MasukSetelah Kennan pergi, suasana rumah kembali hening. Deborah sibuk menyelimuti Hosea, sementara Amanda membereskan tas-tas berisi pakaian kotor, berbagai makanan dan minuman, sampai obat-obatan yang harus dikonsumsi oleh Hosea.Keheningan itu pecah saat terdengar suara bunyi bel pintu. Deborah segera melangkah keluar dari rumah untuk mengetahui siapa tamu yang bertandang ke rumah ini.Dia langsung menggeram kesal saat melihat Kelvin berdiri di depan pagar. "Mau apa kamu datang ke mari?!" tanyanya dengan setengah berteriak."Pertanyaanmu lucu sekali, Deb. Aku ke sini karena mau melihat anakku. Jadi kamu tidak berhak melarangku," jawab Kelvin dengan nada arogan. "Kalau kamu mau melihat Hosea, seharusnya kamu melakukannya saat dia masih terbaring di rumah sakit. Tapi apa kenyataannya kamu hanya datang sekali!" teriak Deborah yang sudah muak dengan kelakuan mantan suaminya.Deborah bahkan menatap tajam Kelvin sebelum kembali berbicara. "Itu juga cuma untuk bertengkar dengan papanya Erika
Amanda mulai mendorong kursi roda Hosea keluar dari kamar perawatan, diikuti oleh Deborah di belakangnya. Di sepanjang koridor rumah sakit, Hosea langsung mengetik pesan untuk Erika. Meski jarinya masih sedikit kaku.'Er, aku sudah boleh pulang. Dan ada kabar baik buat kamu. Pak Rudy akan menggantikan aku membelamu di persidangan nanti. Jadi kamu tidak perlu takut lagi dengan Gerry dan siapapun orang yang ada di belakangnya. Jaga Kayla baik-baik, aku akan segera menemuimu setelah nyeri kakiku berkurang.'"Mas Hosea ini benar-benar cinta mati sama Mbak Erika, sampai gelisah karena nggak ketemu Mbak Erika sehari," ucap Amanda yang sengaja meledek Hosea."Kamu tahu sendiri jawabannya, Manda," sahut Hosea dengan menaikkan sebelah alisnya."Sudah, sudah, kalian jangan ribut terus. Manda, katanya taksi online yang kamu pesan sudah mau datang. Ayo kita cepat keluar. Kasihan nanti sopirnya nungguin kita," ucap Deborah melerai perdebatan kedua anaknya.Amanda mengangguk lalu kembali mendorong
Tiga hari kemudian, Hosea sudah diperbolehkan pulang, tapi pria itu diharuskan menjalani serangkaian pengobatan untuk tulang pahanya yang remuk karena kecelakaan.Amanda bersiap untuk mendorong kursi roda Hosea, sementara Deborah sedang membereskan barang-barang ke dalam beberapa tas dan kantung plastik.Namun sayang, Erika tak dapat menemani Hosea keluar dari rumah sakit karena Kayla demam setelah di imunisasi pada kemarin pagi. Meskipun sedikit merasa kecewa Hosea memakluminya, karena Erika berjanji menjenguknya di rumah setelah kondisi Kayla membaik."Pak Hosea jangan lupa diminum obat-obatnya untuk mengurangi rasa sakit, dan sementara ini Bapak harus benar-benar bedrest agar proses penyembuhan Bapak optimal."Hosea mengangguk saat dokter ortopedi memberikan beberapa wejangan sebelum meninggalkan ruang perawatan.Dan Kelvin, pria itu sama sekali tidak menampakkan diri setelah bertengkar dengan Toni. Bahkan Kelvin juga tidak menghubungi Deborah maupun kedua anaknya.Itu semua ulah
Begitu sampai di depan kamar Hosea, Erika melihat Deborah yang sedang membawa sebuah kantung plastik bening berisi makanan dan minuman.Wajah wanita paruh baya itu tampak lelah, namun tersenyum lebar saat melihat kedatangan Erika."Erika, kamu datang lagi? Wah, Kayla juga ikut?" sapa Deborah sembari membuka handle pintu"Iya, Tante. Ini aku bawakan sup tofu telur untuk Mas Hosea," ucap Erika sembari mengangkat rantang stainlees itu."Kebetulan sekali, Hosea baru saja bangun dan mengeluh bosan dengan makanan rumah sakit. Masuk, Er. Dia pasti senang sekali melihat kalian," ucap Deborah yang berjalan mendahului Erika.Saat Erika melangkah masuk, dia melihat Hosea sedang duduk bersandar di ranjang, matanya menatap ke arah jendela. Begitu menyadari kehadiran Erika, wajah Hosea seketika cerah."Erika ...," panggil Hosea pelan. Matanya kemudian beralih ke bayi di gendongan Erika. "Kamu bawa Kayla?"Erika mendekat dan duduk di kursi samping ranjang. "Iya, Mas. Aku lihat kemarin dia senang saa
Saat tiba di rumah Dita, Erika melihat kondisi sahabatnya yang jauh lebih baik. Wajah Dita mulai merona, tidak sepucat kemarin."Kamu bawa Kayla, Erika? Cepat tidurin di kasur, dia pasti cape," ucap Dita."Nanti Kayla berantakin kasurmu," sahut Erika yang merasa tak enak.Dita tak mau menerima alasan Erika tentu tak mau mengalah. "Kalau berantakan 'kan bisa dibereskan, tapi kalau Kayla capek terus sakit, kamu yang repot." Akhirnya Erika membuka gendongannya dan meletakkan Kayla ke atas kasur, bayi itu masih tegak duduk sembari memindai ruangan yang baru pertama kali dia lihat.Baik Erika maupun Dita langsung tertawa pelan saat melihat tingkah lucu Kayla."Er. Kayla pintar banget, nggak nangis meski kamu sering bawa pergi. Dan yang terpenting ... Kayla itu cantik dan menggemaskan," ucap Dita setelah terdiam beberapa saat."Terima kasih, Dit. Oh iya, apa kamu mau makan sekarang?" tanya Erika."Tentu saja mau dong," jawab Dita antusias.Erika segera membuka salah satu rantang dan mengu
Di sepanjang perjalanan pulang, pikiran Erika berkecamuk. Siapa pria itu sebenarnya? Kenapa dia begitu tenang meski tahu Erika adalah istri Gerry?Dan yang terpenting, dia harus segera menunjukkan foto-foto ini kepada Hosea ketika dia menjenguk pria itu besok.Sesampainya di rumah, Erika melihat Toni yang baru pulang dari pabrik percetakan sedang meminum kopi sembari memakan gorengan.Rasa bersalah menyeruak dalam hati Erika, sebab dia belum merealisasikan janjinya untuk membantu Toni."Kamu dari mana, Er?" tanya Toni."Aku dari rumah Dita, Pah. Dia sakit tipes," jawab Erika.Toni menghela napas panjang sebelum berbicara kepada putrinya. "Pasti Dita merasa kehilangan sekali. Ah iya, tadi Mama bilang kalau Hosea sudah sadar.""Iya, Pah. Syukurlah Mas Hosea sudah sadar tadi pagi," jawab Erika sembari meletakkan tasnya di atas meja makan, lalu duduk di samping ayahnya.Toni mengangguk, wajahnya yang tampak lelah karena seharian di pabrik percetakan sedikit melunak. "Syukurlah. Kalau Ho







