Home / Horor / Mati Kembar / 3. Sosok Aneh

Share

3. Sosok Aneh

last update Last Updated: 2021-10-21 16:08:13

Mahluk buruk rupa itu menatap tajam dengan kedua bola mata merah menyala ke arahku. Tanpa rasa takut, kugerakkan langkah dan meraih ranjang bayiku. Anehnya, ketika kudekati , iblis itu menghilang  begitu saja. Dengan cepat kedua tanganku memeluk mereka yang masih terkulai lemah saking lelapnya tertidur.

 

 

“Sayang! Ternyata kamu di sini. Aku dari tadi manggil kamu,” seru Beni yang baru pulang dari kantor.

 

 

“Iya, Sayang. Aku cuma mau lihat si kembar aja kok,” jawabku singkat.

 

 

“Kamu sendiri udah selesai urusan kantor?” tanyaku penasaran.

 

 

“Udah, Sayang. Yuk kita tidur!” ajak suamiku sembari merangkul bahuku dan melangkah ke arah kamar kami.

 

 

Saat tidur, pikiranku menerawang entah kemana. Aku masih heran kenapa sosok tadi ingin mendekati putriku? Ah, mungkin itu pikiran burukku saja. Bisa jadi dia ingin mengunjungi saja tidak lebih.

 

 

Paginya, aku menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suamiku, aku pikir harus melakukannya karena ini kewajibanku. Karena setelan aku melahirkan, Beni bahkan jarang sarapan di rumah melainkan di kantor. Sementara Nadia membantu menjaga Andin dan Andita, ia sangat tahu bagaimana kewalahannya aku jika merawat mereka seorang diri.

 

 

“Mbak, sedang apa?” tanya Nadia yang tiba-tiba datang menghampiriku yang masih sibuk menyiapkan sarapan.

 

 

“Nggah, Nad. Mbak lagi masak nasi goring putih kesukaan Mas Beni,” jawabku sembari menoleh dan tersenyum kecil pada sepupuku itu.

 

 

“Oia, aku hari ini ada interview kerja, Mbak.” Nadia berkata seraya meraih piring di rak untuk diserahkan padaku. 

 

 

“Akhirnya … Selamat, ya, Nad.” Dengan cepat aku memeluk gadis cantik itu karena ikut bahagia mendengar berita baik ini.

 

 

“Tapi, Mba, gak apa-apa kan tinggal sendiri di rumah?” tanya Nadia lirih.

 

 

“Iya, Nadia Sayang. Mbak gak apa-apa,” lanjutku meyakinkan sepupuku agar tidak cemas.

 

 

Di dapur, kami sempat mengobrol banyak sampai berujung pada penglihatanku yang kemarin malam melihat mahluk gaib itu berdiri di depan kedua putriku. Seperti biasa, Nadia tetap meyakinkanku bahwa sebenarnya itu hanya persoalan biasa  selama mereka yang tak terlihat itu tidak mengganggu kita.

 

 

 

“Sayang, aku lembur lagi hari ini. Mungkin nanti langsung ke bogor karena masih banyak yang perlu diurus. By … Sayang.”

 

 

Selesai sarapan, akhirnya suamiku kembali berangkat ke kantor seperti biasa. Dan sepupuku tidak berapa lama juga pergi ke tempat interview. Aku kemudian mencuci semua bekas piring kotor yang tadi dipakai sarapan. Selama mengambil cuti, aku jadi merasa suntuk di rumah seperti tidak tahu mau berbuat apa. Terlebih jika si kembar belum terbangun dari tidurnya.

 

 

Rumah ini lumayan besar untuk kami tinggali, kamar tidak semuanya terisi bahkan hanya kami jadikan gudang untuk menaruh barang-barang yang jarang dipakai. Selesai membereskan piring, aku menaiki satu persatu anak tangga menuju ke kamar bayi-bayiku. 

 

 

Kulihat wajah mereka berdua begitu mirip dengan Beni—papanya. Kulit lembut imut dan menggemaskan membuat aku selalu mengembangkan senyumku pada mereka. Kadang- kadang bola mata mereka ikut berkedip-kedip padaku dan itu sangat lucu dan membuatku bangga menjadi Ibu mereka.

 

 

Aku memberi kasih sayang dengan sepenuh hatiku pada kedua putri yang menjadi pelipur lara kala hatiku gundah. Namun, sebaliknya rasa sayang itu akhir-akhir ini tidak terlihat pada Beni yang tidak bukan adalah Papanya sendiri. Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku, seringkali aku mendapati ia bersikap acuh pada dua putri kami. Aku tahu, suamiku itu sangat sibuk bekerja di kantor tapi, Andin dan Andita juga butuh Papanya. 

 

 

Beni sekarang sudah jarang di rumah bahkan ia sudah tidak sempat melihat putrinya lagi karena pada saat ia pulang pasti mereka sudah tertidur. Aku tidak ingin membuat jarak antara si kembar dan Papanya. 

 

 

Hari berganti hari sedang Beni semakin bersikap aneh pada kedua putri kami. Aku pernah bertanya padanya dan jawaban Beni sungguh sama sekali tidak masuk akal, katanya gara-gara si kembar kami jarang menghabiskan waktu bersama. Sungguh aneh bukan? Yang seharusnya orang tua itu bersyukur diberi anugerah oleh Tuhan, ini malah menyalahi nya. Aku tidak percaya suamiku sendiri bersikap seperti itu. 

 

 

“Sayang, kalian jangan baik-baik, ya, jangan buat papa marah.” Aku mencoba mengobrol dengan Andin dan Andita. Mereka hanya mengedipkan matanya dan sedikit tersenyum, itu membuatku bahagia sepanjang hari.

 

 

Melihat posisi si kembar sudah tidak nyaman di tempat tidurnya, aku berpikir mungkin ini waktunya untuk menggantikan popok mereka. Benar saja, tampak basah sekali di sana dan aku menuju lemari di sebelah jendela lalu mengganti popok mereka secara bergantian.

 

 

“Wah! Telaten sekali Mbak Dinda mengganti popok si kembar,” ucap Nadia yang sudah berada di kamar. 

 

 

“Kamu udah pulang, Nad? Gimana tadi interviewnya, lancer?” tanyaku yang langsung mendongak pada dan berbalik badan ke arah sepupuku.

 

 

“Hasilnya belum tahu, Mbak. Karena hasilnya baru diumumkan satu minggu dari sekarang,” lanjut Nadia seraya menggendong si kembar yang sudak berganti popok.

 

 

“Mbak, berhubung Mas Beni nggak ada di rumah kita mala mini tidur di kamar ini aja. Kan biar bisa barengan terus sama si kembar dan nemenin mereka tidur juga, gimana?”ucap Nadia antusias menatapku dengan senyum manisnya.

 

 

 

“Oke, boleh juga tuh idenya,”ucapku membalas senyum gadis cantik itu. 

 

 

Obrolan berlanjut seru bercampur gelak tawa antar aku dan Nadia. Gadis itu memang pandai mencari ide untuk dijadikan bahan tertawa. Sejak aku tinggal dengan Nenek Idah, aku sangat dekat dengan Nadia dan keluarganya dan aku sangat menyayanginya.

 

 

 

Malam  ini tidurku tidak tenang. Entah, yang jelas pikiranku  tertuju pada dua putriku yang sedang terlelap. Tiba-tiba tenggorokan terasa kering lantas aku beranjak meraih segelas air putih di atas meja sebelah ranjang. Samar-samar aku melihat sosok bayangan putih dengan bau anyir yang menusuk rongga hidung. Lagi-lagi mahluk astral itu mendekati ranjang Andin dan Andita, lalu aku melangkah tanpa takut ke sisi ranjang bersamaan dengan lenyapnya mahluk dari dunia lain itu.

 

 

 

Kudekap si kembar dengan erat seolah tak ingin ada mara bahaya menghampiri mereka—malaikat kecilku tersayang. Aku melirih ke arah Nadia yang masih memeluk guling dalam tidurnya, berharap gadis itu tidak menyadari yang baru saja terjadi. Aku bersyukur, kehadiran mereka tidak mengganngu karena aku percaya benar kata nenek bahwa terkadang mereka yang tidak sama wujudnya dengan kita tidak bermaksud mengusik kehidupan kita.

 

 

 

Dua hari telah berlalu. Akhirnya suamiku pulang ke rumah juga dan ia sering menghabiskan waktu hanya untuk menonton acara kesayangannya saja. Aneh, bahkan Beni kembali menyalahkan dan mencari sebab tidak jelas atas kehadiran si kembar dalam kehidupan kami.

 

 

 

“Sayang, jangan ngambek gitu dong. Aku nggak ke mana-mana kok, cuma main sama si kembar di rumah.”Aku merebahkan kepalaku ke sisi pundak Beni dan dua tanganku merangkul pinggangnya.

 

 

 

“Iya! Tapi, kan, aku juga butuh kamu, Dinda!” pekik Beni seraya melepaskan tanganku, dari ekspresi wajahnya ia telihat sangat kesal dan marah.

 

 

 

“Maaf, aku capek mau istirahat!” Beni menarik napas kasar dan mengacak rambutnya itu.

 

 

 

Akhirnya kubiarkan suamiku ke kamar untuk beristirahat, mungkin aku sebagai istri juga harus memahaminya dengan baik.

 

 

 

Aku semakin tidak percaya dengan sikap suamiku sekarang. Beni sangat berbeda dan aneh tidak seperti dulu yang romantic dan penuh perhatian.

 

 

 

Aku mencoba bersikap selalu baik padanya meski terkadang si kembar kutinggal dan tidak kupedulikan karena ada Nadia yang menjaga dan merawatnya.

 

 

 

Sampai malam itu tiba. 

 

 

 

Bersambung ....

 

 

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mati Kembar   Penebusan

    Benar kata orang terdahulu bahwa penyesalan selalu datang terlambat. Iya, aku telah melakukan kesalahan yang terbesar dalam hidupku sendiri. Bahkan akibatnya ada hal terburuk yang terjadi padaku, dua biji mataku tersayang kini telah pergi menghadap pencipta alam semesta.Terduduk menyepi di keremangan malam meratapi seribu rindu yang merasuk kalbu. Hingga membuat luka semakin membuka lebar seolah membusuk dalam jiwa.Hasrat cinta yang dulu indah kini dibelenggu oleh dendam mematikan. Keinginan mengarungi kebahagian tak terbatas waktu kini bagai kapal di tengah laut karam tanpa jejak.Sungguh hancur entah bagaimana bentuknya hidupku yang malang tanpa ketulusan seperti dulu.Suami yang pernah kusanjung dan puja kini menancapkan sebilah belati terhunus dalam jantung yang selalu berdebar ketika sentuhan cintanya menyapa.Namun, kisah cinta ini berhenti kala penghianatan terkejam merenggut jiwa-jiwa tercinta.Kupeluk kedua lututku dengan embusan napas yang masih menyesakkan. Tak mampu kuhe

  • Mati Kembar   Pembalasan Dendam

    Adengan demi adegan kelam masa lalu Beni terpampang begitu nyata dalam penglihatan batin ku. Yang palin mengejutkan ketika kebejatannya terungkap olehku ketika adegan pemerkosaan terhadap gadis cantik yang tidak lain adalah Maya. Iya, gadis yang selama ini gentayangan di rumahku dan selama ini terus menggangguku. Ternyata kata Nenek Idah benar adanya, bahwa kehadiran mereka bukan untuk mengusik kehidupanku akan tetapi ada urusan yang belum selesai di dunia ini. Dan mungkin ada hubungannya denganku. Kebenaran yang dulu tersembunyi kini telah muncul ke permukaan. Bahkan kelakuan menjijikan Beni terhadap gadis mata sendu yang bernasib malang."Dinda, sekarang kamu sudah tahu semuanya. Apapun keputusan yang akan kamu ambil, Nenek mohon jangan sampai membuatmu menyesal nanti. Tolong kamu pikirkan baik-baik, Nak." Nenek Idah mencoba memperingatkanku akan konsekuensi yang akan terjadi pada kehidupanku."Tapi, Nek, Dinda sama sekali nggak pernah menyangka kalau Beni tega berbuat kejam pada

  • Mati Kembar   Menembus Masa Kelam

    “Tuhan! Apa yang telah kulewatkan? Mengapa aku belum juga ikhlas menerima kenyataan buruk ini?” Entah berapa kali aku terus bertanya pada pencipta alam semesta ini. Sepertinya aku sudah mulai tidak waras dalam berpikir. Bagaimana bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan aku terus mengingat kejadian yang selalu mampu menghancurkan hati ini hingga berkeping-keping. Kini, sosok perempuan cantik itu nyaris tidak meninggalkan aku barang sedetik pun. Bahkan, di malam yang pekat ini mata sendunya sedang menatap aku dengan posisi mulutnya yang menampilkan senyum penuh arti. Saat ini, aku hanya sendiri di kamar karena kebetulan Beni harus pergi secara mendadak ke kantor. Salah satu karyawan beberapa menit yang menelepon suamiku. Namun, ada sesuatu hal yang kurasa ingin hantu ini sampaikan. Berkali-kali seperti kemarin malam saat bayangan gaun putih mengambang di hadapanku ia menggerakkan mulutnya dan itu sama persis seperti yang sudah-sudah. “Bunuh!” Entah apa maksudnya kata-kata itu. Ak

  • Mati Kembar   27. Pemeriksaan Pencarian Pelaku

    "Tapi, kan, bukan kita penyebab pembunuhan Andin dan Andita, Sayang." Beni tetap mempertahankan pendapatnya akan tetapi, aku akan terus berusaha membujuk suamiku. Akhirnya aku minta waktu satu hari pada pihak polisi karena saat ini kuarga kami masih berduka atas kepergian si kembar yang kami cintai."Aku ngerti, sayang. Tapi tadi aku udah coba menjelaskan dan meminta sedikit pengertian agar menunda pemeriksaan sama kita. Jadinya, besok kita harus menuruti dan ikut bekerja sama dengan mereka. Iya, Sayang?" Aku kembali menerhatikan mimik wajah Beni yang tidak bersemangat. Ada gurat kesedihan yang mendalam di sana.Usai menghadiri pemakaman, kini para polisi dan semua warga yang tadi terlihat sekarang sudah pergi meninggalkan aku dan suamiku yang masih berlutut di pusara buah hati tersayang. Bukan hanya kami saja tapi Nadia dan Nenek juga bersama di sini. Ingin rasang meluahkan segala rasa yang menyesakkan dada ini pada pusara mereka. Namun, a

  • Mati Kembar   26. Pemakaman Memilukan

    “Adinda, Sayang!” Aku sangat mengenal suara itu, siapa lagi kalau bukan Nenek Idah. Tangan ringkih wanita itu mengusap lembut bahuku dan aku pun berbalik ke hadapannya. Dengan air mata yang membanjiri seluruh wajah, aku langsung menarik tubuh Nenek Idah dan ingin mendekapnya erat. “Apa yang menyebabkan semua ini, Sayang? Kenapa ada orang yang tega membunuh Andin dan Andita?” Bisa kulihat raut wajah Nenek Idah begitu pilu saat beliau bertanya padaku dengan tatapannya yang serius. “Dinda juga nggak tahu, Nek. Dinda ... Dinda benar-benar nggak percaya ketika melihat si kembar sudah tergeletak di lantai penuh dengan darah.” Aku mencoba menjelaskan pada wanita tua di hadapan ku meski rasa teriris dalam hati ketika mengingat kejadian mengerikan itu. “Terus, Mas Beni nggak sadar ada orang yang masuk dalam rumah kalian, Mbak?” timpal Nadia dengan pertanyaan yang aku tidak tahu juga jawabannya. “Oh, Tuhan! Kenapa ini semua bisa kejadian begin

  • Mati Kembar   25. Nasib Malang Putri Kembar Ku

    Kubangan darah itu mengalir, mengucur dari tubuh Andin dan Andita. Dua bola mataku nyaris keluar dari kelopaknya ketika tertuju pada kedua buah hatiku yang sudah terbujur kaku bersimbah darah. Cairan berwarna merah itu mengucur deras dari kedua leher mereka yang telah tergorok begitu dalam dan menampakkan luka lebar yang menganga.Lepas itu semua ada yang lebih menyakitkan lagi ... bahkan ke dua tangan putri kecil ku telah terpotong dengan kejam. Tuhan? Dosa apa yang telah kuperbuat sehingga Engkau menghukumku seperti ini.Kenapa bisa ada mahluk yang bisa membunuh anak kecil sebegitu kejamnya. Masihkan ia punya hati, Tuhan?Kenapa Engkau tak mencabut saja nyawaku? Dari pada harus menerima kenyataan dunia yang sungguh kejam.Iblis mana yang tega membunuh dua putri kecil ku, Tuhan?Aku terduduk dalam kubangan hitam itu. Kuangkat kepalanya Andin perlahan kuusap pipi mungilnya. Kulihat raut wajah gadis kecil ku pucat pasi serta terasa begit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status