Share

Bab 1

Author: Queen Tere
last update Last Updated: 2022-12-02 18:49:19

17 tahun kemudian. Suasana rumah tampak ramai karena saat ini sedang diadakan pesta ulang tahun Marissa yang ke 17.

"Happy birthday to you…. Happy birthday.… Happy birthday.... Happy birthday to you…." Semua kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

"Make a wish, Nak," ujar Aurin.

Marissa menyatukan kedua tangannya dan merapalkan sebuah doa. Setelah itu, ia meniup lilin yang berada di atas kue ulang tahunnya. 

"Yeay." Terdengar sorakan dan tepuk tangan yang ditujukan untuk Marissa.

"Potongan pertama untuk Mama dan Papa," ucap Marissa seraya menyuapkan potongan kue ulang tahun kepada kedua orang tuanya.

Setelah acara tiup lilin dan potong kue, kini diadakan acara makan-makan dan hiburan. Ada penampilan dari sebuah band yang beranggotakan teman-teman sekolah Marissa yang bernama Carolina Band.

Acara berjalan dengan lancar dan seru walau hanya diadakan secara sederhana di dalam rumah. Apalagi ada Roy, pacar Marissa yang tentunya ikut hadir dalam acara ini.

Marissa dan Roy berdansa ria diiringi lagu yang dibawakan oleh Carolina Band. Satu jam berlalu, acara ulang tahun Marissa berakhir. Semua teman, kerabat, dan tetangganya yang hadir pun pulang.

Tersisa Marissa dan Roy yang duduk berdua di taman belakang rumah Marissa.

"Maaf, ya, aku ngasih kadonya telat. Sengaja aku kasih kado sekarang biar momennya lebih kerasa," celetuk Roy.

"Iya, gak papa. Aku malah lebih senang karena kerasa lebih romantis," sahut Marissa.

Roy melebarkan senyumnya lalu menyerahkannya sebuah paper bag kecil kepada Marissa.

"Dibuka," titah Roy.

Dengan perasaan senang, Marissa membuka paper bag pemberian Roy. Ternyata di dalamnya ada sebuah kotak perhiasan panjang berwarna merah.

Marissa membuka kotak tersebut dan terlihatlah kalung emas berbandul kupu-kupu yang sangat indah. 

"Mau aku pakaikan?" tawar Roy.

"Mau," sahut Marissa senang.

Roy pun mengambil kalung tersebut dan memakaikannya di leher Marissa. Marissa menunduk untuk melihat kalungnya lebih jelas. Ia tersenyum bahagia saat melihat betapa indahnya kalung tersebut.

"Cantik," puji Marissa.

"Iya, tapi lebih cantikan kamu," sahut Roy.

"Gombal." Marissa memutar bola matanya malas. Walaupun begitu, ia sangat senang mendengar pujian dari Roy.

"Fakta," ujar Roy.

"Iya deh."

"Kamu tetap cantik mau lagi kesal, marah, cemberut, cemburu. Kamu tetap cantiknya aku," cetus Roy.

"Stop, Roy. Aku geli dengernya," sahut Marissa yang membuat Roy terkekeh geli.

"Aku pamit pulang dulu, ya. Ayahku nyuruh aku pulang," ucap Roy.

"Iya, hati-hati."

Saat Roy baru saja akan melajukan motornya, tiba-tiba hujan datang. Roy pun langsung meneduh dan memakai jas hujan.

"Pulangnya tunggu hujan reda aja," usul Marissa.

"Nanti Ayahku telfon-telfon aku terus. Jadi aku pulang sekarang aja. Maaf, ya."

"Yaudah, hati-hati. Jangan ngebut, jalanan licin!"

"Siap, sayang!"

Roy pun melambaikan tangan yang dibalas lambaian tangan pula oleh Marissa. Lalu Roy melajukan motor ninjanya meninggalkan pekarangan rumah Marissa.

Saat Marissa akan masuk rumah, ekor matanya tak sengaja melihat seorang perempuan berjalan di bawah guyuran hujan. Marissa pun spontan menoleh untuk melihat lebih jelas lagi. Dirinya terkejut ketika menyadari bahwa yang ia lihat itu nyata. Ada seorang perempuan yang berjalan pelan di bawah guyuran air hujan.

Marissa pun mengambil payung dan segera menghampiri wanita itu. Saat ingin mengucapkan sebuah kalimat, Marissa terpaku ketika melihat wajah perempuan itu.

Wajah perempuan itu… sangat mirip dengannya. Marissa seperti bertemu dengan dirinya yang lain. Perempuan tersebut juga sama terkejutnya dengan Marissa. Mereka sama-sama terpaku dan saling menatap satu sama lain.

"Kamu… kenapa mirip sekali denganku?" ujar Marissa.

"K-kamu siapa?" Perempuan tersebut malah balik bertanya.

"Kenalkan, aku Marissa," ucap Marissa sambil mengulurkan tangan kanannya.

Dengan bergetar, perempuan itu menjabat tangan Marissa sambil berucap, "Aku Farissa."

"Wow, selain wajah kita yang mirip, nama kita juga mirip, ya," cetus Marissa.

Farissa hanya menanggapinya dengan senyum tipis.

"Kamu kenapa hujan-hujanan? Ayo neduh dulu di rumahku," tawar Marissa.

"Gak usah, aku di sini aja," tolak Farissa.

"Gak papa, nanti kamu sakit kalau kehujanan. Kamu duduk aja di kursi belakang rumahku kalau gak mau masuk rumahku."

Walaupun ragu, Farissa mengiakan tawaran Marissa. Marissa oun menggandeng tangan Farissa dan membawanya memasuki gerbang rumahnya menuju taman belakang rumahnya.

"Kamu duduk disini dulu, aku ambilkan minuman hangat dan baju ganti," ujar Marissa sambil memasuki rumahnya.

Farissa menyilangkan kedua tangannya di depan tubuhnya untuk menghangatkan diri. Ia mendongak untuk melihat langit. Ia refleks menutup mata ketika petir menyambar.

Tak lama kemudian, Marissa datang dengan segelas teh hangat dan pakaian di tangannya.

"Ini diminum dan ini ada pakaianku buat ganti pakaian kamu yang sudah basah," ucap Marissa.

"Tapi aku ganti baju dimana?"

"Disini aja, gak ada yang lihat, kok. Aku hadap belakang dan gak bakal ngintip kamu," ujar Marissa.

Farissa pun mengangguk dan menerima pakaian dari Marissa. Marissa lalu berbalik badan dan menunggu Farissa berganti pakaian.

"Sudah," ucap Farissa.

Marissa berbalik badan lagi dan melihat Farissa sudah selesai berganti pakaian.

"Cocok tapi bajuku kebesaran, ya? Maaf banget, tapi kenapa aku lihat kamu kurus banget," ujar Marissa.

Farissa menunduk, ia memilin kedua tangannya. "Aku…"

Marissa menunggu Farissa yang tak kunjung menyelesaikan perkataannya. "Kamu kenapa? Apa kamu lapar? Mau aku ambilkan makanan?"

"Mau mau!" sahut Farissa antusias.

"Sebentar, ya." Marissa meninggalkan Farissa untuk mengambil makanan.

Farissa mengedarkan pandangannya, menilik lebih jauh rumah Marissa yang sangat megah.

"Andai aku jadi Marissa, pasti hidupku tidak akan menderita," ucap Farissa dalam hati.

Tak lama kemudian, Marissa kembali dengan sebuah nampan di tangannya. Nampan tersebut berisi sup, dessert, kue, dan jus jeruk.

"Silahkan dimakan," ucap Marissa.

Farissa mengangguk lalu memakan makanan tersebut dengan sangat antusias. Marisaa terkekeh melihat Farissa yang makan dengan sangat lahap.

"Pelan-pelan makannya," tegur Marissa.

"Terima kasih banyak," ujar Farissa dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Sama-sama."

Marissa bermain ponsel sambil menunggu Farissa selesai makan. Farissa terlihat kagum dan ingin tahu tentang ponsel yang dipegang Marissa. Ia terus mengintip apa yang dilakukan Marissa dengan ponselnya.

Beberapa menit kemudian, Farissa sudah menyelesaikan kegiatan makannya. Ia bersendawa yang membuat Marissa terkekeh.

"Boleh aku tanya?" ucap Farissa gugup.

"Iya?"

"Benda yang kamu pegang itu apa?" tanya Farissa.

Marissa menunjukkan ponselnya. "Ini? Ini namanya ponsel."

Farissa mengangguk dengan mulut yang membentuk huruf o.

"Sekarang jam berapa?" tanya Farissa.

"Jam setengah sepuluh," jawab Marissa.

"Gawat, aku harus segera pulang," ucap Farissa panik

"Kenapa buru-buru?" tanya Marissa.

"Nanti paman aku marah," jawab Farissa.

Marissa pun mengantarkan Farissa sampai di pintu gerbang rumahnya. Farissa pun berpamitan dan melambaikan tangan kepada Marissa yang dibalas lambaian tangan pula oleh Marissa. Marissa pun memperhatikan Farissa berjalan sampai tidak terlihat lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 120

    "Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 119

    Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 118

    "Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 117

    Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 116

    Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 115

    "Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 114

    "Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 113

    Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 112

    TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status