Share

Bab 4 : Hamil

Author: Cipi2 Capa2
last update Huling Na-update: 2024-11-30 15:18:53

Satu bulan lebih berlalu, tanpa halangan Charisa dapat bekerja dengan baik sebagai CEO di Vallarta cabang Jakarta. Tersisa dua bulan lagi untuk kembali ke Jepang. Dia tinggal menyelesaikan beberapa permasalahan intern di sini. Setelah itu dia akan kembali lagi ke Jepang sesuai arahan Tuan Juko.

Kemampuannya dalam memimpin perusahaan memang tidak diragukan. Pantas saja jika karirnya cemerlang di usianya yang menginjak dua puluh tujuh tahun. Padahal dia bekerja di Vallarta baru tiga tahun, tetapi pemilik Vallarta sangat mempercayainya. Selain cerdas, Charisa memang mampu bekerja keras dalam memecahkan masalah di perusahaan dibandingkan dengan pegawai lain. 

Vallarta adalah perusahaan furniture yang mencoba membuka cabang di Jakarta. Kota Jakarta sebagai kota metropolitan sangat menjanjikan menjadi target pemasaran desain-desain furniture yang dimiliki Vallarta. Hanya saja untuk saat ini Vallarta Jakarta belum dapat berjalan dengan lancar karena banyak masalah di produksi, pengiriman dan juga bermasalah di perizinan dengan sub kontraktor lain. Maka Charisa lah yang diutus untuk menyelesaikan semuanya di sini.

Dua belas tahun lalu Charisa tinggal di Jakarta bersama kedua orangtuanya sampai kelas satu SMA. Ayahnya dipindahkan ke Jepang dan otomatis semua anggota keluarganya pun ikut ke sana. Karena kinerjanya yang bagus ditambah Charisa berasal dari Indonesia, maka berakhirlah Charisa di sini.

Namun ternyata di hari pertamanya pulang, banyak yang terjadi. Alasan dia menerima dikirim ke Jakarta tanpa menolak adalah karena dia ingin bertemu lagi dengan cinta pertamanya alias mantan kekasihnya. Sudah dua belas tahun mereka hilang kontak. Charisa berharap dia bisa bertemu lagi dan memulai hubungan yang baru lagi setelah berpisah. Karena jujur, Charisa belum bisa melupakan sosok Genta. Dia terlalu sempurna untuk digantikan oleh pria mana pun. Tapi Charisa lupa, kalau waktu sudah lama berlalu dan banyak hal yang sudah berubah. 

Hingga akhirnya dia bertemu dengan pria yang tidak ia duga sampai ia rela tidur dengan pria yang baru ia temui. Dan sampai saat ini, Charisa pun tidak bertemu lagi dengan pria itu. Gadis itu  pun terlalu malu untuk mencari tahunya. Mungkin pria itu juga sudah melupakan kejadian itu.

Meskipun begitu, tidak jarang Charisa selalu  bermimpi bertemu lagi dengan pria itu. Setelah terbangun, jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal. Kadang situasi seperti itu membuat Charisa menjadi orang yang linglung dan sering terlihat bengong.

Pagi ini seperti biasa Charisa menyiapkan sarapannya sendiri. Dia memanggang roti dan menggoreng telur. Tapi ketika dia membuka kulkas, perutnya terasa mual mencium aroma kulkas yang penuh dengan berbagai macam bahan masakan. Charisa segera lari ke wastafel dan mengeluarkan sumber mualnya. Beberapa hari ini memang dia merasa mual dan gampang lemas. Apalagi kalau dia mencium aroma yang tidak sedap. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang sangat ia takutkan.

“Tidak mungkin. Mana bisa hamil karena mereka melakukannya hanya sekali?” sungut Charisa mengibaskan pikiran anehnya. Dia berusaha untuk berpikiran positif dan menjauhkan pikiran buruknya itu.

Charisa kemudian mencoba mengingat periode datang bulannya. Seketika wajahnya berubah pucat. Seharusnya dia sudah datang bulan dua minggu lalu.  Saking sibuknya dia sampai lupa kalau dia belum mendapatkan haidnya bulan ini. Dengan panik Charisa kemudian bergegas keluar apartemennya. Dia harus memastikan segera. Apakah kejadian malam itu menghasilkan janin yang ia tidak harapkan. Kalau itu benar artinya dunia akan kiamat baginya.

Charisa memutuskan untuk langsung pergi ke rumah sakit. Meskipun dia coba dengan alat testpack dia akan lebih tenang dan percaya jika dia langsung ke rumah sakit dan diperiksa dokter.

Setelah hasil urine nya diuji lab, Charisa pun meminta untuk USG untuk memastikan kalau tidak ada janin di dalam rahimnya.

“Selamat janin Anda sudah masuk 4 minggu Nyonya!” ucap dokter kandungan membuat Charisa langsung lemas seketika.

“Jadi aku benar-benar hamil?” lirih Charisa. Dia bingung entah harus bahagia apa sedih. Selama ini dia memang sering memimpikan memiliki anak dan suami. Akan tetapi, dia hamil tanpa suami. Apa yang harus ia lakukan.

“Iya Nyonya. Selama trimester pertama tolong pola makannya yang teratur ya! Banyak minum vitamin dan jangan dulu banyak bekerja dengan aktivitas berat!” Charisa sudah tidak konsentrasi dengan apa yang diucapkan dokter. Dia masih shock karena kehamilan yang tanpa ia duga. Hamil di luar nikah dan dia juga tidak tahu siapa dan di mana keberadaan ayah janinnya.

Bagaimana ia menjelaskan ini pada keluarga dan keluarganya. Dia bahkan tidak tahu nama ayah anak ini. 

“Dokter! Aku tidak tahu keberadaan ayah dari anak ini. Aku harus menggugurkannya!” ucap Charisa mengambil keputusan. Dia tidak ingin berlama-lama dengan ketidakpastian ini.

“Nyonya sadarlah dengan ucapan Anda ini! Banyak di luar sana yang ingin memiliki bayi. Seharusnya jika tidak ingin punya bayi sebelum melakukan hubungan itu Anda memakai pengaman!” Dokter itu dengan lemah lembut memberitahunya.

“Ini tidak direncanakan dokter. Aku bahkan tidak tahu siapa pria itu. Ini sebuah kecelakaan yang tidak bisa aku cegah!” ucap Charisa dengan wajah yang lesu.

Beberapa saat dokter itu terdiam mendengar pengakuan Charisa. Dia menggelengkan kepalanya karena kalau dilihat, Charisa itu cukup dewasa dan seharusnya sudah paham dengan resikonya jika melakukan hubungan badan tanpa pengaman.

“Nyonya. Di negara kita ini tindakan aborsi tidak diperkenankan. Baik ibu dan dokter yang membantu aborsi akan mendapatkan hukuman penjara. Sebaiknya Anda merenungkan ini dengan hati dan pikiran yang tenang. Aborsi bukan tindakan tepat. Lebih baik mungkin dengan mencari tahu keberadaan ayah anak ini akan menjadi solusi. Siapa tahu dia juga menginginkan anak ini!”

Charisa terdiam mendengar nasihat dokter. Dia sungguh tidak bisa menerima kenyataan ini. Bagaimana bisa dia hamil tanpa pasangan. Ini semua gara-gara emosi sesaatnya waktu itu. Jika dia tidak melihat Genta, dia tidak akan melakukan perbuatan ceroboh itu. 

Dengan langkah gontai Charisa meninggalkan lorong bagian poli kandungan menuju pintu keluar gedung rumah sakit. 

“Nona Anda meninggalkan ini tadi di ruang dokter!” Seorang perawat berlari ke arahnya mengantarkan scarfnya yang tertinggal.

“Ah maaf sudah repot mengantarkannya. Terima kasih!” ucap Charisa berterimakasih pada perawat cantik itu. Dia pun segera melanjutkan langkah untuk pergi.

“Charisa!” Tiba-tiba ada seorang memanggil namanya. 

Charisa terkejut ketika melihat siapa yang berdiri di depannya. Pria jangkung berkacamata dengan memakai snelli atau jas dokternya. Dia menatap Charisa dengan wajah terkejut. 

Belum sempat rasa kagetnya hilang, pria itu berjalan mendekat ke arahnya. Charisa mundur beberapa langkah. Dia tidak ingin bertemu dengan pria itu di situasi dan tempat seperti ini.

“Kamu Charisa kan? Chaca?” tanya pria itu sambil melepas kacamatanya. Dia memanggil nama panggilan kecilnya sambil menatap wajah Charisa lekat-lekat. Beberapa detik Charisa seperti kehilangan pita suaranya.

“Benar. Aku Cha–risa,” jawabnya sambil menelan ludah. Dia melirik ke sekitarnya. Apakah pria itu sadar kalau dia baru saja keluar dari ruangan poli kandungan.

“Aku Genta. Kau masih ingat tidak?” teriak pria itu senang. Wajahnya terlihat sumringah bertemu dengannya.

“Cha! Ini beneran Charisa yang dulu!” seru Genta masih tidak percaya.

“Kok kau bisa berubah banyak gini?” tanya Genta heran. Dia menatap Charisa dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Ya sekarang aku sudah kurus. Aku bukan Charisa yang gemuk lagi,” jawab Charisa satir.

Entah harus senang atau sedih bertemu dengannya lagi. Hatinya masih kecewa dengan kenyataan kalau pria itu sudah menikah dan memiliki anak. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 77 : Rencana Gila Yuri

    Masih dalam keadaan setengah sadar, Jean menatap pria berwajah seram yang berdiri di depannya.Kazuto menyeringai. “Akhirnya kita bertemu langsung, Jean.”Jean meronta, mencoba melepaskan ikatannya, namun hanya menghasilkan gemeretak rantai di lantai beton. Napasnya masih berat, darah mengalir dari pelipis yang terluka. Ia mendongak, menatap Kazuto dengan mata penuh amarah.“Dasar brengsek. Kalian benar-benar penjahat?!” suara Jean parau, tapi tajam seperti pisau.Kazuto berjongkok di depan Jean, jarak mereka hanya sejengkal. “Ya, itu benar. Kami sudah menyusun rencana besar.”Ia menjentikkan jam saku di tangannya, membukanya perlahan dan memperhatikan jarum-jarum kecil yang berdetak. “Asal kau menuruti apa perintahku, kau akan menyelamatkan banyak orang malam ini!”Jean menatap Kazuto dengan penuh amarah. “Kalau kau menyentuh mereka—aku bersumpah, Kazuto, bahkan dari dalam neraka pun aku akan menyeretmu turun.”Kazuto berdiri, menepuk-nepuk bahu Jean keras hingga pria itu meringis. “

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 76 : Pengejaran

    Sementara itu Ryuga bersama anak buahnya yang lain menyusuri tangga darurat menuju lantai 25. Napasnya terengah karena menaiki tangga darurat mengejar waktu. Sampai di depan pintu Ryuga memerintahkan anak buahnya untuk berjaga sebagian di tangga.Ryuga mendorong pintu dan berjalan menyusuri koridor lantai 25 dengan tatapan waspada. Tidak ada orang lalu lalang hanya seorang pelayan keluar dari kamar sebelah tempat Jean masuk ke kamar itu. Pelayan itu mendorong troli selimut kotor dan sempat menyapa Ryuga dengan ramah.Anak buah kepercayaan Jean itu kemudian memberi kode pada anak buah lainnya agar tetap waspada dan berjaga di luar pintu kamar. Tapi ketika mereka mendekat, ternyata pintu kamar itu sudah terbuka sedikit. Tanpa ragu, Ryuga mendorongnya dan masuk ke dalam.Pintu sudah terbuka sedikit. Tanpa ragu, Ryuga mendorongnya masuk.Pemandangan di dalam kamar membuat napasnya tercekat. Kursi terbalik. Meja bundar pecah sebagian, seperti terkena benturan keras. Tirai terlepas dari re

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 75 : Jebakan

    Jean menggendong Darren menuju kamarnya. Tubuh kecil itu bersandar lemah di dadanya, napasnya belum sepenuhnya teratur. Sementara itu, Charisa hanya mengikuti di belakang, tanpa sepatah kata pun. Raut wajahnya tegang—marah, kecewa, dan sangat terluka. Pandangannya tidak tertuju pada siapa pun. Wanita itu tampak seperti membangun tembok tinggi untuk melindungi hatinya yang hancur.Setelah menidurkan Darren, Jean berbalik dan melihat Charisa duduk di tepi ranjang, tubuhnya kaku, kedua tangannya mengepal di atas paha.“Charisa...” Jean memanggil pelan, lalu menunduk sedikit, menyentuh pundaknya. “Aku mohon, percayalah padaku. Aku akan menangkap pelakunya!”Charisa tak langsung menoleh. Bibirnya terbuka sedikit, gemetar, seolah sedang menahan sesuatu yang sulit diungkapkan.“Kalau penyebab Darren diculik adalah karena hubungan kita...” suaranya lirih, nyaris seperti bisikan yang dipaksa keluar. “Aku rasa jalan terbaik adalah—”“Tidak.” Jean memotong cepat, suara rendahnya mengandung ketega

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 74 : Pertarungan

    “Papa!” teriak Darren, air matanya mulai menetes.“Darren!” Jean langsung berlari, tapi tiba-tiba seseorang datang menghadang dan langsung mengarahkan pistol ke kepala Jean.“Berhenti di situ!” Seorang pria berjenggot tebal dan berkepala botak menatap tajam ke arahnya.“Kalau kau menyentuh anakku, aku akan menghabisimu di tempat,” desis Jean, masih berdiri tegak tanpa ada rasa takut.Pria itu tertawa kecil. “Oh, aku tidak akan menyentuhnya sebelum bosku memerintahku,” jawabnya dengan tatapan meremehkan.“Bos? Siapa Bos mu yang berani mencari masalah denganku!” tantang Jean.“Memangnya aku bodoh Tuan. Aku tidak akan semudah itu menyebutkan siapa bosku,” jawabnya sambil tertawa.“Papa!” teriak Darren ketakutan.Jean mulai khawatir dengan Darren yang sudah mulai menggigil ketakutan. Seharusnya anak sekecil itu tidak mengalami hal buruk seperti ini.“Darren Sayang! Papa tahu kau anak yang hebat dan pemberani! Kau mau menuruti Papa kan?” tanya Jean berusaha mengatakan tanpa membuat anaknya

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 73 : Mencari Jejak Penculik

    Mobil melaju seperti peluru menembus kepadatan jalanan Tokyo. Klakson bersahutan, lampu-lampu kendaraan lain menyorot tajam, namun Jean tak peduli. Tatapannya lurus ke depan, rahangnya mengeras, jemarinya mencengkram kemudi begitu kuat hingga buku jarinya memutih.“Berapa menit lagi?” tanya Charisa, suaranya serak dan nyaris tidak terdengar. Energinya sudah habis terkuras karena menangisi Darren.“Lima. Paling lama sepuluh,” sahut Jean singkat. Ia tak mau membuat janji yang tidak bisa ditepati. Namun hatinya berdegup lebih cepat dari mobil yang ia pacu. Kalau terjadi sesuatu pada Darren, dia tidak akan memberi ampun pada orang yang sudah menculik putranya meskipun dia harus melawan hukum sekalipun.Ponselnya bergetar. Jean menekan tombol speaker.“Tuan, saya sudah sampai di minimarket,” suara pria dari seberang—anak buahnya Ryuga.“Lihat sekeliling. Ada kamera? Ada jejak kendaraan?” Jean memastikan sekecil apapun untuk membantunya menemukan Darren.“Ya. Ada kamera CCTV di atas pintu ma

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 72 : Jejak Yang Hilang

    Langit sore sudah memudar, membawa serta bayangan hitam yang seolah menggantung di atas kepala Jean dan Charisa. Mobil mereka berhenti kasar di depan gerbang sekolah. Bahkan sebelum mesin mati sepenuhnya, Charisa sudah menerobos keluar, berlari masuk dengan napas tersengal, wajahnya pucat seperti kertas.“Apa yang terjadi? Di mana Darren?” teriak Charisa begitu melihat seorang guru keluar dari ruang guru.Guru itu terkejut melihat kedatangan Charisa yang panik. “Nyonya Charisa, kami sedang berusaha mencari di sekitar sekolah dengan beberapa petugas keamanan!”“Kenapa kalian membiarkan orang asing membawa Darren?” teriak Charisa sambil mengguncang lengan guru itu. Ibu siapa yang tidak panik mendengar berita anaknya yang tiba-tiba hilang.Jean menyusul dari belakang dan menenangkan Charisa yang mulai kehilangan kendali. “Tenang Charisa, kita akan segera menemukan dia!” Jean menahan tubuh Charisa dari belakang.Guru itu menarik napas panjang. “Kami sudah mencari di semua area sekolah. CC

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status