Share

4. Putrinya

Author: Esteifa
last update Last Updated: 2022-07-28 18:47:49

"Lo tahu?!"

Kejutan datang bertubi-tubi.

Bahkan saat hari libur di mana teman-teman Jasmine ingin mampir untuk sekedar bertemu, Jasmine harus menikmati rasanya terkejut lagi.

Rosa, dia datang dengan anak kecil yang beberapa bulan lalu Jasmine lihat. Dan Jasmine tidak punya kuasa untuk tidak terkejut.

Sebenarnya Jasmine yang selalu menghindar kalau teman-temannya mulai membahas pembicaraan mengenai Arjuan, jadi Jasmine tidak bisa menyalahkan Rosa.

Jasmine mengangguk menjawab pekikan Rosa, tentu saja, ingatannya kembali melayang pada Arjuan tiga bulan lalu waktu pria itu mengenalkan Kei sebagai anaknya. Dadanya tiba-tiba sesak. Si brengsek itu berani-beraninya membuat Jasmine jatuh cinta, dan malah bersikap tanpa dosa menghasilkan buntalan lucu seperti Kei bersama wanita lain.

Dan jawaban untuk pertanyaan 'kenapa Kei bisa bersama Rosa?' adalah Jimmy. Rosa menjalin hubungan dengan sahabat karib Arjuan.

"Kapan? Kenapa lo gak bilang kalo kalian udah ketemu?" tanya Rosa, tak bisa menutupi rasa terkejut.

Jasmine mengusap rambut halus gadis kecil yang ada , Kei sedang fokus menonton kartun bus berwarna biru.

"Tiga bulan yang lalu. Udah nggak penting," balas Jasmine. Tidak terlalu ingin mengingat memori beberapa bulan lalu.

"Ketemuannya atau orangnya?" tanya Rosa lagi.

"Dua-duanya."

Mata Rosa terbelalak, sedikit tak terima kalau Arjuan yang tampan dianggap tidak penting. "Mantan seksi dibilang nggak penting. Arjuan itu ibaratnya duda hot yang sekarang lagi booming di novel-novel. Kalo gue jadi elo, Je, udah gue sikat."

Jasmine mengangguk. Mengakui. Lagipula setelah enam tahun tidak mungkin seseorang akan terus sama.

"Seksi sih, tapi udah ada buntutnya."

Pun hati Arjuan pasti sudah berubah.

Rosa meringis. Ia kemudian menghembuskan napas, mengingat sesuatu, dibanding orang lain, Rosa paling tau apa yang menjadi kelemahan sahabatnya ini.

"Je, Lo betulan udah nggak punya rasa ke Juan, kan?" tanya Rosa hati-hati, lensa hitamnya berpendar sedih. "Gue takut lo patah hati."

Jasmie mendesah singkat, dielusnya lagi rambut Kei. "Udah patah."

Sebelumnya. Mereka tidak pernah membahas Arjuan ataupun menyebutkan nama mantan kekasih Jasmine saat SMA itu. Karena bukan masalah sepele. Meski terlihat baik-baik saja, Rosa sebagai sahabat mengerti kalau Jasmine masih menyimpan rasa dan mempunyai perasaan bersalah kepada masa lalunya.

"Wah! Aunty Jasmine ada di televisi," pekik Kei tiba-tiba dengan mata berbinar-binar sambil menunjuk televisi.

Kening Jasmine mengerut, namun bibirnya tak urung hadir senyuman melihat reaksi polos Kei. Sepertinya Arjuan jarang mengijinkan Kei menonton televisi.

"Kei jarang nonton tv, ya?"

Kei menggeleng pelan, matanya berkedip dua kali. "Kei suka menonton, tapi tidak melihat aunty Jasmine muncul."

"Oh ya? Kok bisa yah, aneh sekali, biasanya aunty Je muncul di televisi setiap sepuluh menit sekali."

"Aunty model ya?"

Kali ini Rosa yang menyahut. Mengambil satu bulatan cookies lalu dimasukan ke mulut. "Aunty Jasmine itu penyanyi, sayang."

"Wah, keren. Tapi kok Kei tidak tau."

"Masa? Bukannya Kei suka menonton hi-5 di Mytube, music video aunty Je selalu jadi trending loh," balas Rosa seraya membuka kaleng soda, meneguk isinya perlahan.

"Kata Daddy tidak semua tontonan boleh Kei tonton, beberapa cuma boleh ditonton orang dewasa," kata Kei, bicaranya masih seperti anak empat tahun, "mungkin Kei boleh menonton aunty Je saat sudah dewasa."

Kei tidak pernah melihat diva kenamaan Indonesia seperti Jasmine Sahanaya di televisi atau internet rumahnya?

Apa cuma Jasmine yang menganggap kalau hal itu aneh?

Jadi nama Jasmine masuk ke dalam daftar hitam internet mereka?

Jasmine berdecak kagum. Lalu apa maksud sikap baik Arjuan waktu itu, jika dengan melihat wajahnya saja lelaki itu muak. Kenapa Arjuan memperlakukannya dengan baik?

Rasanya hati Jasmine sudah memar. Sakitnya agak lama bersarang. Ia ingin marah, namun teringat lagi. Jika Jasmine bisa marah hanya karena hal sekecil ini, seberapa besar marahnya Arjuan karena semua salahnya?

"Kalau begitu sekarang Kei mau dengar lagu aunty Jasmine apa enggak?"

Kei mengerjap lambat. "Memangnya boleh?" cicit Kei.

Sementara Kei sudah dipangku Rosa dan sekarang sedang fokus dengan ponsel pintar yang tengah memutar salah satu single hits miliknya, Jasmine masih setia membatu pada posisi semula. Memikirkan semuanya.

Tentang dulu, waktu itu, sekarang dan juga tentang masa yang akan datang.

Jasmine menoleh. Menatap Kei dengan hangat, sebelum wanita itu mendekat mengelus kembali rambut Kei dengan lembut, membuat si gadis kecil mendongak.

"Aunty Jasmine, cantik sekali," ucap Kei memuji dirinya di music video.

Jasmine tersenyum. Mengangguk. "Terima kasih, Kei lebih cantik. Kei, apa aunty boleh minta tolong sesuatu?"

Kei menatap bingung, Rosa juga terlihat menyirit tak paham. Menunggu kata apa yang akan jadi pinta Jasmine.

"Jangan bilang Papa kalau hari ini Kei bermain dengan aunty Jasmine, ya? Boleh?"

--

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kharem Nisya
berharap Kei anak dr kakak Juan...wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Me after him (Indonesia)   19

    Tidak sibuk? Kalau saja dua jam yang lalu Jasmine menjawab pertanyaan singkat itu dengan kata 'aku sibuk' ia tidak akan bersanding canggung bersama bunga-bunga yang gugur, melewati jalanan pinggiran kota sambil membawa kemelut di dada yang belum reda. Namun sayang, teman-temannya bersantai ia pergi. Mendukung kala pria berjas hitam meminta ijin tadi untuk membawanya sebentar. "Mau bicara apa?" Jasmine maju, kakinya berhenti melangkah. Bernaung di bawah pohon yang rindang. Dan tak lepas dari mata bagaimana gerakan halus Juan ketika pria itu berputar, menghadapnya. Netranya berbicara banyak kata, namun bibir besi lelaki itu tidak terbuka. Jasmine cukup paham ia tak akan mendapat jawaban setidaknya hingga lima menit ke depan, maka dari itu ia melanjutkan. "Atau kamu cuma mau membuat aku senang? Dengan mengajakku jalan bersama?" Masih. "Sebagai obat setelah apa yang kamu katakan kemarin." Jasmine mengulas lengkungan tipis. Yakin bahwa senyum tipisnya tak terlihat wanita cantik itu m

  • Me after him (Indonesia)   18

    18."Je?""Hm?"Lili menghela napas sabar. Melirik Suya di sebelahnya yang juga menatap penuh pengertian. "Sudah tiga kali."Sedari tadi, sejak pertama kali duduk di bangku kafe berbau kopi ini tiga kali sudah Lili memergoki sahabatnya kehilangan fokus. Tenggelam dalam pikiran. Menatap kosong pada satu arah."Milkshake-mu sudah mencair," Suya menunjuk satu gelas besar minuman berwarna merah muda. "Nah, temanku yang cantik, Gue sudah pernah bilang kalau bercerita merupakan step awal pengurangan stress bukan?"Jasmine tersenyum, kemudian menggeleng singkat, mengucek matanya lembut seperti sedang mengembalikan kesadaran. Memandang ke beberapa sudut kafe yang beberapa bulan lalu dikunjunginya."Apa ada hubungannya dengan si mantan pacar itu lagi?" Suya menebak curiga. Mengingat terakhir kali Jasmine berkonsultasi padanya membawa nama Juan.Suya ingin bertanya lebih. Namun urung ketika jemari tangannya digenggam oleh Lili, gadis jangkung berambut hitam sebahu itu menggeleng meminta ia untu

  • Me after him (Indonesia)   17

    17.Di ruang kamar berukuran sedang itu berputar musik klasik. Mengiringi sosok wanita cantik berbalut dress floral selutut dengan satu berita harian di tangannya. Meski wajah gadis kecil bersurai hitam legam itu disamarkan, ia bisa tahu dengan jelas."Putrimu?" Suara lelaki menggema di seluruh ruang.Si wanita berambut merah bergeming. Memandang koran yang menampilkan artikel tentang skandal percintaan artis muda, Tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang bicara, tak perlu menjawab karena diamnya sudah cukup mengatakan segalanya.Langkah kaki mendekat, berhenti dua langkah dari pribadi bersurai merah disisi kanan. Menyerahkan satu lembar kertas foto. Menampakkan dua insan yang berciuman."Mereka jadi lebih dekat. Ayah dari anakmu, dan Jasmine." Lelaki bertubuh tinggi itu melaporkan. "Kamu mau apa sekarang, Irish?"Hal yang sebenarnya sudah dibayangkan sejak lama. Yang ia takutkan.Wanita yang dipanggil Irish itu mengangguk. "Melakukan yang harusnya kulakukan sejak awal."———"Masih sam

  • Me after him (Indonesia)   16.

    "Debar jantungmu jadi satu-satunya alasan mengapa aku mau bertahan." -Jasmine Sahanaya. — Tidurnya terusik. Mimpi siang hari yang baru saja dirajutnya beberapa menit menit tiba-tiba buyar entah ke mana, bersamaan dengan sapuan lembut pada puncak kepala, membawa separuh sadar, namun enggan menyikap kelopak mata. Jasmine mengerang. Kali ini karena sebuah bulatan keras menyusup ke ceruk lehernya. "Aunty Je, lelah sekali ya?" Waktu itu Jasmine tersenyum. Tak ada niatan membuka mata sedikit pun. Ia benar-benar lelah dan membutuhkan tidur berkualitas, namun anak orang yang amat lucu ini mengusik dengan cara yang amat menggemaskan sepanjang dunia. Jasmine memeluk Kei erat, membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangat, agar ikut tertidur. Tidak memikirkan bagaimana cara anak empat tahun ini bisa sampai ke ruang tunggu sebuah stasiun televisi. Yang tentunya bukan tempat yang bisa dikunjungi orang sesuka hati. Jasmine mendusel kepala, menghirup aroma khas bayi milik Kei hingga gadis

  • Me after him (Indonesia)   15. Teman

    —— "Presdir Namu yang menawarkannya padaku." Jasmine menjeda kalimat, sembari menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinga. "Dia bilang aku boleh mengubah poin-poin jika keberatan dan menambah beberapa jika memang dibutuhkan." Gadis berbalut mantel bulu berwarna abu-abu muda, berambut coklat tergerai yang wajahnya berhias make up tipis natural itu memindahkan tatapan mata dari cangkir kopi yang mengepul pada pribadi rupawan di kursi depan. Yang ternyata sama. Pria dewasa itu menatapnya juga. Dengan mata yang masih tajam seperti terakhir kali. Jasmine tidak tahu. Apa yang membuat pancaran mata Juan terasa begitu mengintimidasi ketika mereka bertatap muka, juga tentang bagaimana atmosfer dalam ruang rasanya berganti amat drastis jika mereka bersama. Arjuan mengangkat tangan, melirik arloji yang ternyata sudah hampir jam makan siang. Kafe mulai terisi orang-orang baru, yang tentunya tidak akan nyaman berbincang dengan artis besar di tempat ramai. Jadi ia memutuskan untuk seg

  • Me after him (Indonesia)   14. Dia hanya marah

    -Selimut hitam pekat itu tersikap setelah matahari merajai bumi.Kicau burung gereja di ranting pohon tak lagi terdengar. Alarm yang disetel pukul lima tak lagi ada bunyinya, Jasmine lupa melempar benda itu ke arah mana. Bahkan setelah segar menyiram diri dengan air dingin, rasanya Jasmine enggan keluar kamar untuk sarapan.Dengan gulungan handuk putih di kepala serta kaos hitam dan celana selutut Jasmine menyandarkan diri ke kepala ranjang. Meraih ponsel di nakas, mengabaikan ratusan notifikasi yang datang dan memilih mengetik sebuah pesan pada Yuni- managernya. Setelah itu ia melepas handuk di kepala, membiarkan rambut setengah basah agar kering sendiri lalu keluar kamar, pergi ke dapur guna membakar dua potong roti untuk sarapan, walau sudah terlalu lambat untuk itu. "Lo ini sakit atau memang gila, sih?"Jasmine terlonjak. Roti bakar berlapis nutella yang baru ia makan segigit itu terhempas ke atas meja dapur. Memandang dengan mata terbelalak sosok berkaos hitam yang tengah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status