Share

Kecelakaan Juna

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 22:11:14

"Ayo jalan!" seru Yuzha seraya menggendong Kinan membuka jalan bagi Setya untuk ke rumah sakit.

Nadira mengikutinya dari belakang, berjalan perlahan, sambil membekap mulutnya tak percaya.

Setya terus berlari tanpa henti, meski kakinya terasa berat. Napasnya mulai memburu, tapi ia tak peduli. Ada satu hal yang terus terngiang di kepalanya—

Anak ini ... harus selamat!

Begitu Setya masuk, suasana IGD langsung berubah kacau.

“Mas Revan, bantu aku! Pasien anak, cedera kepala akibat kecelakaan! Cepat siapkan ruang resusitasi!”

Revan dan timnya langsung bergerak. Brankar didorong mendekat, dan Setya dengan hati-hati meletakkan Juna di atasnya. Namun, tangannya masih menekan luka di kepala bocah itu, seolah enggan melepaskannya.

"Setya, lepaskan. Kami yang akan menangani," ucap Revan tegas.

Setya menoleh sekilas, napasnya memburu, tubuhnya berlumuran keringat, dan tangannya yang berlumuran darah Juna masih gemetar. Matanya yang memerah menatap Revan dengan tatapan penuh ketaku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mifta Nur Auliya
Di KBM udah tamat,,cuma di kunci baca harus urut kalau gak ,gak bisa di buka loncat2
goodnovel comment avatar
Fa-oel Irawan
lama banget up thor ditunggu up nya lag thor makasih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Kecelakaan Juna

    "Ayo jalan!" seru Yuzha seraya menggendong Kinan membuka jalan bagi Setya untuk ke rumah sakit. Nadira mengikutinya dari belakang, berjalan perlahan, sambil membekap mulutnya tak percaya. Setya terus berlari tanpa henti, meski kakinya terasa berat. Napasnya mulai memburu, tapi ia tak peduli. Ada satu hal yang terus terngiang di kepalanya— Anak ini ... harus selamat! Begitu Setya masuk, suasana IGD langsung berubah kacau. “Mas Revan, bantu aku! Pasien anak, cedera kepala akibat kecelakaan! Cepat siapkan ruang resusitasi!” Revan dan timnya langsung bergerak. Brankar didorong mendekat, dan Setya dengan hati-hati meletakkan Juna di atasnya. Namun, tangannya masih menekan luka di kepala bocah itu, seolah enggan melepaskannya. "Setya, lepaskan. Kami yang akan menangani," ucap Revan tegas. Setya menoleh sekilas, napasnya memburu, tubuhnya berlumuran keringat, dan tangannya yang berlumuran darah Juna masih gemetar. Matanya yang memerah menatap Revan dengan tatapan penuh ketaku

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Tabrak Lari

    Drrt! Drrt! Sebuah dering khas menggema di apotek. Riri tersentak. Itu nada dering khusus yang hanya ia pasang untuk anaknya. Tanpa membuang waktu, Riri bergegas mencari ponselnya di antara tumpukan resep yang berserakan. Jemarinya gemetar saat akhirnya menemukan ponselnya dan segera menjawab panggilan itu. “Halo, Sayang?!” Suara dari seberang terdengar agak terburu-buru. ["Ibu, aku sama Mbak Kinan ada di depan gang. Kita mau nyebrang, tapi ... mobil di sini pada kencang-kencang banget"] Dada Riri terasa sesak. Firasat buruk yang sejak tadi mengusiknya kini semakin kuat. "Tunggu Ibu di sana. Jangan kemana-mana, jangan nyebrang, diam di situ!" seru Riri ["Iya, Bu."] Riri segera menutup telponnya, dan langsung menarik lengan Setya, menyeretnya keluar dari apotek. "Mau kemana?" tanya Setya. "Depan. Kinan ada di sebrang," jawab Riri cepat tanpa menoleh. Mendengar ucapan itu, tubuh Setya langsung menegang. Ia langsung berlari kecil bersama Riri hingga keduanya tib

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Kinan Hilang

    Hari ini tak seperti biasanya. Rumah sakit sudah penuh sesak sejak pagi, padahal ini hari sabtu.Antrian di poli rawat jalan nampak mengular, begitu pun keriuhan yang terjadi di IGD. Sebuah klinik yang berada tak jauh dari rumah sakit mengalami kebakaran. Beberapa pasien yang ada di sana pun langsung di evakuasi dan dialihkan menuju rumah sakit itu untuk mendapat perawatan yang lebih lanjut.Beberapa dokter dan perawat pun sedikit kewalahan. Bahkan, Yuzha dan Revan pun terpaksa harus datang dan turun tangan untuk membantu dokter jaga pada saat itu.Riri sendiri sudah hampir tak punya waktu untuk bernapas semenjak keluar dari ruangan Setya tadi. Ia sibuk bolak-balik antara apotek dan IGD, memastikan pasokan obat tetap tersedia.Sesekali, ia turun tangan langsung, membantu perawat lain untuk menyiapkan obat emergensi bagi pasien-pasien luka bakar. Ponselnya? Entah di mana, terselip entah di laci atau di antara tumpukan resep yang masih mengular di meja apotek.Di tempat lain, Setya juga

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Mimpi Buruk 2

    Yuzha mengerutkan keningnya tanda penasaran."Rumah sakit? Tumben amat. Ini kan hari sabtu, Dek?" tanyanya.Setya tidak segera menjawab. Ia hanya menggigit roti panggangnya dengan malas, mengunyah tanpa benar-benar menikmati. Perasaannya masih tidak enak. Gelisah. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi, tapi ia tidak tahu apa. "Kamu ada masalah apa, Dek? Cerita lah," ucap Yuzha kembali. Namun, Setya malah menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak ada apa-apa, Mas. Aku mau input laporan, biar hari senin atau selasa gaji karyawan udah di transfer semua. Terus sekalian restock obat dan alat-alat nakes yang abis. Jadi rencananya, dua hari ini aku rada lembur," jawabnya memberi alasan. Yuzha hanya mengangguk. Alasan yang diberikan Setya sedikit masuk akal, apalagi ini sudah masuk tanggal 25, ia sendiri memang suka lembur jika sudah tanggal-tanggal segitu. Setya menatap kopi yang mulai dingin. Lalu mengeluarkan ponselnya dan kembali membuka pesan dari @arr_prass tadi. 'Aku nggak punya ayah

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Mimpi Buruk

    Keesokan paginya, Riri bangun lebih pagi karena perasaan aneh yang mendera dirinya. Ada perasaan yang sedikit mengganjal di hatinya, seolah ada beban berat yang tidak terlihat. Riri mengusap wajahnya pelan, berharap bahwa rasa itu segera menghilang. Namun, tetap saja perasaan gelisah itu tetap ada.Ia menengok ke samping. Juna masih tidur dengan lelapnya sambil memegangi tab yang memang dari semalam tak dilepasnya sama sekali. Riri tersenyum tipis lalu mengecup pelan pucuk kepalanya.Riri pun segera beranjak dari tidurnya, memilih untuk segera mandi dan menyiapkan sarapan untuk sang anak.Sebisa mungkin, Riri menyibukkan dirinya dengan fokus membuat sarapan dan bebenah. Namun sayangnya perasaan gelisah itu tidak hilang sama sekali."Ibuu ...," teriak Juna seraya memeluk tubuh sang ibu dari belakang.Riri berbalik dan langsung membalas pelukan itu. "Udah bangun anak ganteng? Tumben manja banget ini, ada apa?" tanyanya lembut.Juna menengadah dengan mata berbinar. "Udah, Bu.""Bu, masa

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Saling Terhubung

    Langit mulai menggelap, pertanda malam sudah tiba. Riri mencebik kesal melihat kelakuan sang anak hari ini.Padahal, hari ini, niatnya ingin jalan-jalan ke mall sambil membeli baju baru untuk Juna. Namun sayangnya, anak itu sama sekali tak mau lepas dari tab barunya.Ia sangat senang, bahkan seharian ini, anak itu tak mau lepas dari perangkatnya. Terlalu asyik menggambar dan mengeksplor berbagai fitur baru."Juna, udah malem. Waktunya istirahat, nanti matamu sakit loh liat tab terus," ucap Riri berusaha menahan kekesalannya.Juna masih menatap layar, jari kecilnya sibuk menggeser stylus. “Bentar lagi, Bu. Ini Juna lagi minta saran dan kritik dari Oom White."Riri mengerutkan kening. “Om White?”Juna akhirnya menoleh, lalu mengangkat tabnya, memperlihatkan layar chat yang terbuka.@mr.albino[Ar, sketsa kamu makin bagus. Tanganmu gimana keadaannya, masih sakit?]@arr_prass[Tadi udah lebih baik, Oom. Soalnya udah pake tab, jadi nggak terlalu pegel. Makasih ya, Oom, udah sering kasih sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status