Share

Bab 9. Semobil

Hari ini, aku bersiap untuk survey lapangan. Menggunakan baju senada seperti kemarin, hanya berbeda warna saja. Hari ini biru cerah, aku ingin kegiatan hari ini cerah sebiru bajuku. Aku menggunakan sepatu trepes, masih terlihat resmi tetapi lebih santai dan nyaman. Tidak ketinggalan, kaca mata hitam anti silau. Yang terakhir ini sebagai andalanku untuk meningkatkan penampilan.

"Wah, sepertinya ada yang sudah tidak sabar lagi!" teriak Mas Sakti melihat aku sudah bersiap. Dia berpakaian lebih santai lagi, celana  kain dan baju lengan panjang yang di gulung sampai siku. 

"Pagi Pak Sakti!" sapaku.

"Hlo, kok Pak?" tanyanya heran.

"Latihan. Supaya tidak keceplosan!" jawabku.

Kemarin Mas Sakti sudah memberitahu, aku harus memanggilnya pak, di depan Pak Mahendra yang kolot itu. Jangan sampai salah, aku tidak mau ada ungkapan yang mematik keinginanku untuk menimpuk kepalanya. Terlalu ekstrim, ya?

"Okey! Up to you, lah!" ucapnya sambil bersiap.

Kami bergegas ke ruangan Pak Mahendra dan menunggunya di ruang tunggu. Setelah Mas Sakti masuk menemui sekretaris pak bos, dia keluar dan memberitahukan kalau jadwalnya mundur sebentar.

"Kamu mau minum kopi? Sekitar setengah jam baru berangkat. Masih ada waktu! Pak Bos masih ada urusan," jelasnya sambil mengajak ke ruangan untuk istirahat. Ruangan ini yang biasanya digunakan karyawan untuk santai, makan, atau sekadar minum untuk melepas penat.

"Boleh. Kopi hitam," sahutku cepat.

Ini perlu buatku, penambah semangat dan mengurangi tingkat kesetresan sebelum menghadapi Si Vampir. Lalu Mas Sakti meminta OB mengirim segera ke ruang ini. Tidak memakan waktu lama, secangkir kopi yang mengepul sudah tersedia di depan kami.

Kami pun berbincang tentang keadaan di proyek.

"Nanti rekam keadaan tanah di sana. Jadi setelah itu, kamu sesuaikan dengan konsep yang ditetapkan," jelas Mas Sakti sambil menyesap kopi hitam.

"Nanti ada pemetaan keadaan tanah, kan?"

"Ada!" jawab Mas Sakti.

Informasi awalnya, tanah di lokasi ini tidak rata. Ini merupakan tantangan kami untuk menaklukkan posisi ini. Kalau diolah dengan benar, kita akan mendapatkan rancangan yang cantik dan tidak monoton. Jangan sampai kita membuang energi dan dana untuk merubah struktur tanah. Lebih baik perbedaan level tanah dimaksimalkan saja. Mengolah lahan seperti ini adalah tugas kami sebagai arsitek.

"Pak Sakti dan Bu Litu, sudah ditunggu di parkir oleh Pak Mahendra," ucap sekertarisnya yang menghubungi Mas Sakti melalui ponsel. 

"Ok. Siap!" jawab Pak Sakti. Ternyata, dia baru datang dan langsung segera pergi ke lokasi. Kami menuju tempat parkir khusus direksi di lantai yang sama ini. 

"Kita satu mobil dengan ...."

"Iya. Dengan Mahendra. Dia bilang, sekalian akan jelaskan sesuatu kepada kita," terang Mas Sakti.

Setiba di parkir, sopir sudah membukakan pintu belakang. Terlihat Pak Mahendra sudah duduk di dalam, dengan melihat ponsel di tangannya.

"Bu Litu di belakang dan Pak Sakti di depan," ucapnya sopan. Badannya membungkuk mempersilahkanku masuk. Mas Sakti menepuk bahuku sambil tersenyum.

Apa ...! Aku satu mobil dan satu tempat duduk dengan si Vampir ini?! 

Aduh! Sepertinya, hariku tidak sebiru bajuku.

Pelan, aku masuk ke dalam mobil. Duduk serasa tidak enak, melebihi tidak enaknya kena bisul di bokong. Super tidak enaknya, pokoknya.

"Nduk, jadi orang harus berani karena benar dan takut karena salah! Ingat selalu kata Bapak.”

Tapi, ini wejangan yang kurang tepat untuk keadaan sekarang ini.  Aku tidak takut, tetapi malas stadium akut. Tidak ada stok wejangan Bapak cara menghadapi orang menyebalkan. Satu-satunya jalan aku mencari di internet, mumpung yang di sebelahku masih sibuk dengan ponselnya.

Aku ketik, 'Cara Menghadapi Orang Menyebalkan'. 

Ada!

Satu, cari tahu penyebabnya. Dia tidak suka karena aku perempuan, tidak mungkin kan aku mengubahnya. 

Kedua, jangan memupuk kebencian. Mungkin dia bersikap seperti itu karena ada masalah dengan dirinya. Iya betul! Dia mempunyai kenangan buruk bekerja dengan perempuan. Betul!

Ketiga, penyelesaian. Bantu dia untuk merubah penyebab kebencian menjadi berbalik. 

Maksudnya? Aku mengernyitkan dahi. Jadi aku harus merubah kenangan buruk menjadi kenangan manis? Gitu?

Iih, amit-amit.

"Kamu kenapa, Litu?" Suara berat terdengar di sebelahku,

*****

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Edi Sunarno
bagus juga alur ceritanya.
goodnovel comment avatar
Bibiana Bili
hhehehhehhehe mantap cerita nya bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Edi Sunarno
sangat bagus alur ceritanya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status