แชร์

Mengaku Salah

ผู้เขียน: seorin writernim
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-03-01 23:08:25

Tidak mungkin. Kirey tidak memercayainya. Jika pria semalam yang bernama Gio itu adalah Presdir di tempatnya bekerja.

“Wanita jelek itu bekerja di sini rupanya. Dan namanya adalah Kirey. Hmm…” pikir Gio. Dia masih memandangi Kirey secara keseluruhan. Tetap saja, di mata Gio, Kirey sangat tidak menarik.

Kirey masih menundukkan pandangannya. Dia tak berani menatap Gio. Pria itu pasti akan mengejek penampilannya lagi, pikir Kirey jadi berburuk sangka. Gio beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan mendekati Kirey.

Tidak! Tidak! Jangan mendekat! Kirey memejamkan matanya. Dia tidak ingin melihat Gio yang kini berhadap-hadapan dengannya. Gio menyentuh rambut ikal Kirey, mengacungkannya sambil terheran-heran. Apaan nih? Rambut Kirey lengket banget. Belum sampoan, ya? tebak Gio sambil menunjukkan ekspresi jijik.

“Kamu berpenampilan seperti ini ke kantor? Setiap hari?” tanya Gio. Apa?

Kirey membelalak kaget. Memangnya kenapa? Apa ada yang salah dengan penampilannya? Kirey tidak pernah memerhatikannya. Tetapi menurutnya, rapi, kok. Wajar saja kan jika ia mengenakan pakaian setelan kerja. Kenapa Gio meributkannya? Rekan-rekannya saja tidak ada yang memprotesnya, kok.

Kirey memakai rok span selutut, kemeja lengan panjang, ya… meski bagian yang panjang itu ia lipat agar lebih nyaman saja ketika bekerja. Namun, ternyata cara berpenampilan Kirey salah selama ini. Bisa dibilang penampilan Kirey sangat norak, kampungan. Dan Gio tidak menyukainya.

“Kamu ini wanita atau apa sih?” hardik Gio. “Lihat penampilanmu!”

Kirey melihat dirinya sendiri. Sekali lagi. Sampai dia kebingungan letak salahnya di mana? Kirey mengarahkan pandangannya ke arah Bapak Personalia. Mungkin, Bapak Personalia bisa memberitahu Kirey salahnya di mana.

Sayang sekali, bukannya memberitahu, Bapak Personalia itu malah diam seribu bahasa tak berani berkomentar apa pun di depan Pak Presdir.

“Aku ingin kamu mengubah penampilanmu. Terserah kamu mau apakan rambut kucelmu itu. Yang jelas, kamu bisa berpenampilan rapi. Itu juga kalau kamu masih ingin bekerja menjadi pegawai di perusahaanku ini. Mengerti?” tegas Gio.

Kirey menelan ludahnya. “Baik, Pak Presdir.” Kirey menurut saja. Cari aman dulu.

“Sepatumu, juga! Gunakan hak tinggi. Minimal tiga sentimeter. Tidak menggunakan flat shoes seperti itu,” tegurnya lagi.

“Iya, baik Pak Presdir!” Kirey akan berusaha mengingat semua perkataan Presdir Gio.

“Visualisasi wanita itu harus cantik. Dia harus bisa menjaga penampilannya. Apalagi seorang wanita karir. Tidak berpakaian lusuh seperti itu!” tunjuk Gio.

Kira-kira, butuh biaya berapa tuh untuk mengubah penampilan Kirey? Dia tidak ingin membayangkannya. Pasti mahal sekali. Sementara, saldo di rekeningnya saja sudah hampir minus. Oh, God! Kirey menepuk jidatnya. Sudahlah! Jangan membayangkannya. Tagihan di rumahnya saja masih membengkak.

“Ada apa? Kenapa kamu menepuk jidatmu sendiri?”

“Ah, tidak apa-apa, Pak Presdir.” Kirey menutup-nutupi kelemahannya. Tidak punya uang, itulah salah satu kelemahannya.

Jika sudah tidak ada lagi yang ingin dibicarakan Presdir Gio kepada Kirey, apa boleh sekarang wanita itu pamit meninggalkan ruangan Personalia? Kirey ingin sekali bisa segera keluar dari sarang harimau itu. Banyak sekali pekerjaan yang sudah menunggunya saat ini, harap Kirey.

“Kalau begitu, saya undur diri dulu Pak Presdir,” Kirey pamit.

“Tunggu!” cegah Presdir Gio. “Memangnya siapa yang menyuruhmu pergi? Aku belum selesai bicara denganmu.”

“Hah?!” Kirey melenguh.

Lalu, sekarang apalagi? Kirey semakin ketakutan menghadapi pria galak itu. Ah, mungkin bosnya itu mau memberikannya uang. Anggap saja sebagai biaya perawatan diri. Karena dia sendiri yang menyuruhnya untuk mengubah penampilan Kirey. Benar begitu, bukan? Ekspektasi Kirey melambung tinggi.

Sialnya, bukan begitu maksud Gio. Ada perkara lain yang ingin dia perhitungkan dengan Kirey saat ini. Terkait insiden tidak menyenangkan tadi pagi di koridor kantor. Ups!

“Apa kamu yang sudah membuang kotak susu sembarangan tadi pagi?” Gio menyelidikinya dengan seksama. Raut wajah Kirey langsung berubah.

Gawat! Kenapa bisa ketahuan Pak Presdir? Atau jangan-jangan, Presdir Gio yang kena timpuk susu kotak yang dilempar Kirey tadi pagi? Kirey jadi menerka-nerka. Sepertinya begitu. Mampus deh! Tamat sudah riwayat Kirey hari ini. Dia melakukan kesalahan besar di depan Pak Presdir.

Kirey mengangguk pelan. “Maafkan saya, Pak! Saya tidak tahu jika orang yang kena lemparan kotak susu itu adalah Anda. Sekali lagi, maafkan saya,” sesal Kirey.

“Aaaahhh begitu rupanya. Jadi, sekarang kamu mengaku salah? Besar sekali nyalimu melempariku dengan sampah itu, hah?” Gio murka.

Kirey cepat-cepat meletakkan kedua tangan di atas kepalanya. Memohon ampun kepada Gio. “Saya mohon maaf, Pak. Tadi itu… murni karena keisengan saya. Lain kali, saya tidak akan mengulanginya lagi,” janji Kirey.

“Oke. Aku akan memaafkanmu setelah kamu mengepel lantai koridor itu. Ah, satu lagi jangan lupa buang sampahnya sekalian. Mengerti?” perintah Gio.

“Harus sekarang, Pak? Apa itu bisa dilakukan nanti setelah jam pulang kantor saja?” tawar Kirey.

Gio melotot, “SEKARANG!”

“I-iya, iya. Baik, saya lakukan sekarang.”

Kirey meninggalkan ruangan Personalia dan bergegas mengambil peralatan kebersihan dari ruangan cleaning service. Sialan! Dia jadi harus bersih-bersih di kantor sendirian. Gara-gara Presdir Gio yang tingkahnya menyebalkan itu, gerutu Kirey.

Kirey mengikat rambut ikalnya dengan karet gelang. Lalu, dia segera menyingsingkan lengan kemejanya. Ambil pengepel lantai dan menggosok-gosokan lap pelnya di lantai. Tidak lupa, menuangkan sedikit cairan pembasmi kuman membandel.

Aish! Kesal sekali Kirey hari ini. Bagaimana tidak? Lihat saja sekarang! Kirey jadi pusat perhatian orang-orang sekantor. Semua orang melihatnya. Mereka bahkan menertawakan Kirey. Hah, apanya yang lucu? Mereka tega sekali membicarakan Kirey. Tidak ada satu pun yang mau membantunya sekarang. Egois sekali semua orang.

Presdir Gio tersenyum melihat Kirey yang tengah membersihkan koridor kantor. Itulah hukuman darinya untuk Kirey. Atas kesalahan Kirey tadi pagi. Dibayar kontan.

“Lihat saja nanti! Presdir songong itu akan kubejek-bejek dengan kain pel ini. Dia berhasil mempermalukan aku. Akan kucuci otaknya yang sableng itu pakai cairan pembunuh kuman. Hah, kesalnya aku!” Kirey menggerutu dalam hati. Ada dendam kesumat terpendam di dalam hatinya.

“Lucu sekali dia! Komat-kamit begitu kayak Mbah Dukun yang lagi jampi-jampi,” Presdir Gio masih memerhatikannya dari jendela kaca ruang Personalia.

Gawat! Kalau sampai Kirey sumpah serapah dan ngata-ngatain Presdir Gio gimana tuh? Terlintas dalam benak Gio seperti itu. Wah, harus diberi pelajaran lagi dia jika ketahuan benar melakukannya, pikir Gio.

Gio keluar dari ruangan Personalia. Dia akan menghampiri Kirey dan menegurnya sekali lagi. Namun, ketika dia sedang berjalan cepat, lantainya masih sangat licin dan tiba-tiba saja…

BRUUUKKK!

***

           

           

           

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Me VS Mr. Presdir   Permintaan Bersyarat

    “Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya

  • Me VS Mr. Presdir   Gawat, Tuan Gilberto Sekarat!

    Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s

  • Me VS Mr. Presdir   Pengorbanan

    “Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka

  • Me VS Mr. Presdir   Mengundurkan Diri

    Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka

  • Me VS Mr. Presdir   Sisi Gelap Gio

    Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen

  • Me VS Mr. Presdir   Pilihan yang Sulit

    “Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status