Kirey hanyalah pegawai biasa. Minim prestasi dan tidak cantik. Namun, dia selalu saja membuat jengkel Gio, President Director di perusahaan tempatnya bekerja. Pria tampan dengan sejuta pesona dan prestasinya dalam mengelola bisnis itu justru begitu penasaran dengan sikap yang ditunjukkan Kirey kepadanya. Ada saja perilaku Kirey yang menyebalkan di mata Gio namun membuat pria itu selalu rindu bertengkar dengannya. Bagaimana mungkin wanita biasa itu tidak tertarik dan menolak pria macam Gio yang digilai para wanita? Suatu hari, keadaan telah memaksa Kirey harus berurusan dengan Gio. Keluarga Kirey terlilit utang ratusan juta rupiah dan satu-satunya cara yang bisa Kirey lakukan adalah menikah dengan Gio. Pernikahan kontrak dengan imbalan yang cukup fantastis bagi Kirey pun menjadi pilihan terakhir untuknya. Dengan begitu, dia dan keluarganya akan terbebas dari utang dan keluar dari kemiskinan. Setelah menikah, Kirey malah semakin membenci Gio. Ketika tahu suaminya itu ada hubungan dengan si pemilik utang yang membuat keluarga Kirey bangkrut dalam semalam. Tidak hanya itu, Kirey menyembunyikan cinta untuk pria lain di hatinya. Tanpa sepengetahuan Gio. Penasaran, kan? Ikuti terus kisah perjalanan pernikahan Kirey dan Gio dalam“Me VS Mr. Presdir”.
View MoreDRRRRTTTT!
Ponsel Kirey bergetar. Ada panggilan masuk dari Sammy, salah satu rekan kerjanya di kantor.
“KIREY!” teriak Sammy dari seberang sana.
Astaga! Mengagetkan saja. Kirey menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara Sammy memekakkan telinganya.
“Kamu bisa nggak bantuin aku?” tanya Sammy. Seraya meminta bantuan. Suaranya terdengar panik.
“Bantuin apa, Sam?” Kirey ikut-ikutan panik mendengarnya.
Sammy adalah sahabat terbaiknya di kantor. Seorang pria muda teman sekampus Kirey dahulu.
“Kamu bisa nyetir, kan?” Sammy memastikannya lagi. Dia lupa-lupa ingat kalau Kirey pernah membawa mobil ke kampus waktu itu.
“Bisa. Kenapa memangnya?” Kirey mengiyakannya.
“Kamu mau nggak, gantiin aku jemput seseorang? Malam ini dia tiba di stasiun jam 7. Tolong, ya! Gantiin aku jemput dia. Aku sedang ada urusan keluarga,” Sammy memohon.
“Berapa bayarannya? Kalau nggak dibayar aku nggak mau bantuin kamu, Sam,” tawar Kirey.
“Ayolah, Kirey! Nanti aku akan membayarmu setelah gajian. Kamu tahu sendiri, kan akhir bulan begini bagiku yang hanya anak kos untuk makan saja susah dan…” cerocos Sammy panjang lebar.
“Ya-ya-ya. Sudahlah. Aku sudah tahu keadaanmu,” potong Kirey.
Kirey malas mendengar alasan Sammy yang bermacam-macam. Sudah hatam sekali Kirey dengan ulah Sammy. Julukannya saja ‘Pria Seribu Alasan’. Hah? Ngeselin.
“Aku mau saja bantuin kamu. Tapi ingat, awal bulan aku akan menagih bayaranku. Kamu setuju?” Kirey bernegosiasi sebelum mengiyakannya.
“Deal,” sahut Sammy terburu-buru. Sudah tidak ada waktu lagi bagi Sammy untuk berdebat dengan Kirey.
“Jadi, siapa yang harus kujemput malam ini?” tanya Kirey menanyakan identitas kliennya.
“Namanya Gio. Aku mau kamu saja yang menjemputnya. Kamu bisa memakai mobil inventaris perusahaan. Kunci mobilnya ada di Satpam,” Sammy memberitahu.
“Iya. Aku tahu,” Kirey segera berjalan menuju pos Satpam.
Usai jam kantor, Kirey terpaksa harus bekerja freelance lagi menggantikan Sammy. Kali ini menjadi supir pengganti. Lumayan, bisa nambah-nambahin uang jajannya.
“Thanks ya, Kirey. Kamu memang sahabatku yang terbaik,” putus Sammy.
Hah? Sahabat baik katanya. Kirey tersenyum sinis mendengarnya. Sammy selalu begitu. Dia datang di saat membutuhkan pertolongan Kirey. Apa itu yang dinamakan teman? Datang di saat butuh. Menghilang saat diperlukan. Menyebalkan! Kirey menggerutu dalam hati.
Dalam waktu satu jam, Kirey harus menjemput seseorang bernama Gio di stasiun. Entah bagaimana rupa pria itu. Kirey tidak tahu. Sammy hanya menjelaskan ciri-ciri pria itu melalui pesan singkat yang dikirim via WA.
Sesampainya di stasiun, Kirey memerhatikan semua pria yang memakai sweater hodie berwarna hitam dan topi hitam. Itu informasi yang Kirey dapat dari Sammy. Aish! Ada banyak sekali yang memakai pakaian seperti itu. Bagaimana Kirey mengetahuinya? Dia kesulitan mengenali pria itu.
Satu per satu Kirey menyapa beberapa pria yang memiliki ciri-ciri yang sama. Namun, ketika Kirey menanyakan nama pria asing itu, tak satu pun ada yang mengakuinya. Lantas, Kirey harus bagaimana? Sammy mengalihkan pekerjaan yang cukup rumit. Lebih rumit dari revisi pekerjaannya di kantor.
Kirey membalikkan badan. Dia menabrak seseorang karena tidak memerhatikan jalannya.
“Maaf,” sesal kirey. Dia melihat ke arah pria jangkung yang sedang memerhatikannya.
“Apa kamu pria yang bernama Gio?” tanya Kirey memberanikan diri. Karena pria yang ada di hadapannya kini memiliki ciri-ciri persis seperti yang disebutkan Sammy.
“Ya. Itu namaku. Apa yang bertugas menjemputku itu kamu?” tanyanya dengan nada angkuh dan sombong.
Lagaknya berlagu banget. Songong dan arogan. Bahkan, pria itu memerhatikan Kirey dari ujung kaki hingga ujung kepala. Gio tersenyum sinis. Seolah-olah seperti sedang mengejek Kirey.
“Ya ampun! Katanya yang menjemputku seorang pria. Nyatanya, wanita jelek buruk rupa,” gumam pria itu. “Sama sekali tidak menarik.”
Kirey mendengar gumamannya. Ejekan itu sudah sering Kirey dengar dari pria lain. Dia tak pernah menghiraukannya. Terserah, orang lain mau bilang apa. Kirey tidak pernah peduli. Yang paling penting di dunia ini adalah uang, katanya.
“Maaf? Ke mana aku harus mengantarmu?” tanya Kirey.
“Ke hotel,” sahut pria galak itu.
Apa? Hotel? Kirey membelalak. Memangnya dia tidak punya rumah, apa? Sampai harus menginap di hotel? Atau jangan-jangan dia itu turis domestik yang sedang berlibur, pikirnya.
Bodo amatlah. Kirey tak harus memikirkannya. Yang penting, dia mengantarkan tamunya ke hotel dengan selamat. Setelah itu, dia mendapatkan bayarannya dari Sammy.
Sepanjang perjalanan, pria itu hanya melihat ke arah kaca mobil. Ehem! Kirey berdehem. Tadinya, dia ingin mengajak pria itu mengobrol. Habisnya, suasana di dalam mobil terlihat seperti di kuburan, hening. Dingin dan mencekam.
“Aku sedang tidak ingin bicara. Perhatikan jalanmu dan fokus saja menyetir. Mengerti?” perintah pria itu. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kirey yang sedang mengemudi.
“Oke, baiklah.” Kirey mengurungkan niatnya. Tadinya, dia ingin bersikap baik di depan kliennya.
Benar-benar songong pria yang duduk di jok belakang mobilnya itu. Lagian, siapa juga yang mau berbincang-bincang dengannya. Kirey tidak dibayar untuk itu.
Sesampainya di hotel, Kirey membukakan pintu untuk penumpangnya. “Silakan,” Kirey mempersilakan.
Pria itu begitu dingin. Dia segera keluar dari mobil setibanya di hotel. Huh, dasar manusia nggak ada akhlak! umpat Kirey dalam hati. Lihat saja dari caranya berjalan. Mentang-mentang orang kaya. Lagaknya sudah seperti sultan beneran, cibir Kirey.
“Gio, sayang!”
Gio disambut oleh seorang wanita cantik yang sudah menunggunya di depan hotel. Kirey menoleh lagi ke arahnya. Sebelum masuk mobil. Jangan-jangan, mereka ke hotel hendak menghabiskan malam bersama. Wow! Kirey tidak ingin ikut campur masalah pribadi pria itu.
Itu bukan urusannya. Terserah, mau ngapain juga. Mereka sudah sama-sama dewasa, pikir Kirey. Sudah tidak aneh lagi pria dan wanita yang belum menikah berduaan berada di kamar hotel. Tetapi, bagi Kirey, itu sangat bertentangan dengan prinsipnya
Malam ini, Kirey harus kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil perusahaan. Usai menyerahkan kunci mobil kepada Satpam yang bertugas, Kirey berjalan kaki pulang menuju rumahnya.
“Sudah hampir jam 9 malam,” kata Kirey sambil melirik jam digital di ponselnya.
Kirey berjalan sampai halte bus. Semoga masih ada angkot yang melewatinya malam ini.
Aish! Sialan! Jam segini mana ada angkot yang masih lalu lalang di jalan raya. Terpaksa, Kirey berjalan kaki.
TIIIDDD!
Seorang pria membunyikan klakson motor maticnya tepat di depan Kirey. “Kok lemas banget jalannya? Mau kuantarkan pulang, nggak?”
“Sammy?!” Kirey antusias sekali melihat kedatangan sahabatnya.
“Aku kebetulan lewat sini. Buruan, naik! Sebelum aku berubah pikiran ninggalin kamu sendirian di sini,” kata Sammy sambil menyerahkan helm untuk dipakai Kirey.
Kirey mengenakan helm kemudian duduk di boncengan. “Wah, gawat!” ucap Sammy.
“Ada apa?” tanya Kirey.
“Bannya kempes.”
***
“Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya
Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s
“Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka
Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka
Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen
“Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G
“Gio, tolong aku! Perutku rasanya seperti diobok-obok,” keluh Kirey.“Tuh, kan! Apa aku bilang. Seharusnya kamu nurut sama aku, Kirey. Kita harus segera pergi ke dokter untuk memastikan keadaan perutmu,” Gio panik. Di tengah kepanikannya itu dia malah kelihatan sewot dan membuat Kirey tambah emosi.“Iya, nanti. Sekarang aku lapar banget. Kita makan dulu aja. Habis itu baru ke dokter,” tawar Kirey. Dalam keadaan darurat seperti ini bisa-bisanya Kirey menawar, ingin makan dulu sebelum pergi ke dokter.Ckckck. Gio berdecak. “Ya udah, buruan! Sekarang kita makan dulu,” ajak Gio sambil memegangi tangannya. Membawa Kirey masuk ke café and resto yang mereka tuju.Kirey duduk di sofa, di sebuah ruangan VIP yang khusus dipesan oleh Gio. Agar mereka lebih leluasa dan mengantisipasi jika terjadi mual-mual lagi pada Kirey. Nggak banget kan pada saat menyantap makan siang, tiba-tiba Kirey mual-mual di depan umum.
“Aku? Ah, aku hanya mencari udara segar di sana,” Kirey menutup-nutupi. Dia terpaksa berbohong. Dia tidak ingin Gio tahu jika dirinya tengah bersama Sammy tadi. Bisa salah paham nantinya.“Ini kan masih pagi?” Gio heran.“Justru itu. Mumpung masih belum terik aku berjemur dulu di atap. Sinar mentari pagi itu kan bagus untuk kesehatan tubuh,” Kirey beralasan.Aish! Ngomong apa dia? Kenapa bicaranya jadi ngalor ngidul begini sih? Kirey jadi salah tingkah. Namun, dia berhasil menutupinya dengan sangat rapi. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan pada diri Gio.Gio tersenyum. Dia maju dua langkah tepat di depan Kirey. Lalu, mencubit pipi Kirey gemas. “Yang penting jaga kesehatanmu, Sayang. Jangan sampai sakit, ya,” Gio menasihati. Sikap Gio disaksikan banyak orang, terutama pengikutnya yang berada di barisan belakang.“Kalau gitu, aku kembali dulu ke ruanganku,” Kirey pamit pada Gio. Karena dia
Kirey malu mengakuinya di depan Gio. Dia membuka pintu kemudian segera masuk ke kamar. Kalau bisa dia ingin bersembunyi di bawah selimut atau menutupi wajahnya dengan bantal. Aish! Kirey menutup wajah dengan kedua tangannya saja.Ceklek!Gio menutup pintu kamarnya, menguncinya dari dalam. Tiba-tiba Gio melepas tangan istrinya kemudian mencium bibir Kirey dengan sangat lembut.Deg!“Gio tunggu sebentar!” cegah Kirey. Dia melepas ciuman Gio.Kirey merasa belum siap mendapat serangan mendadak dari Gio. Namun, Gio sama sekali tidak memedulikannya. Dia terus melancarkan aksinya.“Kirey, kenapa kamu selalu saja membangkitkan gairahku?” ujar Gio dengan nada suara mendesah-desah manja. Ala-ala pria dewasa yang sedang ingin bercinta.“Apa?” Kirey membelalak.“Ya, aku selalu tergoda olehmu, Sayang.”Kirey selalu dibuat berdebar-debar oleh Gio. Ciuman panasnya selalu membuat Kirey ber
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments