nanti kamu akan tahu sendiri," jawab Mila.

Belum juga sempat Ameli kembali bertanya, ponsel Bu Mila berdering. Bu Mila segera mengambilnya dari dalam saku dan kemudian berjalan meninggalkan Ameli.

Ameli hanya bisa menghela nafas mendapati sikap mamanya yang selalu memaksakan sesuatu tanpa berkompromi terlebih dahulu.

Meski dengan perasaan kesal, Ameli menuruti keinginan Bu Mila. Wanita cantik itu dengan hati yang berat berjalan menuju kamar mandi.

***

Makan malam di sebuah restoran mewah pun tiba. Ameli memakai gaun berwarna hitam ditambah rambut panjangnya yang dikeriting bagian bawah membuat dirinya sangat elegan dan berkelas.

"Apa kabar, Pak Danang? Maaf sudah menunggu lama!" ucap Pak Hadi, seorang pria berusia lima puluh tahunan sambil mengulurkan tangan kepada Pak Danang.

"Kabar baik, Pak Hadi. Silahkan duduk," jawab Pak Danang.

Sambutan kecil itu diikuti oleh Bu Mega dan Bu Mila. Sementara Ameli juga berusaha bersikap ramah kepada orang-orang yang belum dia kenal sebelumnya dan hanya sebatas tahu jika kedua pasangan suami istri dihadapannya saat ini merupakan orang-orang terpandang.

"Oh, jadi ini anaknya Pak Hadi yang katanya pemilik perusahaan Kusuma grup?" gumam Ameli sambil melihat sosok pria muda yang sejak tadi bersikap dingin dan pelit senyum.

"Amar, gadis itu bernama Ameli. Dia cantik, bukan?" bisik Bu Mega sambil melirikkan mata dan tersenyum ke arah Ameli.

Namun, bisikan Bu Mega tanpa sengaja terdengar di telinga kedua orangtua Ameli dan juga Pak Hadi sehingga secara bersamaan mereka semua melihat ke arah Ameli dan Amar.

Ameli tersipu malu. Pipinya mulai merona. Dia tersenyum dihadapan semua dan kemudian menundukkan wajahnya. Rasanya, Ameli mencium bau-bau perjodohan di sini.

"Ameli, nanti kamu pulang diantar sama Amar, ya!" perintah Bu Mila yang tiba-tiba keluar begitu saja dari mulutnya dan lagi-lagi tanpa berkompromi dengan Ameli terlebih dahulu.

Ameli tersedak. Seketika dia segera mengambil minuman dan diteguknya.

"Apa?" tanya Ameli terkejut.

"Iya, Ameli. Kebetulan kami semua mau membicarakan bisnis bersama jadi kemungkinan akan berada di sini lebih lama," sahut Bu Mega.

Jika Bu Mega sudah berkata, Ameli tidak berani untuk melawan. Amar mengambil kunci mobil dan kemudian berkata, "ayo!"

Mata Ameli terbelalak ketika melihat Amar berdiri sambil mengulurkan tangan kepadanya.

"Apa-apaan dia? Bikin malu saja!" gerutu Ameli kesal.

Disaat yang bersamaan, Ameli mendengar kedua orangtuanya dan orangtua Amar sedang berusaha menyembunyikan tawanya.

Karena merasa sungkan dengan kedua orangtua Amar, Ameli akhirnya menerima uluran tangan Amar dan berjalan bersama keluar restoran.

Amar terus menggandeng Ameli tanpa sepatah katapun. Sikap Amar yang dingin membuat Ameli semakin penasaran.

"Apa memang anaknya orang kaya selalu mempunyai sikap yang dingin? Kayak dia paling ganteng saja! Tapi, memang dia ganteng, sih!" ucap Ameli dalam hati sambil menyembunyikan tawanya.

"Tapi, kenapa aku tidak bisa seperti dia? Aku juga terlahir di keluarga kaya tapi tidak mempunyai sikap sombong seperti dia?" imbuhnya.

"Tidak usah ketawa! Aku tahu apa yang kamu pikirkan!" ucap Amar sambil terus berjalan.

"Apa? Kenapa dia bisa tahu?" Lagi-lagi Ameli bergumam dalam hati.

Perasaan Ameli seketika berubah menjadi kesal. Ketika dia hendak melepaskan tangannya, Amar semakin mempererat genggamannya.

"Lepaskan! Jadi apa yang kamu inginkan?" tanya Ameli dengan meninggikan suaranya.

"Kenapa kamu masih bertanya? Bukannya aku ingin mengantar kamu pulang?" ucap Amar yang kembali bertanya.

"Haaaiizzz! Kenapa dengan ku ini? Kenapa aku bodoh sekali? Bukannya memang dia ingin mengantarku pulang?" Ameli kembali menggerutu di dalam hati.

Sesampainya di mobil, Amar membukakan pintu untuk Ameli dan Ameli pun bergegas untuk masuk. Tidak berselang lama, Amar juga ikut masuk ke dalam mobil.

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut keduanya ketika Amar mulai menyalakan mesin hingga memberhentikan mobilnya di suatu tempat.

Ameli mulai kebingungan ketika Amar melajukan mobil tidak ke arah rumahnya.

"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Ameli.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status