Share

Jangan Naif!

Belinda terlihat sangat cantik saat dengan anggun menuruni satu persatu anak tangga untuk menghampiri Henry yang telah menunggunya di bawah.

Henry bahkan menahan napasnya saat senyum manis Belinda terarah padanya, sudah lama ia tidak melihat senyum menawan wanita itu lagi, senyum yang tanpa beban seperti yang ia lihat saat di Spanyol.

Gaun warna hitam dengan model sederhana tidak dapat menutupi betapa indahnya lekuk tubuhBelinda. Gitar Spanyol, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan lekuk tubuh wanita itu.

“Aku sudah siap,” ucap Belinda sesaat setelah wanita itu berdiri tepat di depan Henry yang masih terpukau pada kecantikannya itu,

“Ah ya, Kita jalan sekarang,” balas Henry sambil mengulurkan tangannya untuk rangkul Belinda.

“Kami pergi dulu, má!” seru Belinda pada mamá Juana yang menuntunnya saat turun tangga tadi.

“Ya, hati-hati. Henry, tolong jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya,” pinta mamá Juana.

Henry mengangguk pelan, lalu mengedarkan matanya ke segala arah sebelum bertanya,

“Di mana His Grace?” 

“Daddy sudah tidur. Beliau hanya berpesan agar kamu menjaga cucunya dengan baik," jawab Mamá Juana.

“Ya, saya akan menjaganya. Kami permisi kalau begitu.”

Dengan langkah pelan Henry membimbing Belinda keluar dari Mansion mewah keluarga Duke of Deshire itu. Ia pun memayungi kepala Belinda saat wanita itu menaiki mobil agar tidak membentur atapnya.

Setelah menutup pintu, Henry memutari mobil itu untuk duduk di belakang kemudi. Ia memastikan seat belt Belinda telah terpasang sempurna sebelum menyalakan mobilnya dan membawanya keluar dari pagar Mansion menembus padatnya lalu lintas London di sabtu malam itu.

“Mau dinner di mana kita?” tanya Belinda.

“Rahasia, bukan kejutan kalau aku memberitahumu sekarang,” jawab Henry sambil menyeringai lebar, menampakkan lesung pipinya yang menggemaskan.

Apa karena lesung pipi itu yang membuatnya jatuh hati pada Henry? Atau karena wajah tampannya yang klasik? 

Belinda terus bertanya-tanya di dalam hatinya. Kalau Henry memang benar tunangannya, seharusnya ia memiliki perasaan tertentu pada pria itu, ya kan? 

Tapi nyatanya hatinya tetap saja merasa kosong …

“Aku ingin bertanya sesuatu padamu, tapi aku harap kamu dapat menjawabnya dengan jujur."

Seringaian di wajah Henry menghilang, berganti dengan wajah seriusnya sekarang,

“Apa? Tanyakan saja. Selama aku tahu jawabannya, aku pasti akan menjawabnya dengan jujur.”

‘Kecuali tentang kecelakaanmu,’ lanjut Henry dalam hati.

“Di mana Pertama kali kita bertemu? Kenapa aku tidak dapat mengingatnya?” tanya Belinda sambil menatap penuh Henry.

“Oh itu. Umm, kita pertama kali bertemu mungkin di hari pertama kamu dilahirkan, aku juga tidak akan mengingatnya kalau memang di hari itu,” kekeh Henry.

“Masuk akal juga. Lalu apa kita pernah bertemu sebelum ini? Selama di Spanyol misalnya?” 

“Well, kita memang beberapa kali pernah bertemu. Aku bahkan mengajakmu dan Felipe menaiki Phaéton di Mansionku yang berada di Madrid. Apa kamu lupa betapa bahagianya Felipe saat itu. Kamu juga bisa menaanyakan hal yang sama pada putramu itu.”

Henry tersenyum lembut ketika teringat saat-saat itu. Hari kedua setelah ia kembali menemukan Belinda lagi setelah bertahun-tahun mencari keberadaannya.

“Oh iya aku ingat. Ya kamu benar, Felipe senang sekali saat itu!"

Kenyataan kalau Belinda tidak melupakan kenangan saat bersamanya itu membuat hati Henry membuncah dengan kebahagiaan. Tapi kembali khawatir saat Belinda bertanya,

“Kenapa aku dan Felipe bisa datang ke Mansionmu ya?”

“Kamu bertanya kenapa? Ya jelas saja kamu sering main ke Mansion keluargaku karena kamu adalah tunanganku,” jawab Henry sebelum kembali fokus pada jalan raya.

“Benarkah? Apa mungkin ingatanku hilang secara acak, random?”

“Menurut dokter yang menanganimu ya memang seperti itu, Belle. Tapi kamu tidak usah khawatir, karena meskipun kamu melupakan sebagian ingatan tentangku, aku tetap bersyukur kalau tidak semua ingatan tentangku itu hilang.”

“Tapi itu membuatku bingung, Henry. Apa aku mencintaimu?” 

Pertanyaan Belinda itu membuat Henry terdiam. Ia tidak tahu harus menjawabnya apa, dan ia tidak ingin membohongi Belinda lebih jauh lagi.

“Kenapa diam saja? Apa aku mencintaimu? Apa kita saling jatuh cinta?" desak Belinda dengan tidak sabar.

“Oye, aku tahu saat ini kamu tengah meragukan hubungan kita. Mungkin saja karena kamu telah kehilangan sebagian ingatanmu membuatmu merasa tidak memiliki perasaan padaku. Jaadi kalau aku menjawabnya pun akan percuma, karena perasaanmu saat ini hanyalah berdasarkan setelah kecelakaan itu,” elak Henry.

“Tapi kenapa? Kenapa aku hanya memiliki sedikit ingatan tentangmu? Dan saat di Mansionmu … Aku hanya ingat bagian saat kita naik Phaéton saja. Saat Felipe tertawa riang tiap kali kamu mempercepat laju kuda-kuda itu. Dan setelahnya … ”

Belinda mencoba mengingat-ingat lagi. Bermacam potongan adegan saat itu berkelibat di dalam benaknya, setelah turun dari Phaéton ia menemani Felipe ke kamar mandi, lalu seperti gterburu-buru keluar dari Mansion itu melalui pintu belakang, dan …

“Ya Tuhan!” pekik Belinda secara tiba-tiba membuat Henry merasa panik karenanya.

"Ada apa, Belle?' tanyanya, Ia takut kalau saat itu ingatan Belinda tiba-tiba kembali.

“Aku mengingatnya!” seru Belinda dengan kedua mata yang membola dan tubuhnya yang sedikit gemetar.

‘Apa ingatannya telah kembali?’ tanya Henry dalam hati sambil menepikan mobilnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status