Hari ini adalah hari terakhir acara gathering. Sebagimana yang biasanya terjadi di tahun-tahun sebelumnya, acara akan ditutup dengan makan malam, dan pemberian reward bagi karyawan yang berprestasi.
Adam memakai jas terbaik dan menyisir rambutnya supaya terlihat lebih rapi. Dia juga mencukur cambang dan memakai parfum mahal. Laki-laki itu memang tampan sekarang, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Saat dimana dia terpuruk dan terjerumus ke dalam dunia malam setelah perceraian.
Alena tidak tahu bahwa Adam membawa luka hati yang begitu dalam sehingga fustrasi dan harus tinggal di luar negeri. Jika tidak, maka dia akan mengemis untuk meminta rujuk, sementara orang tuanya tidak setuju.
"Mas udah siap?" Suara merdu sang kekasih terdengar di balik telepon.
Cintia memakai gaun kesukaannya malam ini. Gaun yang membuat namanya tiba-tiba naik daun sebagai seorang model setelah pemotretan karena hasil yang memuaskan.
"Udah, Sayang. Aku ke ba
Hari ini, tepat tiga bulan Alena bekerja di kantor itu. Dia sudah memantapkan hati untuk mengundurkan diri sejak hari terakhir gathering. Wanita itu sengaja izin pulang lebih awal dengan alasan kesehatan yang semakin memburuk. Padahal, dia tak mau bertemu Adam dan keluarga Cintia di acara gala dinner. Evaluasi kinerjanya selama tiga bulan ini sedang dikerjakan oleh HRD. Namun, tanpa hasil itu sekalipun, dia tetap akan resign.Setelah makan siang, dia meminta izin kepada atasannya untuk menemui manager personalia dan menyampaikan langsung apa yang menjadi keinginannya."Pak Adam ada?" tanya Alena kepada sekretaris laki-laki itu."Ada tamu, Bu.""Oh, yaudah kalau gitu.""Tunggu dulu, Bu. Sebentar saya tanyakan." Sekretaris itu men-dial beberapa angka dan berbicara sesuatu dengan atasannya."Sepertinya tamu penting. Mungkin Ibu bisa kembali lagi nanti," katanya setelah menutup panggilan."Oke." Alena menatap
Adam mengusap wajah berulang kali sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu rumah itu."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam. Loh, Pak Adam?" tanya si bibik saat membukakan pintu."Ale-na ada, Bik?" tanya Adam canggung. Tangannya berkeringat sejak tadi karena gugup."Non Alen gak ada di sini, Pak. Dia cuma sesekali datang," jawab si Bibik."Oh, saya kira dia tinggal sini.""Ya gak, Pak. Masih di apartemen yang lama. Tempat dulu Bapak tinggal."Adam tersenyum pahit mendengar itu. Segala sesuatu yang mengingatkannya akan kebersamaan dengan Alena dulu, memang tidak bisa hilang begitu saja. "Oke kalau gitu saya per--" Adam hendak berpamitan saat tiba-tiba saja mamanya Alena muncul dari dalam."Siapa, Bik?" tanya wanita paruh baya yang masih cantik itu."Itu, Bu," tunjuk bibik.Mamanya Alena membuka pintu lebih lebar dan mendapatkan mantan menantunya sedang berdiri
Cintia menatap Adam dengan heran karena Sabtu sore ini, tunangannya itu sudah berdiri manis di depan pintu. Biasanya, laki-laki itu akan datang agak malam sepulang bekerja atau di hari Minggu."Tumben Mas datang awal.""Jadi gak boleh, nih? Kalau gitu Mas pulang aja," kata Adam."Eh, jangan." Cintia menarik lengan Adam dengan manja dan menyuruhnya masuk."Kok sepi?" tanya laki-laki itu sembari duduk di sofa sambil menatap sekeliling."Mama sama papa lagi ada undangan. Untung Mas datang. Kalau gak, aku bakalan sendirian," jelas Cintia."Kita jalan, yuk. Siap-siap sana," ajak Adam. Mereka harus bicara dari hati ke hati, dan sepertinya di luar lebih nyaman."Sekarang?"Adam mengangguk dan sabar menunggu. Cintia biasanya akan lama kalau sudah berdandan. Hanya sesekali dia tampil simpel tanpa make-up lengkap."Mau ke mana sih, Mas?" tanya gadis itu saat mobil sudah meluncur membelah jalanan ibukota.Malam mingg
'Model Cantik dan Berbakat Cintia Aradila Batal Menikah."'Kisah Cinta Model Cantik Cintia Aradila Kandas Di Tengah Jalan.''Gagal Menikah. Cintia Aradila Stres Hingga Membatalkan Kontrak Eksklusif.''Diduga, Ada Orang Ketiga yang Menjadi Penyebab Hancurnya Hubungan Cintia Aradila dan Tunangannya.'Begitulah berita yang santer beredar di media massa mengenai putusnya hubungan Adam dan Cintia. Gadis itu sempat down untuk beberapa waktu dan menepi dari dunia hiburan yang membesarkan namanya. Ada tiga kontrak pemotretan yang dia batalkan secara sepihak, sehingga membuat sang manager kecewa."Makan dulu, Nak." Mamanya masuk ke kamar dan membawakan seporsi nasi beserta lauk.Cintia menggeleng dan kembali menutup wajahnya dengan bantal. Hampir satu minggu ini dia mengurung diri di kamar dan menangis terus-terusan karena merasakan sakit yang teramat sangat."Sayang, dengarkan Mama. Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Jika kamu bersikeras,
Hari Minggu jam delapan pagi.Adam berulang kali menggosok tangan dan meremas rambut karena gugup. Hari ini dia datang menemui papanya Alena untuk melamar putrinya kembali, tanpa membawa orang tua.Restu dari mamanya sulit didapatkan, sehingga laki-laki itu memilih nekat untuk menikahi sang mantan istri, jika papanya menyetujui.Sudah setengah jam Adam duduk di sofa ruang tamu rumah kediaman orang tua Alena, tapi belum ada yang muncul kecuali si bibik yang tadi membukakan pintu."Dam." Sebuah panggilan mengangetkannya. Hampir saja laki-laki itu terjatuh mendengar suara bass papanya Alena."Papa." Adam meraih tangan sang mantan mertua dan menciumnya sebagai tanda hormat."Sehat?" tanya laki-laki itu sembari duduk di sofa."Alhamdulillah sehat. Papa gimana kabar, masih suka main tenis?" tanya Adam. Dia tahu persis hobi papanya Alena karena mereka cukup dekat setelah pernikahan."Sekarang udah jarang. Papa ud
Sudah satu minggu mamanya Adam dirawat di rumah sakit dan kondisinya mulai membaik, hanya saja masih lemas dan perlu perawatan lebih lanjut dikarenakan faktor usia.Selama itu juga, Alena bolak-balik ke rumah sakit untuk merawat sang calon mertua demi mengambil hati. Saat mereka berpacaran dulu, ibunya Adam memang sayang kepadanya. Mereka kerap kali jalan bersama dan berdiskusi mengenai banyak hal. Sayang, semua rusak ketika perceraian dan itu ... salahnya."Kamu ... datang lagi?" tanya mamanya Adam dengan tatapan sayu. Sekalipun mendapatkan asupan dari cairan infus, wanita paruh baya itu tetap merasakan lemas karena tak berselera makan."Iya, Ma. Mas Adam sibuk kerja. Papa juga, jadi Alen aja yang ke sini. Mumpung lagi free, belum ada yang terima kerja," jawab Alena sembari meletakkan rantang di bedsite cabinet."Untuk apa?""Untuk merawat mama biar cepat pulih," jawab Alena tenang. Tangannya kini membuka isi rantang yang tadi m
"Maaa ...." Adam menggenggam erat jemari sang mama saat kelopak mata wanita itu mulai terbuka pelan."Dam," lirihnya saat melihat wajah sang putra. Tubuhnya lemas dan nyeti di beberapa tempat. Kepala juga terasa sakit dan berputar."Apa yang sakit, Ma?" tanya Adam sembari mengusap lembut pelipis mamanya. Bagaimanapun kerasnya sikap wanita itu kepada Alena, dia tetap sayang dan berusaha taat."Kaki Mama," Tunjuk sang mama ke arah kaki sebelah kanan yang berbalut perban dan tidak bisa digerakkan sama sekali.Adam membuang pandangan, bingung bagaimana hendak menjelaskan apa yang sudah terjadi. Ini mungkin akan sulit diterima, tapi dokter mengatakan mamanya bisa berjalan seperti normal asal rajin melakukan terapi."Kaki mama kenapa, Dam?" tanya wanita paruh baya itu dengan mata berkaca-kaca. Setiap kali dia hendak mmeggerakkannya, rasa nyeri tiba-tiba saja menghantam bertubi-tubi."Pa-tah, Ma," jawab Adam terbata."Astagf
Mamanya Adam terbangun dan merasakan perutnya tidak enak, lalu berusaha untuk duduk tapi kesulitan. Kaki yang terasa nyeri juga tangan yang tak sampai untuk menekan bel, membuat wanita itu sedikit frustrasi.Di kamar itu dia sendirian, tanpa anak ataupun suami. Di jam segini, mereka masih berada di kantor. Wanita itu mencoba lagi, dan akhirnya berhasil menekan bel. Tak lama seorang perawat muncul dan membatunya ke kamar mandi. Ada perasaan risih ketika kegiatan pribadinya dilihat orang lain."Sudah, Bu?""Sudah, Suster," jawabnya sembari mengulurkan tangan untuk berpegangan, lalu dia kembali dituntun untuk berbaring."Kalau sudah semua, saya permisi ya, Ibu." Si perawat berpamitan lalu berjalan ke luar setelah memastikan semua baik-baik saja.Mamanya Adam mengangguk lalu mencoba memejamkan mata. Perutnya terasa melilit karena menahan lapar. Baru saja dia hendak terlelap, ketika terdengar suara ketukan di pintu."Assal