Share

Bab 3#awal mula

Bab 3

Fasha yang mengetahui minuman itu tumpah. Iapun terkejut dan melihat celana pemuda itu yang basah.  Fasha tampak panik sesegera mungkin ia menggambil tisu lalu memberikanya kepada pemuda itu. Lalu ia menghadap ke wajah pemuda itu tanpa mengatakan sepatah katapun, ia malah terpaku menatap wajah Rakha. Zaskia yang tadinya berada di belakang Keivan, langsung menghampiri Fasha dan menariknya ke depan toilet.

"Far, ikut gue," katanya sambil pergi dengan membungkukan sedikit badan kepada semua orang, sedangkan Fasha masih melongo karena belum paham dengan semuanya.

"Kok rame banget di depan? Altos rekrut anak baru?" tanya Fasha yang keningnya sedikit mengerut. Lalu sesekali melihat ke kumpulan anak Warlocks.

"Far, lo tau ngak sih dia itu siapa? Lo kok bisa ceroboh gitu si!" Nada Zaskia terdengar sedikit marah, dengan sesekali mengeram kesal dan menahanya dengan rahang giginya.

"Emang siapa si? Kok kayak orang penting gitu? Lagian santai aja kali, gue kan juga ngak sengaja." Fasha menjawab dengan santai tanpa ikut khawatir seperti apa yang di rasakan Zaskia.

"Astagaa, lo beneran ngak tau siapa dia, Far?" tanya Zaskia geli karena melihat reaksi wajah Fasha.

"I-yaa, gue ngak tau dia siapa!" tegas Fasha ulang yang jawabanya itu makin membuat Zaskia geli sendiri.

"Ssssstt ... arghhh, Far lo dengerin gue! Dia itu Rakha, ketua geng Warlocks yang terkenal tampan sama galak itu," ucap Zaskia yang menjelaskan sambil melirik ke Rakha yang sedang nenbersihkan celananya dengan tisu.

"Ooo ... jadi dia Rakha yang katanya tampan itu?" tanya Fasha dengan sedikit menunjukan reaksi terkejut.

"Iya ... astaga." Nada Zaskia terdengar kesal karena Fasha  mengeluarkan kata itu.

"Ngak terlalu tampan juga sii," ucap Fasha yang memperhatikan dengan seksama tubuh Rakha itu.

"Udah lah. Seterah lo, emang lo paling bisa ya tenang dalam situasi danger kek gini. Sekarang gue saranin lo minta maaf deh sama dia, biar dia ngak dendam sama lo," pinta Zaskia sambil memegang kedua tangan mungil Fasha itu.

"Iyy-a deh, iya," ujarnya lalu meletakkan kembali kedua tangan Zaskia itu kesamping tubuhnya lagi.

"Ok ... yok sekarang aja minta maafnya." Zaskiapun menarik tangan Fasha untuk kembali ke kerumunan itu. 

Namun, Fasha membuka tasnya dan menyadari kalau di tasnya tidak ada ponselnya. Iapun melapskan pegangan tangan Zaskia, lalu mengecek di semua kantong celananya.

"Lo kenapa? Kok keknya kebingungan gitu? Ada yang hilang?" tanya Zaskia yang juga ikut kebingungan melihat tingkah sahabatnya itu.

"Iya, nih. Kok handphone gue ngak ada ya? Apa ketinggalan di toilet ya?" tuturnya yang masih kebingungan mencari dimana letak ponselnya itu.

"Astaga, Far ... Far, lo kok ceroboh banget sih!"

"Yaudah. Lo duluan aja, nanti gue susul."

"Oke, nanti lo langsung aja minta maaf ya," tegas Zaskia kembali mengingatkan Fasha.

"Iya ... iya, bawel lo," cetus Fasha yang memandangi kepergian Zaskia. Dan ia langsung masuk kembali ke toilet untuk melihat ponselnya.

"Guys ... gue ke toilet bentar, ya," seru Rakha lalu berdiri dan langsung berjalan ke arah toilet.

"Iya," balas Keivan dengan hormat.

Di perjalanan Rakha berpapasan dengan Zaskia. Zaskiapun terlihat tersenyum kecil dan membungkukan badanya sedikit kepada Rakha. Senyuman itupun hanya di pandangi oleh Rakha, tapi Rakha tak membalas senyuman itu.

'dihh ... emang dingin ya tu cowo, mending ngak usah gue senyumin tadi,' ucap batin Zaskia yang mengerutu.

"Kok lama banget sih sayang? Trus Fasha mana?" tanya Keivan saat Zaskia telah kembali duduk di belakangnya.

"Dia lagi nyari handphone nya di toilet," bisik Zaskia menutup mulutnya dengan telapak tanganya.

"Guys gue susul Rakha dulu ya," ucap Azka lalu berdiri pergi menghampiri Rakha ke toilet.

"Huh ... untung ada, kalo ngak ... arghhh." Suara Fasha yang sedang mengerutu kesal sendiri dengan ponselnya.

"Kaa ... tungguin gue," sorak Azka dari belakang, laku nelihat Rakha yang berhenti berjalan.

"Lo ngapain? Mau ke toilet juga?" tanya Rakha.

"Iya ... gue mau ikut lo, Bos," tuturnya dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

"Ngak perlu juga kali, emang gue anak kecil apa!" tegas Rakha yang menatap Azka dengan mata yang sedikit disipitkan.

"Ya ...," ucapnya kebingungan dengan mengaruk kepalanya. 

"Ehh, bntar deh! Perasaan gue pernah denger nama Rakha anggota Warlocks deh. Hmm, tapi gue denger dimana ya," katanya sambil memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan nama Rakha.

***

"Huh ...lama banget sih jemputnya! Panas tau ngak sih! Mending tadi gue naik motor, dari pada mesen-mesen taksi online gini," protes Fasha yang sedang berdiri di depan sekolahnya sambil sesekali melirik ke kanan kiri.

Tak lama kemudian, terlihat beberapa orang mengendarai motor sport dengan ugal-ugalan. Iapun lewat di depan Fasha dengan kebut. Dan sialnya lagi, di depan Fasha ada genangan air hujan. 

Blusssshhh ...

"Astaga baju gue basah, ehh lo ngak liat apa disini ada orang masih aja ngebut lo! Ngada otak ya lo!" murkanya kepada pengendara tadi yang tidak berhenti untuk meminta maaf, namun malah pergi dan meneriaki suatu hal.

"Apa lo, gue Rakha anak Warlocks," teriaknya dari kejauhan yang di dengar samar oleh Fasha.

"Liat aja ya lo. Suatu saat gue dengar nama lo lagi, bakalan gue tampar lo!" cetusnya dengan kesal, namun pemuda itu tak mempedulikan dan melanjutkan perjalananya.

***

"Ohh, ingat gue. Diakan yang waktu itu nyipratin becek ke baju gue.  Nahkan ketemu lo sama gue, awass abis lo sama gue ya," cetusnya dengan kesal.

Fashapun keluar dari toilet, dan kebetulan ia melihat Rakha yang sedang berbicara dengan Azka.

"Ooh, disini lo rupanya. Kebetulan banget."

Fashapun menghampiri Rakha dan Azka. Sesampainya Fasha di hadapan Rakha, iapun menampar pipi mulus dan putih lembut Rakha itu.

Plakk ....

Sontak Rakha terkejut dan memegang bekas tamparan Fasha yang berdamage itu. Azka yang melihat kejadian itu, iapun menganga dengan mata membesar karena terkejut dengan Fasha yang berani melakukan itu kepada Rakha. Sedangkan sebelumnya, tidak ada satupun cewe yang berani menegang apalagi menampar Rakha.

"Dasar ya lo. Emang lo bikin rusuh doang biasanya, itu balasan buat lo, karena waktu itu lo juga nyimpratin becek ke baju gue." Nada suara Fasha yang terdengar ganas, setiap kata mendarat di telinga Rakha dengan kesal.

"Ehh cewe aneh. Lo itu yang bikin rusuh! Lo yang numpahin minuman tadi ke celana gue, dan sekarang lo juga yang nampar gue? Lo ngak sih yang bikin rusuh," bentak Rakha dengan nada sedang.

"Ehh lo. Gue yang waktu itu korban ugal-ugalan lo." Nada Fasha terdengar semakin tinggi.

"Hah? Siapa juga yang ugal-ugalan, dan siapa juga yang nyipratin becek ke baju lo," tegas Rakha yang semakin memaksa mundur badan Fasha.

Azka hanya terdiam menyaksikan perdebatan itu, tampa sedikitpun kata yang keluar dari mulutnya.

"Ehh, ngapain lo, mundur!" hardik Fasha, namun tak di dengarkan oleh Rakha yang semakin mendesaknya mundur mendekati dinding.

Kini badan Fasha telah mencapai batas akhir luas cafe itu. Wajah tampan Rakha semakin jelas di benak Fasha. Fasha tampak risih lalu mendorong tubuh pria tampan itu dengan kasar, lalu pergi meninggalkan toilet.

"Dasar ... mesum lo!" soraknya sebelum pergi.

Setelah Fasha pergi. Rakha masih saja memandanginya, dan tak lama kemudian, Azka berjalan menuju Rakha yang masih terkejut kagum.

"Anjirr, lo keren banget tadi, Ka. Sumpah gue ngak boong. Lo beneran mau nyium tuh cewe?" tanya Azka dengan sedikit tertawa saat menyebut kata 'cium'.

"Gila lo. Gue cuman gertak dia aja, tapi secara halus. Gue ngak mau ada cewe yang sakit hati karena kata-kata gue. Mangkanya gue deketin wajah gue ke dia supaya dia pergi!" jelas Rakha yang masih memandangi kepergian Fasha

"Anjirr ... lo bener-bener keren, parah sih sumpah. Ehh, ngomong-ngomong cewe tadi cantik juga yakan?" ujar Azka yang tampak menggoda Rakha.

"Apaansi ... lo ngomong lagi gue tonjok mulut lo," tegas Rakha lalu pergi meninggalkan Azka masuk kedalam toilet.

"Bos ... bos, gue serius."

Fasha telah kembali ke sisi teman-temanya. Wajahnya yang masih kesal dengan sikap Rakha tadi, nengundang kecurigaan Reisa.

"Lo kenapa, Far? Kok keknya lo lagi kesal gitu? Duit lo di curi tuyul?" bisik Reisa yang diiringi dengan sedikit candaan.

"Apaansi lo ... udah lah gue ngak mau bahas." Suara Fasha terdengar jutek, yang membuat Reisa berhenti bertanya dan memandangi Fasha.

Mereka semua berkumpul di parkiran dan hendak pulang ke rumah masing-masing, memang hawa dingin sudah menusuk ke kulitnya. 

"Gue sekalu ketua Warlocks mewakili anggota gue Reza untuk mendapatkan keadilan. Jadi, gue minta sama lo secepatnya cari pelakunya. Jika dia anggota lo! Gue ngak bakalan segan-segan ngehajar balik," tegas Rakha menatap ke Keivan.

"Oke! Gue bakalan penuhin janji gue. Secepatnya gue bakalan kasih kabar ke lo," balas Keivan.

"Ok."

Merekapun berpelukan satu sama lain, yang menandakan hubungan baik. Setelah berpelukan, merekapun menaiki motornya masing masing, seperti tadinya. Mereka pulang dengan boncengan masing-masing.

Fashapun diantar pulang oleh Rafif. Tapi, Fasha menolak untuk diantarkan sampai depan rumah. Karena, ia takut orang tuanya akan marah kepada Rafif.

"Lo yakin, sampai sini doang, Far?" tanya Rafif lalu membantu Fasha membuka helmnya.

"Iya, gpp sampai sini aja. Btw, makasih ya udah anterin gue pulang," ujarnya sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

"Iya, sama-sama. Yaudah, gue cabut dulu ya."

"Iya, hati-hati ya."

Setelah melihat Rafif yang sudah jauh. Fashapun kembali melanjutkan perjalanan ke rumah. Sesampainya di rumah, ia mengendap-endap masuk dengan maksud agar tidak ketahuan. Ternyata orang tua Fasha sudah menunggu Fasha dari tadi di Ruang tamu.

"Mahh ... Pah ...," sapanya dengan sedikit cengingiran.

"Assalamualaikum," tegas papanya yang terlihat menunjukan raut wajah datar.

"Ehh, Assalamualaikum, Mah ... Pah."

"Kamu dari mana Fasha? Kok baru pulang jam segini?" tanya papanya

"Tadi ...," ucapannya pun terpotong

Plakkk ....

"Kamu itu anak perempuan, masih di bawah umur udah pulang malam-malam begini. Mau jadi anak apa kamu?" tanya mamanya dengan tempramen tinggi sesekali menunjukan jari telunjuknya ke depan Fasha.

Rasha yang tak tega dengan adiknya itu, lalu ia mencoba menenangkan uminya. 

"Umii, sabar mii, sabar."

"Kalau kamu kenapa-kenapa di luar sana gimana? Siapa yang susah? Kamu ngak pernah mikirin hal itu kan!" ucap mamahnya yang semakin marah.

Papanya hanya diam terpaku. Ia tak tau harus berbuat apa. Di satu sisi Fasha emang salah, tapi di sisi lain Fasha adalah anaknya.

"Kamu memang ngak pernah peduli sama yang lain. Yang kamu pikirin diri kamu sendiri, egois kamu tu tau ngak!" Bentak mamahnya.

Fasha yang tak tahan dengan situasi ini, ia lebih memilih kabur dan langsung masuk ke kamar. Sesampainya di kamar, ia menangis sambil memegangi tamparan yang mendarat di wajahnya tadi.

"Kalian yang egois. Kalian ngak pernah ngerti perasaan gue." Suara Fasha terdengar sendu. Ia tak dapat menahan bendungan air mata yang serasanya mau pecah. Bulir air mengalir begitu cepat membasahi pipinya

Treng ... treng ....

Suara motor Rakha terdengar jelas oleh satpam. Satpampun keluar dari pos untuk menyambut Rakha.

"Ehh, den Rakha sudah pulang."

"Iya, pak. Saya masuk dulu ya, pak. Biasa pak, si Kyzn tolong masukin ya pak," ujar Rakha sambil mengelus motornya itu.

"Ooo, tenang den. Siap mah kalau itu," balas satpam lalu mendorong motor Rakha masuk ke garasi.

"Bi ... Bi," tutur Rakha sembari clingak-clinguk melihat keberadaan bibinya.

"Iya, den Rakha. Ada apa?" tanya bibi yang datang dari arah dapur.

"Mama sama Papa udah pulang bii?"

"Belum, den. Kata nyonya dia ada sesi pemotretan di Bandung selama seminggu. Jadi ngak pulang. Trus, kalau Tuan katanya ada bisnis sama temanya di Bogor dan ngak pulang beberapa hari juga."

"Oo. Yaudah bii, Rakha masuk ke kamar dulu, ya." Rakha lalu pergi meninggalkan bibinya. 

Dikamar ia telah selesai membersihkan dirinya. Iapun duduk di depan Ps game untuk bermain. Namun saat ia melihat karakter game. Ia membayangnya wajah Fasha yang terngiang-ngiang di benaknya.

"Huh ... gila! Ngapain gue mikirin tuh cewe," ucapnya lalu mengapit kepalanya dengan mata yang membulat besar seakan seperti melihat hantu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status