“Perdón, Don Victorino. Menurut Cecil hari ini Tuan Muda Felipe meminta Señorita Belinda yang mengantar dan menjemputnya sekolah. Apa anda tetap akan melanjutkan rencana anda untuk bertemu dengan Tuan Muda?” lapor Erasmo sesaat setelah Victirino selesai mengancingkan jas hitamnya. Victorino segera berpaling pada asisten pribadinya itu, “Bagus! Dengan begitu aku tidak hanya dapat bertemu dengan Felipe, tapi juga Belle. Dan kali ini tanpa adanya si pengacau Henry yang akan mengganggu kami." “Umm, ada hal yang ingin saya sampaikan pada anda, Don Victorino. Ini mengenai Felipe … ” “Ada apa dengan putra saya?” tanya Victorino dengan panik padahal Erasmo belum selesai bicara. “Bisa anda tolong tahan diri anda sebentar untuk tidak menginterupsi selama saya memberitahukan kabar terbaru yang saya terima ini, Don? Saya takut saya menjadi lupa dengan apa yang akan saya ceritakan kalau anda terus-menerus memotongnya,” pinta Erasmo. “Baiklah, silahkan lanjutkan!” Victorino duduk di salah s
"Apa sudah masuk jam pelajaran?" tanya Victorino pada Erasmo saat mobilnya telah parkir di area dalam sekolah. Memang donatur utama sekolah itu adalah William, Duke of Deshire. Tapi Victorino memiliki orang dalam yang sangat setia dengannya karena hutang budinya di masa lampau, hingga Victorino dapat melenggang bebas ke dalam sekolah yang sangat eksklusif itu. “Justru ini sudah masuk jam istirahat, Don. Kalau anda ingin bertemu dengan Tuan Muda, anda bisa mendatanginya ke ruang makan atau bisa juga bicara dengannya di ruang Kepala Sekolahnya,” sara Erasmo. “Hubungi saja Mr. Colin kalau saya sudah berada di sekolahnya dan akan menuju ruangannya. Pasti ada CCTV kan di setiap kelasnya?” “Ya, seharusnya ada, Don. Baiklah saya akan menghubungi Mr. Kevin sekarang juga.” Selama Erasmo menghubungi Mr. Kevin, Erasmo keluar dari mobilnya untuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling area sekolah itu hingga matanya menangkap sesosok wanita yang sedang melangkah dari dalam sekolah ke area par
Dulu, saat Belinda masih menjadi pelayan pribadinya, Victorino memang sering memintanya untuk membuatkan Caffee Latte untuknya. Kopi yang aneh menurut Belinda saat itu. Apa itu berarti ingatan Belinda telah kembali?" Tidak mau merusak momen membahagiakan itu, Victorino pun bersikap seperti biasa saja, seperti tidak terjadi peristiwa yang aneh sedikitpun. Ia kembali menatap baristanya saat menjawab, “Ya, seperti yang dikatakan Nona ini.” Bahkan saat mereka duduk di meja yang terletak di sudut kafe itu, Belinda sama sekali tidak membahas masalah itu. Tidak pula bertanya-tanya kenapa wanita itu bisa mengetahui keinginan Victorino dengan sangat baik. Wanita itu terlihat … Biasa saja. Hanya saja tangannya sesekali masih menekan dadanya. “Apa kamu memiliki riwayat penyakit jantung?” tanya Victorino. Pertanyaan yang wajar untuk orang yang baru saling mengenal. Tapi ia mulai mengganti kata anda dengan kamu, agar hubungan mereka selangkah lebih maju lagi, lebih dekat dan lebih akrab l
“Apa kamu pernah bekerja sebagai barista? Sepertinya kamu tahu banyak tentang hal itu?” tanya Belinda dan Victorino pun kembali tergelak. Astaga, telah lama sekali ia tidak pernah tertawa lepas lagi seperti ini. Wanita itu telah menyebabkan Victorino menderita selama enam tahun karena perbuatan jahatnya itu. Kejahatan yang meyebabkan dirinya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi pribadi yang dingin dan keras. Tanpa seulas senyumpun yang terukir di wajahnya, wanita itulah yang telah menjadi penyebabnya. Tapi ... Wanita itu pula yang menjadi obatnya, yang berhasil menyembuhkannya dari penyakit dendamnya itu. 'Suatu hari akan datang seseorang yang akan mencintaimu dengan tulus, yang akan memelukmu dengan erat, dan yang akan membuatmu bahagia hingga luka di hatimu itu sembuh begitu saja.' Ucapan Belinda kala itu terngiang lagi di telinganya, seolah wanita itu sedang mengungkapkan kata-perkatanya lagi. 'Kamu salah, Belle. Apapun yang kamu katakan malam itu tidak semuanya ben
"Ya, mau aku ceritakan tentang wanita kenalanku itu?" Tanpa banyak tanya lagi, Belinda pun mengangguk pelan, "Iya. ceritakan tentangnya. "Salah satu teman wanitaku mengalami sebuah kecelakaan tragis setelah melewati pertengkaran hebat dengan kekasihnya sebelum peristiwa kecelakaan itu terjadi. Wanita itu sangat mencintai kekasihnya tentu saja, dan selama ini teramat sangat mencintai pria yang tidak sedikitpun pantas menerima cinta tulus darinya itu," mulai Victorino. Belinda terlihat fokus saat mendengarkan ceritanya, jdi Victorino pun kembali melanjutkan, "Kecelakaan itu tidak hanya menyebabkan teman wanitaku itu koma, tapi juga telah kehilangan janin yang tengah dikandungnya. Dia ... " "Ya Tuhan!" pekik Belinda. "Mau aku lanjutkan? Atau kamu taku tidak akan kuat mendengar kelanjutannya?" tanya Victorino. Bagaimanapun juga ia tidak mau memaksakan ingatan itu pada Belinda. Yang menurut dari keterangan Cecil dapat membahayakan kesehatan wanita itu sendiri. "Tidak apa-apa, la
Mereka terus berbincang hingga tanpa sadar yang tengah mereka minum saat ini adalah kopi kedua untuk mereka. Dan Belinda mulai merasa lebih nyaman lagi berada di dekat Victorino. Lebih dari satu kali mereka tertawa bersama, yang baru Belinda sadari kalau ternyata pria yang duduk di depannya itu memiliki selera humor yang bagus. Apapun tentang kopi selalu ia jadikan candaan, dan mau tidak mau Belinda pun tidak dapat menahan tawanya lagi. Dan, terasa ada yang familier dengan penampilan pria itu. Belinda seperti pernah melihatnya, tapi di mana? Mengabaikan hatinya yang selalu bertanya-tanya itu, Belinda pun kembali memulai percakapannya lagi, "Sudah lama sekali aku tidak berbincang santai seperti ini. Apalagi menemukan orang yang satu frekwensi denganku. Teman-temanku semua berada di Madrid, dan aku belum bisa mengunjungi mereka dalam waktu dekat ini." "Kamu asli Madrid?" "Tidak bisa dibilang asli juga. Papáku anak dari seorang Duke di negara ini, dan Mamáku hanyalah wanita biasa as
"Lord Henry, kenalkan saya Victorino, lebih tepatnya Don Victorino from Madrid!" Dan diluar dugaan mereka berdua, Belinda memekik kaget karenanya, "Sudah aku bilang sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya. Ternyata benar, kamu Don Victorino!" Baik Victorino maupun Henry sama-sama menatap penuh Belinda dengan suasan hati yang berbeda tentunya. Victorino senanang karena pada akhirnya Belinda mengenalinya, sementara Henry merasa was-was karena jika Belinda mendapatkan kembali ingatannya itu, maka kedudukannya sebagai tunangan wanita itu akan terancam. “Kamu mengingatku?” tanya Victorino dengan sumringah.“Tentu saja aku mengingatmu sekarang, Umm … Aku harus memanggilmu siapa?” “Rino, panggil saja aku Rino.” “Ah, ya Rino. Tentu saja aku menginagtmu karena aku bekerja di perusahaan Mr. Hose. Apa kamu lupa? Beberapa kali kita pernah bertemu di sana.” Victorino mengerutkan keningnya, ia berpura-pura mengingat pertemuan mereka kitu meski sebenarnya ia tidak akan pernah melupakannya
“Berani kau menyentuh wanitaku!” geram Victorino setelah Belinda menjauh dari mereka. “Wanitamu?” Henry tertawa hambar sebelum melanjutkan, “Dia tunanganku, sialan! Kau tahu arti tunangan dalam dunia bangsawan kita kan? Yang berarti dia adalah istriku. Aku berhak menyentuhnya kapan pun aku mau. Bahkan sudah berhak berhubungan intim dengannya.” Tangan Victorini bergerak cepat hingga tanpa henry bisa menghindar lagi, kerah kemejanya kini telah dicengkram erat oleh pria itu, “Berani melakukan itu padanya, aku akan membunuhmu! Ingat itu!” ancamnya. Henry segera menepis tangan Victorino tapi pria itu justru tambah mengeratkan cengkramannya, “Aku mendiamkanmu saat ini bukan berarti aku menyerah begitu saja. Tidak, aku tidak akan menyerah. Aku hanya menunggu saat yang tepat untuk menghancurkanmu dan juga keluarga tamakmu itu! Yang saat HIs Grace melihatnya, dia akan menendangmu layaknya anjing jalanan! Camkan kata-kataku itu!” desisnya sebelum melepas cengkramannya. Dengan anggun dan s