Home / Romansa / Me After You / Jangan Naif!

Share

Jangan Naif!

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2022-11-06 01:22:04

Belinda terlihat sangat cantik saat dengan anggun menuruni satu persatu anak tangga untuk menghampiri Henry yang telah menunggunya di bawah.

Henry bahkan menahan napasnya saat senyum manis Belinda terarah padanya, sudah lama ia tidak melihat senyum menawan wanita itu lagi, senyum yang tanpa beban seperti yang ia lihat saat di Spanyol.

Gaun warna hitam dengan model sederhana tidak dapat menutupi betapa indahnya lekuk tubuhBelinda. Gitar Spanyol, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan lekuk tubuh wanita itu.

“Aku sudah siap,” ucap Belinda sesaat setelah wanita itu berdiri tepat di depan Henry yang masih terpukau pada kecantikannya itu,

“Ah ya, Kita jalan sekarang,” balas Henry sambil mengulurkan tangannya untuk rangkul Belinda.

“Kami pergi dulu, má!” seru Belinda pada mamá Juana yang menuntunnya saat turun tangga tadi.

“Ya, hati-hati. Henry, tolong jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya,” pinta mamá Juana.

Henry mengangguk pelan, lalu mengedarkan matanya ke segala arah sebelum bertanya,

“Di mana His Grace?” 

“Daddy sudah tidur. Beliau hanya berpesan agar kamu menjaga cucunya dengan baik," jawab Mamá Juana.

“Ya, saya akan menjaganya. Kami permisi kalau begitu.”

Dengan langkah pelan Henry membimbing Belinda keluar dari Mansion mewah keluarga Duke of Deshire itu. Ia pun memayungi kepala Belinda saat wanita itu menaiki mobil agar tidak membentur atapnya.

Setelah menutup pintu, Henry memutari mobil itu untuk duduk di belakang kemudi. Ia memastikan seat belt Belinda telah terpasang sempurna sebelum menyalakan mobilnya dan membawanya keluar dari pagar Mansion menembus padatnya lalu lintas London di sabtu malam itu.

“Mau dinner di mana kita?” tanya Belinda.

“Rahasia, bukan kejutan kalau aku memberitahumu sekarang,” jawab Henry sambil menyeringai lebar, menampakkan lesung pipinya yang menggemaskan.

Apa karena lesung pipi itu yang membuatnya jatuh hati pada Henry? Atau karena wajah tampannya yang klasik? 

Belinda terus bertanya-tanya di dalam hatinya. Kalau Henry memang benar tunangannya, seharusnya ia memiliki perasaan tertentu pada pria itu, ya kan? 

Tapi nyatanya hatinya tetap saja merasa kosong …

“Aku ingin bertanya sesuatu padamu, tapi aku harap kamu dapat menjawabnya dengan jujur."

Seringaian di wajah Henry menghilang, berganti dengan wajah seriusnya sekarang,

“Apa? Tanyakan saja. Selama aku tahu jawabannya, aku pasti akan menjawabnya dengan jujur.”

‘Kecuali tentang kecelakaanmu,’ lanjut Henry dalam hati.

“Di mana Pertama kali kita bertemu? Kenapa aku tidak dapat mengingatnya?” tanya Belinda sambil menatap penuh Henry.

“Oh itu. Umm, kita pertama kali bertemu mungkin di hari pertama kamu dilahirkan, aku juga tidak akan mengingatnya kalau memang di hari itu,” kekeh Henry.

“Masuk akal juga. Lalu apa kita pernah bertemu sebelum ini? Selama di Spanyol misalnya?” 

“Well, kita memang beberapa kali pernah bertemu. Aku bahkan mengajakmu dan Felipe menaiki Phaéton di Mansionku yang berada di Madrid. Apa kamu lupa betapa bahagianya Felipe saat itu. Kamu juga bisa menaanyakan hal yang sama pada putramu itu.”

Henry tersenyum lembut ketika teringat saat-saat itu. Hari kedua setelah ia kembali menemukan Belinda lagi setelah bertahun-tahun mencari keberadaannya.

“Oh iya aku ingat. Ya kamu benar, Felipe senang sekali saat itu!"

Kenyataan kalau Belinda tidak melupakan kenangan saat bersamanya itu membuat hati Henry membuncah dengan kebahagiaan. Tapi kembali khawatir saat Belinda bertanya,

“Kenapa aku dan Felipe bisa datang ke Mansionmu ya?”

“Kamu bertanya kenapa? Ya jelas saja kamu sering main ke Mansion keluargaku karena kamu adalah tunanganku,” jawab Henry sebelum kembali fokus pada jalan raya.

“Benarkah? Apa mungkin ingatanku hilang secara acak, random?”

“Menurut dokter yang menanganimu ya memang seperti itu, Belle. Tapi kamu tidak usah khawatir, karena meskipun kamu melupakan sebagian ingatan tentangku, aku tetap bersyukur kalau tidak semua ingatan tentangku itu hilang.”

“Tapi itu membuatku bingung, Henry. Apa aku mencintaimu?” 

Pertanyaan Belinda itu membuat Henry terdiam. Ia tidak tahu harus menjawabnya apa, dan ia tidak ingin membohongi Belinda lebih jauh lagi.

“Kenapa diam saja? Apa aku mencintaimu? Apa kita saling jatuh cinta?" desak Belinda dengan tidak sabar.

“Oye, aku tahu saat ini kamu tengah meragukan hubungan kita. Mungkin saja karena kamu telah kehilangan sebagian ingatanmu membuatmu merasa tidak memiliki perasaan padaku. Jaadi kalau aku menjawabnya pun akan percuma, karena perasaanmu saat ini hanyalah berdasarkan setelah kecelakaan itu,” elak Henry.

“Tapi kenapa? Kenapa aku hanya memiliki sedikit ingatan tentangmu? Dan saat di Mansionmu … Aku hanya ingat bagian saat kita naik Phaéton saja. Saat Felipe tertawa riang tiap kali kamu mempercepat laju kuda-kuda itu. Dan setelahnya … ”

Belinda mencoba mengingat-ingat lagi. Bermacam potongan adegan saat itu berkelibat di dalam benaknya, setelah turun dari Phaéton ia menemani Felipe ke kamar mandi, lalu seperti gterburu-buru keluar dari Mansion itu melalui pintu belakang, dan …

“Ya Tuhan!” pekik Belinda secara tiba-tiba membuat Henry merasa panik karenanya.

"Ada apa, Belle?' tanyanya, Ia takut kalau saat itu ingatan Belinda tiba-tiba kembali.

“Aku mengingatnya!” seru Belinda dengan kedua mata yang membola dan tubuhnya yang sedikit gemetar.

‘Apa ingatannya telah kembali?’ tanya Henry dalam hati sambil menepikan mobilnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
hati Belle masih bersama Don voctorino.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Me After You   Babymoon

    “Kenapa jalannya lelet sekali, Rino?” keluh Belinda dengan tidak sabar saat ia dan Victorino menaiki tangga menuju kamar mereka. “Kamu harus mulai berhati-hati sekarang ini, My Lady. Karena ada yang sedang berkembang di dalam rahimmu itu, anak kita.” Belinda pun emmutar kedua bola matanya, “Astaga, tidak harus seperti itu juga, Rino. Aku tetap berhati-hati tanpa harus jalan sepelan siput.” “Er!” Rino memanggil asisten pribadinya, “Ya, Don Victorino?” “Apa pembuatan lift sudah dimulai?” tanya Victorino. “Lift?” ulang Belinda. “Sī. Aku tidak mau kamu kelelahan karena harus turun naik tangga setiap harinya.” “Ya Tuhan, Rino. Jangan berlebihan seperti itu!” “Tidak ada yang berlebihan untuk keselamatan Istri dan juga anak-anakku. Jadi, bagaimana Er?” “Besok pengerjaannya baru akan dimulai, Don Victorino.” “Bagus!” “Rino, rumah pasti berantakkan sekali selama pengerjaan itu. Tidak bagus untuk Felippe yamg pastinya akan terlalu banyak menghirup debu nantinya.” “Itu makanya kita

  • Me After You   Hamil Tiga Minggu

    “Ya, dokter Lian benar. Istri anda memang sedang mengandung, Don Victorino. Saat ini usia kandungannya sudah berjalan tiga minggu.” Beritahu dokter kandungan yang tengah menggerakkan transducer di perut Belinda, yang diubah menjadi sebuah gambar di layar monitor. Baik Belinda maupun Victorino dan Lilian, mereka sama-sama memandangi monitor yang menampakkan bagian dalam rahim Belinda tanpa berkedip. Hanya Victor saja yang berdiri di luar pintu, karena Victorino tidak mengizinkan adiknya itu untuk masuk.“Mana anakku?” tanya Victorino dengan tidak sabar. Matanya menyipit tajam saat melihat monitor itu dengan teliti namun tidak juga menemukan janin yang ia cari.“Astaga, sabar Rino. Baru tiga minggu dan baru terlihat kantung kehamilan saja. Bukan begitu, Dok?” “Anda betul, Nona Belinda. Kalian lihat ini.” Dokter itu melingkari bagian yang akan ia jelaskan pada Belinda, Victorino dan juga Lilian. Meski sebenarnya Lilian telah mengetahui letak kantong kehamilan Belinda mengingat ia sendi

  • Me After You   Belinda Hamil

    “Bagaimana kondisi Mamá, Lian?” tanya Belinda setelah Lilian selesai melakukan pemeriksaan rutin pada mama Juana.“Kesehatannya semakin membaik. Sepertinya treatment pengobatan yang kami lakukan berhasil untuknya, Belle,” jawab Lilian.Belinda menghela napas lega. Sejak tadi ia seolah berhenti bernapas karena terlalu mengkhawatirkan kesehatan mama Juana.“Karena Mamá sudah kembali ke Madrid, itu yang membuat Mamá lebih cepat pulih, Mi Hija,” celetuk mamá Juana.Belinda melangkah mendekat, lalu duduk di sisi tempat tidur untuk mengusap lembut puncak kepala mama Juana,“Aku tahu itu, Má. Itu makanya aku dan Rino mengajakmu kembali ke kota ini.”“Terima kasih, Mi Hijo. Mamá selalu merasa ada Papámu di kota ini. Mamá merasa semakin dekat dengannya.”“Má. Ingat masih ada aku dan Felipe. Jangan temui Papá dulu, aku masih membutuhkan Mamá,” pinta Belinda.Meski kini ia telah aman berada di dalam lindungan Victorino. Tapi ia juga masih tetap membutuhkan kasih sayang mama Juana. Ia belum memba

  • Me After You   Jangan Pernah Bahas Lagi

    Setelah memastikan Felipe benar-benar terlelap, Belinda menaikkan selimut Felipe hingga batas dagunya sebelum melangkah keluar dari dalam kamar putranya itu menuju kamarnya sendiri untuk menemui Victorino. “Rino, kamu di mana?” tanya Belinda saat suaminya itu tidak terlihat di kamar tidur, pun demikian dengan kamar mandi. Ia baru akan keluar dari kamar mereka ketika sudut matanya menangkap tirai yang bergerak tertiup aangin malam, yang menandakan kalau pintu balkon sedikit terbuka.Victorino pasti sedang berada di luar sana.Dengan Langkah cepat Belinda menuju balkon dan mendapati Victorino yang tengah merenung sambil berpegangan dengan pembatas balkon kamar mereka,“Kamu tidak dengar aku memanggilmu barusan?” tanya Belinda sambil memeluk dan menyandarkan pipinya di punggung suaminya itu.“Benarkah?” Suara Victorino yang terdengar parau membuat Belinda mengangkat lagi kepalanya, dengan lembut ia memjutar tubuh Victorino agar dapat menatap lekat-lekat kedua mata gelapnya,“¿Qué pasa?

  • Me After You   Akhirnya Felipe Manggil Papá

    “Kamu tidak apa-apa, Mi Hijo? Kamu pusing?” tanya Victorino.Kekhawatiran dan keharuan membaur menjadi satu. Khawatir karena anaknya baru saja berada di ambang maut, dan haru karena itulah kali pertamanya Felipe memanggilnya dengan sebutan Papá.“Papá aku takut! Mamá!” “Sst, tenanglah Mi Hijo, kamu aman sekarang. Er, siapkan mobil!” Dengan sigap Erasmo segera menghubungi supir mereka untuk membawa Felipe ke rumah sakit. Pasti itulah tujuan Victorino memintanya menyiapkan mobil.“Felipe, ada Mamá juga di Sini, Sayang. Jangan takut lagi ya,” Belinda turut serta menenangkan Felipe.“Kakiku sakit …” rintih Felipe.Kini Victorino pun mengerti kenapa Felipe bisa tenggelam, padahal ia tahu betul kalau putranya itu pandai berenang.“Itu namanya kram, Mi Hijo. Papá akan membawamu ke rumah sakit, kamu tahan sebentar ya.”“Sekarang sudah tidak sakit lagi, Pá. Aku tidak mau ke rumah sakit.”Sontak saja hal itu membuat Victorino menghentikan langkahnya untuk memberikan tatapan penuh pada putrany

  • Me After You   Papá!

    Keesokan paginya sesuai dengan janji Victorino, pria itu mengajak Belinda dan Felippe berlibur ke salah satu tempat wisata paling hits di Spanyol.Sebuah Pulau dengan luas lima ratus tujuh puluh dua meter persegi di kawasan Mediterania yang memiliki garis pantai sepanjang dua ratus sepuluh kilometer. Pulau yang terdapat banyak objek wisata dengan pantainya yang cantik.Saat ini mereka sedang mengunjungi sebuah pantai yang disepanjang garis pantainya memiliki pasir berwarna pink akibat dari pecahan koral. Gradasi warna air lautnya pun terlihat jelas dari berbagai arah, terdapat juga beberapa watersport di sana, yang ingin sekali Victorino dan Felipe datangi.Mengabaikan beberapa turis yang sedang berjemur dan sebagian ada yang toples, sambil bergandengan tangan Belinda dan Victorino menyusuri tepian pantai itu. Sesekali mereka berhenti hanya untuk melihat Felipe yang sedang asik bermain dengan Erasmo dan Cecil.“Apa kamu tidak merasa curiga dengan hubungan mereka?” tanya Belinda.“Er

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status