Share

5. Reuni teman lama

Kesibukan memang selalu bisa jadi bahan pelampiasan terbaik. Ketika detik-detik dirasa mencekik, kesibukan mampu membuatmu melupakan semua, bernapas tanpa sadar atau sekedar objek untuk membunuh masa, bagi sebagian orang jarum jam rasanya tak lagi punya guna. Karena yang ada, tanpa mengetahui kapan menit berganti tau-tau hari sudah hampir habis.

Jasmine sedikit lega.

Sibuk memang melelahkan, namun ia bersyukur karena lelahnya justru mampu menjelma jadi selimut hati. Melindungi agar tetap hangat, menjaga agar hatinya senantiasa tidur setiap lelah datang selepas pekerjaan selesai.

Ia jadi tidak mempunyai waktu untuk berpikir yang tidak perlu. Karena tiap ia punya waktu luang untuk melamun, entah dari mana asalnya satu nama selalu hadir di pikiran. Dan itu mengganggu.

Pagi ini pukul sepuluh lebih tiga puluh menit Jasmine sampai di kantor agensinya. Berdasarkan jadwal yang dikirim Yeni- manajer pribadi Jasmine, lewat email, hari ini Jasmine harus menghadiri beberapa rapat bersama staf, setelah selesai ia langsung menuju practice room untuk shooting variety show pribadi yang diunggah lewat MeTube. Dan setelah itu, Jasmine akan langsung pulang, mandi, tertidur hingga pagi datang membawa setumpuk aktifitas melelahkan.

Jasmine berjalan dengan tempo sedang, di sampingnya ada Yeni dan dua orang manager lainnya, empat orang bodyguard terbagi menjadi dua di depan dan belakang, memastikan artis mereka aman dalam perlindungan.

Di sepanjang langkah Jasmine kebanyakan menatap bawah, sesekali mendongak guna melihat keadaan sekitar. Masih sepagi ini namun kantor agensi sudah cukup banyak orang. Meski wanita dengan setelan baju santai itu sudah empat tahun mengarungi dunia hiburan ia masih suka menyembunyikan tatapan kalau banyak mata memperhatikan.

Jasmine menurunkan ponsel dari telinga, baru saja mengakhiri panggilan suara dengan Nayla-salah satu teman seprofesi Jasmine, Nay mengadakan pesta ulang tahun minggu depan, pesta yang benar-benar pesta, dan Jasmine mendapat undangan untuk hadir diselipi ancaman akan didiamkan jika dia beralasan tidak hadir.

Karena biasanya, Jasmine memang tidak memenuhi undangan pesta.

Tentu saja pesta itu tertutup, tidak akan ada kamera, dan sebagian besar undangan merupakan sesama artis. Tetapi, Jasmine kurang suka sebuah perayaan.

"Lihat ke depan," suara Yeni membuat Jasmine mendongak. Sepasang lensa coklat gadis itu menangkap sebuah pawakan tubuh familiar yang tengah berjalan kearahnya. "Yang tampan tinggi itu CEO Victory corp, perusahaan yang sudah kamu tolak tawaran kerjasamanya,"

Jasmine masih menatap ke arah pria tinggi itu. Ia mengukir senyum tipis ketika pribadi jangkung itu melempar segenap senyum tulus padanya, sampai terlihat dimple di pipi sebelah kiri, entah apa arti senyumnya, namun yang Jasmine tau senyum yang berasal dari orang itu selalu bermakna positif.

Hingga jarak lelaki itu sudah terbilang dekat, pria dengan rambut dicat Blonde itu dengan akrab menyapa.

"Hai, it's been long time, Jasmine," sapa si suara husky, pria itu juga menyapa Yeni.

Jasmine tersenyum lebih lebar. Menyatukan tangan di depan tubuh lalu menunduk sopan. "Glad to see you again, sir."

Pria yang pernah mengajarkan pelajaran bahasa semasa SMA itu juga merupakan kakak Arjuan.

Jasmine bahkan hampir mengira Namu Tanutama trainee baru karena rambutnya diwarnai. Yah, tentu saja, pekerja kantoran tidak selalu berambut hitam, kan?

"Bagaimana kabarmu?" tanya Namu dengan akrab.

Jasmine menjawab. "Great. How about you? Anda masih mengajar?"

Namu tampak berpikir sebentar. "I have some problems, but that's oke. Perusahaan ayahku terus-terusan memanggil jadi aku terpaksa berhenti menjadi guru."

Jasmine memajukan dagu mendengar penuturan Namu.

"Perusahaan yang Anda pimpin menjadi lebih maju, dan itu terdengar hebat," balas Jasmine tanpa menyembunyikan kekaguman.

Mendengar itu Namu terkekeh. "Tentu, terima kasih pujiannya."

"Kamu juga aktris yang mengagumkan, maka dari itu aku ingin kamu jadi model perusahaanku," ujar Namu kemudian.

Jasmine mengerjap dua kali.

Jasmine tentu saja tau Victory corp yang sejak tiga bulan lalu mengirim tawaran kontrak kerja padanya itu dipimpin oleh Namu, dan Arjuan juga menjabat sebagai direktur. Karena alasan itulah ia kekeh menolak.

Arjuan ingin mereka jadi orang asing.

Dan Jasmine tak ingin berpura-pura tidak kenal saat ia tau peluang bertemu dengan Arjuan akan besar jika menjadi model perusahaan mereka.

"Maaf, sir," sesal Jasmine dengan nada menyesal namun dibuat dengan sebiasa mungkin.

Dan itu berhasil mengundang senyum maklum di bibir Namu hadir. Meski pria tiga puluh tahun itu tidak mengerti juga kenapa Jasmine bisa menolak tawaran dengan segudang benefit darinya. "Tak apa, kita boleh saling kenal tetapi bisnis tetaplah bisnis, bukan?"

Jasmine tersenyum sekilas.

"Tapi, kalau boleh tau, kenapa tawarannya selalu ditolak? Kita bisa diskusikan kalau memang ada point yang terlalu memberatkan, atau mau mengajukan syarat tambahan? Kami bisa pertimbangkan."

Jasmine tidak mungkin berbicara dengan gamblang bahwa alasannya menolak adalah tak lain tak bukan karena Arjuan. Namun, ia juga tak ingin menambah kesalahpahaman yang bisa membuat namanya lebih buruk lagi.

Namu juga bukan tipe orang yang suka menghakimi semaunya. Jadi Jasmine pikir Namu bisa menerima itu.

Jasmin mengangkat satu ujung bibirnya. "Saya menerima sebuah permintaan dari seseorang, dan tekait permintaan itu, dengan sangat berat hati saya harus menolak tawaran kerja perusahaan Anda, sir."

Tidak sampai tiga detik Namu sudah menjawab. "Adikku?"

Jasmine tidak membenarkan ataupun menyangkal. Tetapi dari diamnya Jasmine, Namu tau tebakannya barusan memang sesuatu yang benar.

Masalah dua remaja itu dulu memang sudah sepantasnya dibereskan, namun Namu pikir tidak benar kalau permusuhan mantan siswi teladan dengan adiknya itu sampai membawa dampak negatif pada profesionalisme terhadap pekerjaan.

Mereka masih saja sama-sama diam, sebelum Yeni membisikan kalimat bahwa Jasmine harus segera bergegas untuk mengikuti rapat.

Namu berdehem. "Adikku memang sudah tua, tapi dia masih seperti remaja labil. Tawaran itu masih berlaku, Je. Kami tunggu kabar baik dari manajemenmu."

Jasmine tidak bisa tidak tersenyum.

Benar bukan, Namu memang dewasa. Pria itu bahkan tidak langsung menyalahkan Arjuan ataupun Jasmine, tidak juga memberikan wejangan sok mengerti, sebaliknya, dia cuma diam dan mencoba menerima.

Namun sepertinya Jasmine lebih memilih menolak lagi, dengan alasan yang cukup masuk akal, memberitahu bahwa tidak akan pernah ada kabar baik yang akan datang kepada Namu.

"Baru-baru ini saya juga baru tau kalau nama saya dibanned dari internet rumah keluarga Tanutama," sambung Jasmine lagi, kali ini gadis itu tidak tersenyum, namun tidak ada raut sinis di wajahnya.

Perkataan yang berhasil membuat mata Namu membola. Mulutnya sedikit terbuka, mungkin ingin menyangkal, namun yang ada, Namu malah cuma diam mendengarkan.

"Saya pikir akan sangat tidak nyaman jika saya menerima tawaran itu, saya juga tidak ingin membuat kalian tidak nyaman dengan kehadiran saya, jadi, maaf, sir."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status