Share

4. Perjanjian

“Lepaskan tangan kotormu dari calon istriku!”

Zanna menoleh ke sumber suara dan melihat Alfa berdiri di depan mobilnya. Pria itu bersama dengan banyak anak buahnya. Reza melepaskan tangannya Zanna setelah beberapa orang menghampiri dengan raut wajah yang begitu menyeramkan.

Reza menatapnya dengan sinis. Ya, dia belum cerita mengenai pernikahan itu. Nima juga terlihat kaget mendengar Alfa berkata demikian. Mengenai rencana pernikahan yang memang dari awal sudah direncanakan oleh Zanna. Tapi tidak pernah dikatakan pada mamanya dan juga Reza.

“Masuklah!”

Zanna mempersilakan calon suaminya masuk. Sementara itu Reza yang memaksa ingin masuk. Dilemparkan oleh Alfa suatu benda. “Ganti mobil yang kamu hancurkan! Jangan menampakkan wajahmu lagi di depanku!”

Reza mengangkat kunci mobil itu. “Apa kamu benar-benar akan jadi iparku?”

“Aku hanya membutuhkan, Zanna. Bukan kamu.”

Reaksi Nima terlihat bingung dengan jawaban itu. “Aku belum selesai dengan kakakku.”

“Mobilnya silakan ditunggu, sebentar lagi akan diantar ke tempat ini. Aku tidak ingin kamu membuat masalah setelah ini untuk calon istriku.”

Alfa sudah masuk ke dalam rumahnya Zanna. Sementara Reza sudah diawasi sampai benar-benar pergi oleh orang suruhannya Alfa.

Zanna menyiapkan minuman untuk calon suaminya. Dihampiri oleh Nima ke dapur. “Kenapa mendadak sekali bahas pernikahan?”

“Aku ingin mengatakannya hari ini, Ma.”

“Kamu kenal siapa yang kamu nikahi itu siapa?”

“Ya.”

“Pikirkan baik-baik, Zanna! Alfa orang yang berbeda sama kita.”

Zanna menoleh ke arah mamanya. “Mama tahu dia?”

“Apakah ada orang yang tidak mengenal kakeknya? Mama rasa kamu juga sudah tahu tentang kakeknya Alfa.”

Zanna menghela napas panjang. Ini hanya sementara, tapi Alfa membuatnya seperti pernikahan yang benar-benar nyata tanpa ada drama kontrak sekalipun. Pria itu menyiapkan segalanya. Yang paling penting adalah tentang kehadiran seorang anak yang dinantikan oleh Alfa.

Ia mengantarkan minuman untuk Alfa dan anak buahnya. Pria itu tiba-tiba menjadi sangat ramah pada Nima. “Perkenalkan aku calon suaminya, Zanna.”

“Sudah lama pacaran dengan, Zanna?”

“Dua tahun.”

Zanna belum sempat menjawab. Alfa sudah berbohong kalau mereka berdua pacaran sudah lama. Dua tahun memang bukan waktu yang kemarin.

Tatapan Alfa juga sangat teduh hari ini. Tidak seperti biasanya yang terkenal dengan sikap cueknya pada siapa pun.

Tapi mengenai dikelilingi wanita, sampai sekarang Zanna belum tahu kalau pria ini didekati oleh wanita mana saja?

Obrolan antara Nima dan Alfa menjurus pada pernikahan yang akan digelar sebentar lagi. Juga dua wanita masuk membawakan sesuatu untuk Nima. “Aku membawakan untuk Mama mertuaku sebuah gaun yang sangat indah. Aku akan merasa terhormat jika Anda menggunakannya.”

“Jangan terlalu kaku, Alfa.”

Benar-benar Zanna dibuat takjub. Semua orang akan dikelabui oleh pria ini. Dua wanita itu kemudian menunjukkan gaun yang senada dengan Zanna. “Aku cukup tahu mengenai calon Papa mertuaku yang sudah tidak ada. Jadi aku meminta Nyonya yang akan bergandengan dengan Zanna nantinya.”

Dalam hatinya Zanna, dia bahagia melihat mamanya bisa tersenyum bahagia seperti ini. Tapi satu sisi, akan sangat sakit kalau suatu saat Nima tahu kebohongan besar hanya demi keturunan yang diinginkan oleh Alfa.

Keduanya sibuk mengobrol, sedangkan Zanna memperhatikan raut wajah sang mama. Orangtua satu-satunya yang dimiliki olehnya sekarang ini. Akan seperti apa nanti hancurnya Zanna juga sudah mulai terbayang.

Uang yang dihasilkan tidak pernah cukup untuk biaya hidup mereka bertiga. Kalau saja Reza sedikit berjuang untuk bekerja. Tidak akan ada kejadian seperti ini.

Alfa mengajaknya mengobrol sampai sore. Menceritakan banyak hal juga tentang rencana memiliki anak dibahas oleh Alfa. Menceritakan keadaan kakeknya yang begitu setia terhadap neneknya. Sampai ingatannya terganggu.

“Ma, aku pamit mandi dulu boleh?”

Alfa meliriknya sejenak, pria itu sepertinya paham suasana hatinya Zanna seperti apa. “Kamu siap-siap saja! Kita pergi sebentar lagi.”

Zanna mengangguk ketika mendapatkan perintah dari calon suaminya.

Masuk ke kamar dan melihat dirinya di pantulan cermin. Menganggap dirinya begitu murahan, rahimnya digunakan hanya untuk melahirkan seorang anak untuk pria yang tidak memiliki pemikiran tentang pernikahan.

Mengingat ucapan Doni selama ini kalau Alfa bukan orang yang percaya terhadap pernikahan karena orangtuanya yang berantakan. Tidak memiliki saudara karena dia adalah anak tunggal dan orangtuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sementara sang papa sibuk dengan para wanitanya.

Usai bersiap-siap dia berpamitan pada Nima ketika sudah ditunggu oleh Alfa.

“Aku bawa mobil sendiri.”

Zanna hanya diam ketika Doni menyerahkan kunci mobil itu pada Alfa. Mereka saling mendiami satu sama lain di mobil.

“Kita mau ke mana?”

Zanna beranikan diri untuk bertanya pada calon suaminya.

“Menenangkan kamu.”

“Aku tidak apa-apa.”

Alfa diam, Zanna juga ikut diam karena suaminya tidak mengatakan apa-apa lagi.

Alfa menghentikan mobilnya di pinggir jalan, menatapnya dengan iba. “Doni cerita apa saja ke kamu?”

“Dia nggak cerita apa-apa.”

“Aku hanya ingin memberitahumu tentang kehidupan yang akan kita jalani setelah menikah nanti.”

“Aku sudah mendengar cerita dari Doni. Kamu tidak mau kalau aku cemburu jika ada wanita yang bersamamu, begitu?”

Alfa tersenyum sinis. “Kamu mengatakan kalau dia tidak cerita apa-apa. Tapi sekarang kamu tahu apa tujuanku mengajakmu kemari.”

“Aku sudah membaca semua yang ada di perjanjian itu. Kamu tenang saja.”

“Sesuai perjanjian, kamu harus melayaniku sampai pernikahan kita selesai. Tapi sekarang aku melihat adikmu sangat bertingkah. Aku tidak mau kalau dia mengacaukan rencanaku. Aku berharap kamu bisa bicara dengannya. Jangan merusak nama baikku dan reputasi keluargaku. Itu sangat menjijikkan.”

Tidak perlu diingatkan juga Zanna akan mengingatkan itu kepada Reza. Tidak mau kalau nanti Alfa kena imbasnya. Adiknya memang tukang onar, tapi jangan sampai Alfa yang menyelesaikan masalah itu lagi.

“Apa yang ingin kamu katakan? Bilang saja sekarang.”

“Tentang hubungan kita, tidak boleh ada yang tahu. Kamu harus bersandiwara di depan orangtuaku, di depan kakek juga kamu harus romantis. Kita hubungan suami istri pada umumnya. Aku ingin kamu jaga image di luar sebagai istriku.”

“Terus?”

“Jangan ada pria lain di sisimu. Aku bisa menghabisi mereka kalau aku melihatmu bertemu pria lain.”

“Bagaimana denganmu yang dikelilingi oleh wanita?”

“Mereka hanya untuk bersenang-senang. Aku tidak tidur dengan mereka. Aku hanya akan menyentuh istriku.”

“Apa aku bisa percaya itu dengan mudah?”

Alfa mengangkat kedua bahunya. “Kita akan selesai begitu kamu melahirkan. Tidak perlu jatuh cinta. Karena cinta itu tidak pernah ada di dunia ini … kecuali kakekku terhadap nenekku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status