Share

Juna Mulai Berontak

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-04 22:48:46

Pertanyaan sederhana itu menghantam Riri lebih keras dari yang seharusnya. Jemarinya yang tengah mengambil lumpia basah seketika terhenti. Napasnya sedikit tercekat, dadanya berdebar cukup kencang. Ia menaruh kembali lumpia itu di meja samping sofa, lalu berusaha untuk tersenyum.

"Belum, Nak," ucapnya dengan suara yang nyaris berbisik. "Ibu belum bilang kalau Ibu sudah punya anak. Ibu takut..."

"Takut kenapa?" Juna menatapnya dengan mata polos, menunggu jawaban.

Riri menarik napas dalam, mencoba meredakan getaran di dadanya. "Di surat kontrak kerja Ibu, ada aturan yang melarang menikah selama setahun ini. Kalau mereka tahu Ibu punya anak, mungkin..."

"Mungkin Ibu bakal dipecat?" Juna menyelesaikan kalimat itu untuknya.

Riri mengangguk pelan. Hening merayap di antara mereka, hanya suara drama dari televisi yang masih bergema, terasa asing di tengah suasana yang semakin berat.

Juna menunduk, menatap tangannya sendiri. Sejenak, ia tampak ragu sebelum akhirnya berbisik, "Mau sampai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Kenangan Terakhir

    Yuzha terbangun saat malam telah menyapa. Tubuhnya terasa lebih segar dan pikirannya pun menjadi lebih rileks saat ini.Ia melirik ke arah Putri yang masih terlelap di sana. Cahaya lampu tidur menyinari sebagian wajah gadis itu, memperjelas garis lembut yang selalu membuat Yuzha jatuh cinta berkali-kali. Ia mengangkat tangannya, membelai wajah wanita yang hari ini telah membuat harinya terasa begitu panas.Ingin rasanya ia melakukan ini setiap hari. Bahkan, ia ingin setiap membuka mata, wajah wanitanya lah yang pertama kali ia lihat. Namun sayangnya, takdir mereka tidak semulus itu.Dengan gerakan perlahan, Yuzha bangkit dari tidurnya dan bergegas untuk mandi, membersihkan sisa kenikmatan tadi siang. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, ia harus segera pulang, karena pasti bidadari kecilnya akan bawel setelah ini.Dan benar saja, begitu ia keluar dari kamar mandi, Putri sudah terbangun dari tidurnya. Ia terdudu

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2- Menyerah

    Pagi mulai menyapa. Semenjak subuh tadi, Yuzha sudah terbangun dari tidurnya. Namun, ia masih sedikit bermalas-malasan bersama Adam di kamarKeduanya masih mengobrol banyak hal, terutama soal hobi mereka yang ternyata sama-sama suka naik gunung. Namun sayangnya, itu hanya hobi Yuzha saat masih jaman kuliah dulu. Kalau untuk saat ini, sudah dipastikan ia tak akan mau ikut kembali, karena tubuhnya sudah tak sekuat dulu.Ketukan di pintu kamar membuyarkan obrolan santai mereka."Mas, sarapannya udah siap," ucap Putri dari luar kamar."Iya, Put, bentar lagi keluar," timpal Yuzha dari dalam kamar.Tak lama, Yuzha dan Adam pun keluar dari kamar itu. Mereka bergegas ke ruang tamu untuk sarapan bersama keluarga Putri."Teteh beneran langsung balik ke Jakarta sekarang?" tanya Hawa penasaran.Putri mengangguk mantap. "Iya, Wa. Teteh udah lima hari nggak kerja, karena

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Perjalanan Pulang

    Perjalanan menuju Leuwiliang terasa begitu sepi dan juga sunyi. Hanya alunan suara musik dari dashboard yang menemani. Langit gelap menggantung di luar jendela, hanya disorot lampu jalan dan sesekali bayangan pepohonan yang berkelebat cepat.Putri menatap lurus ke depan, menatap jalanan di depannya yang mungkin lebih menarik daripada sekedar ngobrol dengan Yuzha atau kedua orang tuanya.Di keheningan itu, ponsel Yuzha bergetar. Yuzha melirik sekilas siapa yang menelponnya. Nama 'Bidadari Kecil' muncul di sana. Senyum tipis terbit di wajahnya. Dengan cepat, ia menyambungkan earphone dan menjawab panggilan itu."Hay kesayangan, Papa," ucap Yuzha sambil tersenyum.["Papa dimana? Belum pulang, kah?"] tanya Kinan diseberang sana dengan suara manja khas anak kecil yang khawatir."Papa lagi anter Tante Uti pulang dulu. Kemungkinan, besok pagi baru nyampe rumah. Kenapa, cantik?" tanya Yuzha kembali.

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Air Susu Dibalas Air Tuba

    Yuzha terdiam di sisi bangsal Pak Basuki, menemani Dr. Fahmi yang sibuk melakukan observasi pra-pemasangan ring. Meskipun Yuzha berada di sana, namun pikirannya tak benar-benar ada di sana. Rasa lelah, lapar dan cemas menjadi satu menciptakan kekosongan yang kian menusuk.Ia mungkin masih bisa menahan semua itu, karena pekerjaannya adalah seorang dokter. Tapi, bagaimana dengan dua orang wanita yang berada di ruang tunggu. Apa mereka juga sama sepertinya? Mampu bertahan dalam gempuran waktu dan harapan?Pikirannya pun terpecah, antara bersama Dr. Fahmi, atau keluar menemui Putri."Sepertinya Pak Basuki ini istimewa ya, Mas," ucap Dr. Fahmi disela-sela aktifitasnya."Hmm ... Istimewa untuk orang yang istimewa," jawab Yuzha sambil tersenyum kecil."Jadi penasaran, seistimewa apa orang itu sampe-sampe kakak ipar gua pergi saat resepsi pernikahan adeknya," sindir seseorang yang baru saja datang ke d

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Pertolongan Lanjutan

    Perlahan, ambulans mulai memasuki halaman IGD dengan cepat. Para perawat sudah bersiap menyambut, tempat tidur darurat telah tersedia, dan Dr. Fahmi turun tangan langsung menyambut pasien.Yuzha turun dari mobil dan langsung menghampiri Putri yang baru saja keluar dari belakang ambulans."Tenang, Put. Bapakmu udah ada di sini. Dan akan aman dibawah pantauan keluarga Abimanyu," ucap Yuzha lirih.Putri mengangguk, matanya basah, lalu segera memeluk tubuh lelaki itu. "Terima kasih, Mas. Aku nggak pernah tau harus apa, kalau bukan sama kamu."Yuzha melerai pelukannya, menghapus air matanya yang mulai turun di pipi Putri. "Jangan dipikirin. Aku ke dalam dulu, ya. Kamu tenang di sini sama ibu."Putri kembali mengangguk cepat.Pak Basuki segera dipindahkan dari brankar ambulans ke ranjang dorong oleh tim medis. Monitor tetap melekat, dan tabung oksigen masih menempel di hidungnya. D

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Perjalanan Kembali

    Setelah mengatakan itu, Yuzha pun melangkah sedikit menjauh dari Putri. Ia bergegas menghubungi Setya saat itu juga.Namun, dua kali panggilan tak kunjung diangkat, membuat Yuzha sedikit kesal karenanya.'Setya, angkat dong,' lirih Yuzha pelan sambil melangkah mondar mandir di lorong rumah sakit. Sesekali pandangannya melirik ke arah IGD tempat Putri berada.Setelah panggilan ketiga, barulah telponnya tersambung.["Mas, gangguin aja ih,"] suara Setya dari sebrang sana dengan sedikit terengah."Ya ... maaf, namanya juga urgent, mau gimana lagi," ucap Yuzha pelan, merasa bersalah.["Okey, gimana? Udah Mas cek?'] tanyanya lagi, kali ini suaranya pun terdengar lebih tenang."Udah. Ada gejala jantung ringan dan perlu pasang ring. Mas rujuk ke Permana, semua udah siap tinggal kabarin pihak sana aja," ucap Yuzha cepat.["Oke. Kirim rekam medisny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status