Home / Romansa / Melahirkan Anak Kembar CEO Buta / Aku Yakin Pernah Bertemu Denganmu

Share

Aku Yakin Pernah Bertemu Denganmu

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2024-09-06 21:16:19

"Namanya Janice Velma. Umurnya 29 tahun dan dia bekerja di admin produksi. Status belum menikah dan pengalaman kerja sebelumnya di luar kota."

"Tidak ada informasi tentang kehidupan pribadinya tapi ... nama Janice Velma pernah terdaftar sebagai karyawan finance di Orion Group enam tahun yang lalu."

Mata Edgard pun membelalak mendengarnya. Orion Group adalah perusahaan milik keluarga Edgard yang masih berdiri sampai sekarang.

Namun, dalam beberapa tahun ini, Edgard mendirikan perusahaan baru yang tidak kalah sukses, Emerald Group.

"Di Orion? Dia pernah bekerja di Orion? Kau yakin itu Janice yang sama?"

"Hmm, namanya sama, Bos. Tapi fotonya ... tidak ada arsip."

Edgard mengeraskan rahangnya mendengar hal yang tidak ia sukai itu.

"Lalu dia keluar sendiri atau dipecat? Kau tahu kan kalau ada karyawan yang sudah keluar dari salah satu perusahaanku, maka aku tidak akan mengijinkan dia bekerja lagi di perusahaanku yang lain," seru Edgard tegas.

"Ah, iya, Bos. Pasti dia belum tahu kalau Orion dan Emerald sama-sama milikmu, Bos."

"Lalu mengapa dia keluar, Jefry?" ulang Edgard tidak sabar. "Apa dia punya catatan kriminal?"

"Eh, tidak ada catatan kriminal, Bos. Dia keluar sendiri. Dia baru bekerja satu bulan dan masih dalam masa training, tapi di datanya, Janice mengundurkan diri karena harus merawat ibunya yang sakit dan mereka pindah ke luar kota."

Edgard mendengarkan laporan itu dengan seksama lalu mencoba mengingat-ngingat.

"Karyawan finance ya? Pantas saja aku merasa familiar dengannya. Tapi tunggu ... dia bekerja hanya satu bulan dan masih dalam masa training?"

"Benar, Bos. Tapi ... kurasa kau tidak mungkin pernah melihatnya karena saat dia diterima, waktu itu bertepatan dengan saat kau mengalami kecelakaan, Bos. Aku juga merasa tidak pernah melihatnya. Memang setelah kau kecelakaan, kondisi perusahaan sempat agak kacau, karena itu, aku lebih banyak mengurusi urusan di luar kantor."

Edgard pun mengernyit dan mengamati surat lamaran kerja milik Janice yang sedang dipegangnya. Edgard membaca dengan seksama resume itu, namun tidak ada yang mencurigakan di sana.

"Dia tidak menuliskan pengalaman kerja di Orion di surat lamarannya."

"Mungkin karena dia masih training dan hanya satu bulan, Bos."

Edgard mengangguk lalu menutup berkas itu dan memandangi foto Janice.

Foto formal seorang wanita cantik yang sedang tersenyum manis. Tapi bukan! Bukan wajah cantiknya yang membuat Edgard berpikir keras, melainkan sesuatu yang lain. Entah mengapa Edgard begitu yakin pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya.

Edgard pun masih mengamati foto itu sampai suara Jefry kembali berbicara padanya.

"Dan info dari HRD, kemarin dia sempat bertanya sesuatu tentang mengundurkan diri dari sini, Bos."

Edgard menoleh cepat ke arah Jefry. "Mengundurkan diri? Bukankah kemarin hari pertamanya bekerja?"

"Ah, benar, Bos. Tapi alasan apa, mereka juga tidak tahu, Bos."

"Sial! Pasti ada sesuatu, Jefry. Dan wanita itu! Suruh dia kemari, aku mau bertemu dengannya!"

"Eh, kau mau bertemu dengannya?" Jefry terdiam sejenak, sebelum ia mengangguk. "Ah, baik, Bos," sahut Jefry yang tidak berani banyak bertanya. Ia pun langsung memanggil Janice melalui manager di divisi tersebut.

Jantung Janice sendiri tidak berhenti berdebar kencang mendengar panggilan mengejutkan itu.

Bahkan Janice terus menautkan kedua tangannya gugup sambil berdoa dalam hatinya saat ia melangkah mengikuti seorang karyawan yang sedang mengantarnya ke ruangan Edgard.

"Tunggu tunggu tunggu, kira-kira ada apa Pak Edgard memanggilku ya?"

Karyawan pria itu pun menoleh. "Maaf, aku juga tidak tahu, tidak biasanya dia memanggil karyawan secara pribadi seperti ini."

"Eh, benarkah?"

"Hmm, biasanya asistennya yang bernama Pak Jefry itu yang selalu berhubungan dengan karyawan. Pak Edgard sendiri hanya menerima laporan."

"Oh, lalu ... lalu ada apa dia memanggilku? Jantungku berdebar tidak karuan sekarang."

"Kau akan segera mengetahuinya nanti. Ayo, lebih baik kita cepat karena Pak Edgard tidak menyukai orang yang terlambat sedikit pun."

Janice menahan napas mendengarnya, apalagi saat karyawan pria itu kembali berjalan melewati koridor.

"Tunggu tunggu tunggu!" Mendadak Janice menghentikannya lagi. "Boleh aku ke toilet dulu?"

"Eh, boleh. Tapi cepatlah! Aku juga takut dimarahi kalau kau tidak kunjung sampai!"

"Sebentar saja! Sebentar saja! Terima kasih!"

Setelah mengatakanya, Janice pun segera melesat pergi dan mengurung dirinya sejenak di toilet.

"Tenang, Janice! Tenang! Dia tidak mengenalmu! Kau juga tidak mengenalnya! Kalian tidak pernah bertemu sebelumnya dan kau harus tenang!"

Janice menatap pantulan dirinya di cermin begitu lama, sebelum akhirnya ia kembali melangkah dan dengan cepat ia pun dipersilakan masuk oleh seorang pria bernama Jefry yang sudah membuka pintu ruang kerja Edgard.

"Silakan!"

"Terima kasih!" Janice memaksakan senyumnya dan menenangkan hatinya lagi, sebelum ia masuk dengan sedikit lebih percaya diri.

Namun, aura di dalam ruangan itu terasa berbeda. Kalau di luar auranya lebih lega tapi di dalam ruangan ini, auranya mencekam dan membuat Janice kesulitan bernapas.

Janice pun hanya bisa menatap tegang pada punggung Edgard yang sedang berdiri menatap jendelanya sambil memasukkan satu tangan ke kantong celananya.

"S-selamat pagi, Pak!" sapa Janice gugup.

Edgard yang mendengar suara Janice pun sontak menoleh. Edgard membalikkan tubuhnya dan menatap Janice dengan tatapan yang membuat Janice mendadak menunduk takut.

Untuk sesaat, suasana hening karena Edgard tidak mengatakan apa pun dan hanya mengamati Janice dari ujung rambut sampai ujung sepatunya.

"Jadi kau bernama Janice?" tanya Edgard sambil melangkah mendekati Janice.

Suara langkah sepatu Edgard mendekat pun membuat napas Janice mendadak tersengal.

"Itu ... iya, aku ... aku Janice, Pak."

"Mengapa kau menunduk lagi, Janice? Apa menunduk adalah hobimu, hah? Angkat kepalamu, Janice! Lihat aku saat kau sedang bicara denganku!" seru Edgard dengan nada meninggi.

Janice menelan salivanya dan berusaha bersikap biasa saja.

"Ah, maafkan aku, Pak!" sahut Janice panik sambil mengangkat kepalanya dan begitu cepat tatapannya bertemu dengan tatapan Edgard.

Refleks Janice kembali menunduk sampai Edgard pun menggeram kesal.

"Kubilang angkat kepalamu, Janice! Aku mau melihatmu! Melihat wajahmu!"

Janice gemetar, namun ia memaksakan senyumnya dan perlahan mengangkat kepalanya lagi, walaupun Janice sama sekali tidak menatap Edgard lagi, melainkan menatap jendela besar di belakang Edgard.

"Maaf, Pak! Aku ... tidak akan menunduk lagi," kata Janice akhirnya.

Edgard tidak menyahut, namun hanya memicingkan matanya sambil melangkah makin mendekati Janice.

Janice sudah begitu tegang merasakan kedekatan itu. Apalagi saat tiba-tiba tangan Edgard meraih dagu Janice dan mengarahkan wajah Janice menghadap ke arahnya.

Janice yang kaget langsung membelalak ngeri menatap Edgard.

"Wajah ini ... apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Edgard tepat di depan wajah Janice.

"Tidak pernah, Pak," jawab Janice spontan tanpa berpikir.

Namun, jawaban itu membuat Edgard mengernyit.

"Tidak pernah? Bahkan kau tidak berusaha mengingatnya dulu sebelum menjawab, Janice." Edgard menekan dagu Janice makin keras sampai wanita itu kini semakin mendongak.

"Eh, itu ... aku ... yakin, Pak. Aku yakin aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya!"

"Tapi aku pernah," sela Edgard yang benar-benar membuat Janice kehabisan napas saking tegangnya.

Edgard pun mendekatkan wajahnya ke wajah Janice dan mendesis geram.

"Aku yakin aku pernah bertemu denganmu, Janice Velma!"

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Melahirkan Anak Kembar CEO Buta (END)

    "Daphne Sayang, jangan lari!"Nara begitu gemas memanggil Daphne yang sedang asik merangkak kesana kemari bersama Denzel di sekeliling rumah. Semakin Nara mau menangkapnya, semakin Daphne merangkak kabur sambil terkikik dan berteriak. Collin dan Calista yang melihatnya sampai tertawa begitu senang melihat tingkah adik-adiknya. Nara sendiri pun akhirnya ikut tertawa dan tidak memanggil lagi. Hari ini genap satu tahun umur Daphne dan Denzel. Kedua anak kembar itu sudah begitu gemuk dan makin menggemaskan. Mereka juga sudah pintar merangkak kesana kemari, walaupun mereka belum mulai berjalan. Tingkah kedua anak itu begitu menggemaskan sampai gelak tawa pun tidak berhenti memenuhi rumah keluarga mereka setiap harinya. "Astaga, Sayang, mengapa kau bisa merangkak sampai ke sini!" pekik Janice yang baru saja keluar dari dapur. "Ah, Ibu sudah tidak kuat mengejarnya lagi, Janice! Daphne terlalu lincah!" protes Nara. Janice pun langsung terkekeh sambil mengangkat anaknya yang sudah ber

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Bahagia untuk Semua

    "Semuanya perkenalkan, ini Viola, calon istriku!" Keluarga Edgard mengadakan makan malam bersama hari itu. Sejak anak Edgard lahir, Edgard memang lebih sering melakukan open house mengundang keluarganya agar rumah selalu ramai. Semua orang akan saling membantu menjaga si kembar Denzel dan Daphne sampai Janice benar-benar terbebas dari yang namanya stres dan baby blues. Sungguh, kali ini Janice memiliki support system terbaik dan Janice sangat bahagia dengan banyak berkat berlimpah dalam hidupnya. Devan pun datang malam itu sambil membawa seorang wanita yang sangat cantik, seorang wanita yang awalnya adalah asisten Devan, tapi benih-benih cinta muncul di sana dan dengan bangga, Devan memperkenalkannya pada semua. Elizabeth yang mendengarnya pun langsung memekik kegirangan. "Wah, selamat, Devan! Selamat! Setelah Edgard, akhirnya sebentar lagi kau akan menyusul, lalu Devina juga menyusul. Semua cucu Grandma akan menikah dan memberikan Grandma banyak cicit! Ini kabar bahagia, sangat

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    One Month Celebration

    Spanduk bertuliskan "One Month Celebration of Denzel and Daphne" terbentang di pinggir kolam renang rumah Edgard dan Janice hari itu. Hiasan balon-balon yang didominasi warna biru dan merah itu pun memenuhi dinding dan sepanjang jalan di sekitar kolam renang itu. Selain itu banyak hiasan lain yang menambah meriah suasana pagi itu. Hari ini tepat satu bulan bayi kembar Janice lahir ke dunia. Bayi kembar laki-laki dan perempuan itu diberi nama Denzel William dan Daphne William. Bayi kembar yang membawa kebahagiaan bagi keluarga Edgard dan menyempurnakan keluarga mereka yang tidak lagi kecil karena keluarga inti mereka berjumlah enam orang sekarang. Edgard pun akhirnya merasakan bagaimana lelahnya menjadi orang tua baru yang mengurusi dua bayi sekaligus. Walaupun mereka memakai dua orang baby sitter baru untuk bayi kembar mereka, tapi Edgard tetap ingin tidur dengan bayi mereka. Edgard ingin menemani Janice mengurus bayi kembar mereka sekaligus menebus rasa bersalah karena dulu J

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Welcome Twins

    Janice terus merasa gelisah dalam tidurnya menjelang subuh hari itu. Saat melahirkan sudah tinggal menghitung hari dan Janice tidak berhenti berdebar sampai membuatnya insomnia beberapa hari ini. Janice pun masih terus gelisah sendiri sampai ia merasakan rasa aneh di bawah tubuhnya. "Apa yang lembab ini? Mengapa perutku juga terasa melilit?" gumam Janice sambil perlahan Janice bangkit berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Janice memeriksa dan ternyata ada darah di sana, tanda bahwa ia sudah waktunya melahirkan. Jantung Janice langsung memacu kencang, apalagi rasa sakit di perutnya mulai makin kencang seperti meremat perutnya. "Edgard! Edgard!" panggil Janice sambil melangkah keluar dari kamar mandi. Edgard yang tadinya masih tertidur lelap di samping Janice pun seketika langsung membuka matanya waspada. Sejak Janice hamil, Edgard selalu waspada kapan pun istrinya itu membutuhkannya sehingga hanya perlu sedikit suara untuk membuat Edgard langsung membuka matanya. "Janice, ada

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Ayah dan Suami yang Sempurna

    When I was just a little girl ....I asked my mother, what will I be ....Will I be pretty? Will I be rich?Here's what she said to me ....Que sera, sera ....Whatever will be, will be ....The future's not ours to see ....Que sera, sera ....What will be, will be ....Suara Calista bernyanyi terdengar begitu merdu memenuhi ruangan serbaguna yang digunakan untuk acara pementasan sekolah hari itu. Semua orang pun langsung bertepuk tangan begitu acara selesai. Termasuk Edgard, Janice, Nara, dan Grandma Elizabeth yang ikut hadir sebagai penonton. Mereka bertepuk tangan sambil meneteskan air mata begitu bangga melihat Collin dan Calista bersama teman-teman mereka yang menampilkan pertunjukkan drama musical yang begitu indah.Para anak-anak itu berdialog dalam bahasa Inggris, mereka berinteraksi bersama, melangkah kesana kemari, menari, dan diakhiri dengan nyanyian yang begitu merdu dari Calista. Sungguh semua orang tua yang melihatnya begitu bangga pada anak-anak mereka. Nara dan El

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Babymoon

    Di umur kehamilan Janice yang memasuki lima bulan, Edgard mengajak Janice melakukan babymoon sekaligus berlibur bersama keluarga mereka. Edgard membawa serta Nara, Collin, Calista, dan pengasuh kecil mereka, berlibur ke Bali. "Karena aku tidak mau mengambil resiko, jadi kita akan pergi ke tempat yang dekat saja ya, Sayang. Aku sudah menyuruh Jefry menyiapkan semuanya dan kita tinggal menyusun barang pribadi kita saja," kata Edgard malam itu saat mereka sudah berdua di kamar. "Ya ampun, Edgard, aku sungguh tidak perlu babymoon seperti ini." Edgard tersenyum lalu menangkup kedua tangan istrinya itu. "Janice, Sayang, babymoon memang bukan merupakan keharusan, bahkan honeymoon juga bukan merupakan keharusan." "Semua pasangan akan tetap baik-baik saja tanpa honeymoon maupun babymoon." "Hanya saja bedanya, ada pasangan yang memang menginginkannya dan kalau mereka mampu, mereka akan melakukannya." "Begitu juga dengan aku, Sayang. Aku menginginkannya, menyenangkanmu dan anak-anak kita

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Kehamilan yang Menyenangkan

    "Kembar lagi? Grandma akan punya cicit kembar lagi?" Elizabeth memekik senang saat Edgard memberitahunya tentang kehamilan Janice. "Benar, Grandma akan punya cicit lagi dan bukan hanya satu bayi tapi dua sekaligus," tegas Edgard. "Oh, Mefi, kau dengar itu? Oh, Grandma senang sekali! Grandma senang sekali! Janice ... oh, cucu Grandma ...." Elizabeth merentangkan kedua tangannya dan Janice pun langsung masuk ke dalam pelukan wanita tua itu. "Oh, cucu Grandma! Dengar ya, mulai hari ini Grandma akan selalu menyiapkan makanan sehat untukmu, Janice. Kau harus punya tenaga untuk menjaga dan melahirkan bayi kembar yang lucu itu. Haha ...." Janice hanya tertawa senang di pelukan Elizabeth dan Janice mengangguk bersemangat. Memang Janice belum sepenuhnya segar karena kehamilan kembar membuatnya begitu mudah lelah dan mengalami morning sickness parah, tapi ia begitu antusias melihat kebahagiaan semua orang. Elizabeth dan Nara pun langsung asik sendiri membayangkan anggota keluarga baru

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Kejutan yang Tidak Disangka

    Beberapa waktu berlalu dan Janice serta Edgard sudah kembali disibukkan dengan banyaknya kegiatan serta pekerjaan mereka. Pekerjaan Edgard makin sibuk dan makin berkembang, sedangkan Janice membantu suaminya dengan sepenuh hati sambil mengurus kedua anaknya. Namun, padatnya kegiatan mereka akhirnya membuat Janice tumbang juga. "Kau yakin tidak perlu ke dokter, Sayang? Aku tidak tega melihatmu seperti ini, apalagi aku harus ke luar kota besok," seru Edgard cemas. "Aku hanya kelelahan. Aku hanya butuh istirahat, Edgard! Sudahlah, tidak usah cemas!" Janice terus menenangkan Edgard sampai Edgard pun akhirnya pasrah. Namun, saat Edgard ke luar kota, Janice mulai mengalami mual-mual dan gejala yang mencurigakan bagi Nara. "Cobalah melakukan tespek, Janice! Ibu rasa kau sedang hamil." "Ah, tidak, Ibu. Aku hanya kelelahan, tidak apa." Janice berdebar mendengar kemungkinan ia hamil, tapi rasa trauma kehilangan janinnya masih membuatnya takut kecewa kalau ternyata ia tidak hamil. Jani

  • Melahirkan Anak Kembar CEO Buta    Perfect Honeymoon

    "Cheers!" Edgard dan Janice bersulang malam itu setelah menikmati makan malam romantis di restoran resort. Mereka pun tidak berhenti saling menatap dan melemparkan senyum. Setelah sepanjang sore berjalan bergandengan tangan menyusuri resort, mereka pun begitu kelaparan sampai Janice makan begitu banyak. "Bagaimana rasa winenya, Sayang?" "Hmm, ada rasa manis tapi ada pahitnya juga." "Kau menyukainya?" "Hmm, tidak. Tapi aku mau meminumnya sedikit lagi. Apa ini tidak membuat mabuk?" "Tidak, Sayang. Kecuali kau minum satu botol. Haha!" Edgard hanya tertawa mendengarnya. "Lagipula kalau kau mabuk, kau aman bersamaku, Sayang."Janice pun tertawa lebar mendengarnya dan terus meneguk winenya sambil memejamkan matanya. "Hmm, apa acara kita setelah ini, Edgard?" Edgard menaikkan alis mendengarnya. "Acara kita? Apa yang bisa kita lakukan di malam hari, Sayang? Haha, tentu saja berdua di kamar, bahkan mungkin kita tidak akan keluar sampai besok siang." "Astaga, Edgard! Kau membuatku me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status