Share

Bab 34.

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 18:12:24

Lagi-lagi Clara mendapat kejutan. Kemarin setelan formal yang sangat disukainya. Sekarang adalah makanan kesukaannya. Siapa yang melakukan semua ini?

“Apa ini dari Tuan Bastian?” Clara bertanya-tanya dalam hati. Sedetik kemudian, dia malah menggeleng. Tidak mungkin Sebastian melakukan ini. Apa arti dirinya bagi pria itu. Hanya sebuah mesin pencetak anak. Jadi mana mungkin Sebastian repot-repot melakukan ini.

Clara meraih satu buah cokelat dengan bentuk hati itu kemudian membuka bungkus berwarna emas itu barulah memasukkan ke dalam mulutnya. Ini adalah cokelat terenak yang pernah Clara rasakan. Sebelumnya dia hanya memakan cokelat yang ada di minimarket, William juga pernah membelikan cokelat, namun tidak seenak ini.

Biasanya Clara akan memakan cokelat ketika suasana hatinya sedang buruk. Namun, pagi ini dia sedang senang. Tidak ada alasan bagi Clara untuk uring-uringan. Terlalu fokus dengan cokelat membuat Clara lupa kalau dirinya harus mandi dan menemui Sebastian di ruang makan.

Clar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 272.

    Clara spontan memejamkan mata ketika sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya. Dia tidak sempat berpikir, hanya merasakan sentuhan itu begitu tiba-tiba namun lembut, membuat napasnya tertahan sejenak.Sebuah desiran hangat perlahan menjalar dari titik sentuhan itu, merambat melalui leher hingga ke dada, meninggalkan jejak sensasi yang sulit dijelaskan. Jangtungnya berdebar lebih cepat, seolah tubuhnya sedang memberi respons atas sentuhan yang suaminya berikan. Clara merasakan dunia di sekitarnya mendadak hening, hanya tersisa getar halus yang ditinggalkan oleh sentuhan itu, serta deru napas yang beradu dengan debaran jantung yang berdebar melampaui batas. Sebastian melumat bibir istrinya, memberikan gigitan kecil, serta mengabsen setiap inci setiap bagian dari dalam mulut istrinya. Clara membalas lumatan itu tak kalah panas. Seolah memberi tantangan bagi Sebastian untuk melakukan lebih dari itu. Gigitan kecil dibalas lumatan kasar yang membuat Sebastian semakin digulung hasrat. Puas

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 271.

    William terdiam. Pandangannya terpaku pada sosok Bianca yang duduk berseberangan dengannya. Kata-kata yang baru saja terucap dari bibir wanita itu masih bergema dalam benaknya, seolah pikirannya enggan menerima makna utuh dari kalimat tersebut.“Mengubah rencana?” tanya William, nyaris tak percaya dengan apa yang didengarnya.Bianca menegakkan tubuhnya perlahan, mencoba mengurangi jarak yang terbentang antara dirinya dan William. "Ya, aku rasa rencana kita yang kemarin tidak menarik. Aku punya rencana lain yang lebih bagus," ujar Bianca dengan penuh kebanggaan. William menatap Bianca dengan tatapan menyelidik. Dia dan Bianca telah menyusun rencana bersama, bahkan telah memulai sebagian. Maka ketika Bianca tiba-tiba menyebut tentang perubahan rencana, dia merasa aneh“Kamu yakin?” ucap William mencoba menyelami isi pikiran lawan bicaranya, nada suaranya pelan namun bernada tegas.Bianca membalas tatapan William, senyum tipis tersungging di bibir bergincu merah itu. "Tentu saja," jawa

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 270.

    "William." Clara terlihat syok, wajahnya pucat. Senyum yang sejak tadi terpahat di bibirnya seketika memudar. Sementara Sebastian sudah bisa menduga sebelumnya, bahwa pria ini akan datang. Sebastian memang terlihat tenang, namun, dalam hatinya seketika merasakan gejolak emosi yang sangat berlebihan. Richard dan Rosalia yang semula terkejut, kini terlihat biasa saja. Mungkin saja mereka hanya ingin menghargai William. "Nak William, kamu datang?" sapa Rosalia. Wanita paruh baya itu tampak mengulas senyum ramah. Terkesan memaksa, dan Clara dapat melihat itu. Alih-alih menjawab, William justru menatap ke arah Clara. "Lama tidak bertemu, Clara," ucap William. Tatapannya tampak penuh kekaguman. Mendengar itu, kedua tangan Sebastian mengepal di bawah meja. Gelombang amarah menggulung begitu kuat, menguasai dirinya. Terlebih ketika melihat William mendudukkan dirinya di dekat Clara. Kalau tidak mengingat tempat, Sebastian sudah membuat pria itu terhempas. "Bagaimana kabarmu, Clara?" ta

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 269.

    William terdiam. Pandangannya terpaku pada sosok Bianca yang duduk berseberangan dengannya. Kata-kata yang baru saja terucap dari bibir wanita itu masih bergema dalam benaknya, seolah pikirannya enggan menerima makna utuh dari kalimat tersebut. “Mengubah rencana?” tanya William, nyaris tak percaya dengan apa yang didengarnya. Bianca menegakkan tubuhnya perlahan, mencoba mengurangi jarak yang terbentang antara dirinya dan William. "Ya, aku rasa rencana kita yang kemarin tidak menarik. Aku punya rencana lain yang lebih bagus," ujar Bianca dengan penuh kebanggaan. William menatap Bianca dengan tatapan menyelidik. Dia dan Bianca telah menyusun rencana bersama, bahkan telah memulai sebagian. Maka ketika Bianca tiba-tiba menyebut tentang perubahan rencana, dia merasa aneh “Kamu yakin?” ucap William mencoba menyelami isi pikiran lawan bicaranya, nada suaranya pelan namun bernada tegas. Bianca membalas tatapan William, senyum tipis tersungging di bibir bergincu merah itu. "Tentu saja,"

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 268.

    Sebastian tersenyum lebar, sorot matanya memancarkan kelegaan sekaligus kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Ucapan Richard barusan terdengar begitu berarti di telinganya. Dia tidak hanya memaknainya sebagai bentuk penerimaan atas kehadiran Kaisar, tetapi juga sebagai sebuah undangan tersirat. "Tentu saja, Ayah. Saya akan menyampaikan salam Ayah pada mereka." Richard mengangguk. Rasa bersalah kembali tampak di wajah pria paruh baya itu. "Jika ada waktu, bawalah mereka kemari," ucap Richard ragu-ragu. Sebastian dan Clara saling pandang sebelum akhirnya salah satu dari mereka memberikan jawaban. "Tentu, Ayah. Kami akan menelpon Ayah jika akan datang kemari." "Baiklah." Setelah mengucapkan beberapa patah kata perpisahan, Sebastian dan Clara akhirnya melangkah meninggalkan beranda rumah keluarga Rein. Meski pertemuan itu tak berlangsung lama, namun waktu yang dilalui terasa bermakna, semua karena keberadaan Kaisar. Langkah keduanya menyusuri jalan kecil yang mengarah ke pintu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 267.

    Kaisar masih menjadi sumber bagi tawa bagi Richard dan Rosalia. Bayi gembul itu kembali ke pelukan Richard setelah sempat mendapat ASI dari ibunya. Setelah sempat mengoceh, bayi itu tiba-tiba tertidur. Dan itu membuat Richard merasa heran. "Apa dia suka sekali tidur?" tanya Rosalia sembari memandangi cucu pertamanya. Sebastian mengulas senyum. "Seperti yang saya katakan, selain menyusu, anak itu suka sekali tidur. Dia hanya akan bangun jika lapar." Ucapan Sebastian disambut tawa oleh Rosalia dan Richard. Namun, tawa mereka seketika berhenti saat William datang. "Maaf, sepertinya saya harus pergi," ucap William sembari memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya. Sebastian mendongak, dan memandang William. "Baguslah, seharusnya sejak tadi kamu begitu," ucapnya sinis, sama sekali tidak ada senyuman di wajahnya. Suasana kembali tegang ketika Sebastian bersuara. William mengepalkan kedua tangan. Dia ingin sekali membalas ucapan Sebastian, namun dia tidak punya waktu untuk itu. Bi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 266.

    Wajah William yang semula terlihat dingin dan tenang, mendadak berubah saat layar ponselnya menyala dan sebuah nama yang tidak asing muncul di sana. Bianca adalah rekan sekutunya. Dirinya dan wanita itu tengah terlibat sebuah proyek kerjasama. 'Kenapa wanita ini tiba-tiba menelpon?' batin William. William menatap benda yang menyala itu sekilas, sorot matanya memantulkan kegelisahan yang tak dapat dia sembunyikan. Dia segera menggenggam ponsel itu erat-erat, seolah berusaha melindungi sesuatu yang tidak boleh diketahui siapa pun. Kali ini, bukan hanya ketegangan yang tampak di raut wajahnya, melainkan juga kewaspadaan yang mencolok. Dia melirik kanan dan kiri dengan cepat, memperhatikan keadaan sekitar dengan saksama. "Ada apa, Nak?" tanya Rosalia yang menyadari raut wajah aneh mantan menantunya itu. Dan pertanyaan itu mengundang perhatian Sebastian dan Clara serta Richard. Seketika itu dia memaksa senyumnya terbit. "Ah, tidak apa-apa, Bu." William menelan ludah dengan susah p

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 265.

    "William." Clara terlihat syok, wajahnya pucat. Senyum yang sejak tadi terpahat di bibirnya seketika memudar. Sementara Sebastian sudah bisa menduga sebelumnya, bahwa pria ini akan datang. Sebastian memang terlihat tenang, namun, dalam hatinya seketika merasakan gejolak emosi yang sangat berlebihan. Richard dan Rosalia yang semula terkejut, kini terlihat biasa saja. Mungkin saja mereka hanya ingin menghargai William. "Nak William, kamu datang?" sapa Rosalia. Wanita paruh baya itu tampak mengulas senyum ramah. Terkesan memaksa, dan Clara dapat melihat itu. Alih-alih menjawab, William justru menatap ke arah Clara. "Lama tidak bertemu, Clara," ucap William. Tatapannya tampak penuh kekaguman. Mendengar itu, kedua tangan Sebastian mengepal di bawah meja. Gelombang amarah menggulung begitu kuat, menguasai dirinya. Terlebih ketika melihat William mendudukkan dirinya di dekat Clara. Kalau tidak mengingat tempat, Sebastian sudah membuat pria itu terhempas. "Bagaimana kabarmu, Clar

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 264

    Suasana ruang tamu yang semula dipenuhi suara tawa kecil Kaisar mendadak berubah hening begitu Clara membuka topik yang selama ini tak pernah benar-benar dibicarakan di hadapan kedua orang tuanya. Dengan suara pelan namun tegas, dia menyebut satu kata yang membuat waktu seolah berhenti—perceraian. “Ayah, Ibu… aku ingin kalian tahu alasan sebenarnya mengapa aku berpisah dengan William,” ujar Clara perlahan, menatap wajah kedua orang tuanya yang kini mulai berubah raut. Richard yang tadi sibuk menimang cucunya, tiba-tiba menghentikan gerakannya. Tatapannya yang hangat terhadap Kaisar mulai mengabur, berganti dengan sorot mata yang mengandung kebingungan. Sementara Rosalia, yang sedari tadi tampak tenang di sisi Richard, mendadak mengatupkan bibir rapat-rapat, seolah tak ingin satu pun kata keluar sebelum dia benar-benar yakin apa yang ingin diucapkan. Keheningan menggantung di udara, menciptakan jeda yang cukup panjang untuk membuat suasana terasa kian canggung. Clara menggenggam ta

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status