Langit sore sudah memudar, membawa serta bayangan hitam yang seolah menggantung di atas kepala Jean dan Charisa. Mobil mereka berhenti kasar di depan gerbang sekolah. Bahkan sebelum mesin mati sepenuhnya, Charisa sudah menerobos keluar, berlari masuk dengan napas tersengal, wajahnya pucat seperti kertas.âApa yang terjadi? Di mana Darren?â teriak Charisa begitu melihat seorang guru keluar dari ruang guru.Guru itu terkejut melihat kedatangan Charisa yang panik. âNyonya Charisa, kami sedang berusaha mencari di sekitar sekolah dengan beberapa petugas keamanan!ââKenapa kalian membiarkan orang asing membawa Darren?â teriak Charisa sambil mengguncang lengan guru itu. Ibu siapa yang tidak panik mendengar berita anaknya yang tiba-tiba hilang.Jean menyusul dari belakang dan menenangkan Charisa yang mulai kehilangan kendali. âTenang Charisa, kita akan segera menemukan dia!â Jean menahan tubuh Charisa dari belakang.Guru itu menarik napas panjang. âKami sudah mencari di semua area sekolah. CC
Di hari yang sudah direncanakan. Jean akan mengajak Charisa pergi bermain golf untuk mengenalkannya pada ayahnya. Sebenarnya Charisa sangat gugup karena orang yang akan ia temui adalah Lim Ronan. Pebisnis hotel yang sukses yang juga seorang konglomerat. Bertemu dengannya bukan hal yang mudah bagi Charisa, apalagi ini adalah momen untuk mengenalkan dirinya sebagai calon pendamping hidup Jean.Cuaca pagi begitu cerah saat Jean menjemput Charisa. Ia terlihat santai dengan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Sementara Charisa tampil rapi dengan dress selutut berwarna sage green dan rambut disanggul sederhana. Senyumnya tenang meski hatinya berdegup tak menentu.âSiap?â tanya Jean sembari membukakan pintu mobil.Charisa mengangguk. âTentu saja, aku siap.âMeski kalimat itu terdengar meyakinkan, di dalam hati Charisa menyadari kalau tidak ada yang bisa benar-benar mempersiapkan diri bertemu orang tua kekasih â terutama jika orang tua itu bernama Lim Ronan.Mobil hitam itu melaju m
Setelah lebih dari sehari dirawat akhirnya Darren bisa dibawa pulang dari rumah sakit. Jean bersama Charisa bersama mengajaknya pulang ke rumah. Kehadiran Jean di tengah keluarga Charisa tentu saja membuat suasana rumah menjadi sedikit berbeda. Hardian ayahnya Charisa menjadi lebih banyak diam dan terlihat khawatir. Apalagi ketika Charisa menceritakan kalau Jean adalah ayah dari putranya Darren.âDarren mulai saat ini kau panggil aku dengan Daddy!â Jean berjongkok di depan Darren yang terlihat kebingungan.âApa maksud Tuan?â Darren menatapnya dengan wajah polos.Jean tersenyum tipis sambil mengusap rambut Darren. âAku memang Daddy mu. Tentu saja kau harus panggil aku Daddy!â jawab Jean sambil berdehem meminta bantuan validasi dari Charisa.âBenarkah itu Mom?â tanya Darren sambil menatap Charisa dengan penuh tanda tanya.Charisa mengangguk sambil tersenyum dan menjawab dengan suara pelan. âYa itu benar.âDarren kembali menatap wajah Jean seolah dia masih belum percaya jika yang ada di
Charisa sangat terkejut mendengar ajakan Jean yang mengajaknya untuk tinggal bersama. Baginya itu terlalu cepat dan mendadak.âJean, ada apa ini? Bisa kalian jelaskan situasi apa ini?â tanya Monika yang heran mengapa Jean begitu peduli pada Darren dan Charisa.Charisa baru sadar kalau ibunya pasti heran melihat kedekatannya dengan Jean.âBu, maafkan aku jika aku terlambat mengatakannya. â Ada jeda sebentar sebelum Charisa melanjutkan. Dia menatap wajah ibunya yang tengah menunggu penjelasannya.Jean adalah ayah kandungnya Darren.â Dengan suara lirih Charisa menjelaskannya pada Monika.âApa?â Rasa terkejut menghampiri wajah Monika. Seolah yang baru dia dengar adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin.âItu benar Bu.â Jean menambahkan dengan raut wajah penuh rasa bersalah.âBagaimana bisa? Bukankah kalian baru pertama kali bertemu beberapa bulan ini?â tanya Monika sangat tidak percaya.Charisa menarik napas panjang seakan mencari kekuatan untuk menceritakan semuanya. Jean hanya bisa ters
Charisa menatap Jean dengan curiga. âApa maksudmu?âJean menyandarkan punggungnya ke kursi, menyembunyikan senyum tipis di balik ekspresi santainya. âKau akan tahu sebentar lagi.âCharisa mendesah, sudah terbiasa dengan gaya Jean yang penuh teka-teki. Dia harus bersabar sampai Jean selesai menyantap makan malamnya. Namun entah kenapa Charisa merasa waktu berjalan lambat. Dia semakin penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan Jean padanya.Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, seorang pelayan datang ke meja mereka setelah Jean selesai makan dan memanggil kembali pelayan tadi. Kali ini pelayan itu membawa sesuatu yang membuat Charisa mengernyit.Sebuah kotak kecil berwarna hitam.Pelayan itu menaruhnya di atas meja dengan hati-hati sebelum melangkah pergi tanpa mengatakan apa-apa. Charisa menatap kotak itu, lalu kembali ke Jean yang kini menatapnya dengan ekspresi penuh arti.âBuka,â perintah Jean singkat.Keraguan melintas di benak Charisa. Ia menarik napas dalam sebelum akhir
âJean, bagaimana bisa kau ada di sini?â tanya Charisa ketika Jean mendekat.âApa kau mengikutiku sampai ke sini?â tuduhnya lagi sebelum Jean bisa menjawab.âTidak. Aku tidak mengikutimu. Aku kebetulan lewat sini,â jawab Jean. Namun dari raut wajahnya dia tidak bisa berbohong.Charisa tersenyum miring, seolah tidak percaya dengan jawaban Jean. âKebetulan, ya?â gumamnya, menatap pria itu dengan pandangan penuh selidik.Jean tidak langsung menanggapi. Matanya menelisik sekitar, seolah mencari alasan lain yang lebih masuk akal, tetapi Charisa sudah menangkap kegugupannya.âKalau memang hanya kebetulan, kenapa wajahmu terlihat bersalah?â lanjut Charisa, menyilangkan tangan di depan dada.Jean menghela napas, menyadari bahwa menyangkal pun tidak ada gunanya. âBaiklah,â katanya akhirnya. âMungkin aku memang ingin tahu apa yang kau lakukan di sini.âCharisa mengangkat alis, menunggu penjelasan lebih lanjut. âDan kenapa itu penting bagimu?âJean terdiam sesaat. Ia bisa saja memberikan alasan y