Share

5. Wanita Yang Sudah Dibeli

“Selamat atas pernikahan kalian berdua.”

Sepasang suami istri itu senyum ramah pada orang yang mengucapkan.

Pernikahan digelar begitu mewah, tamu undangan juga orang-orang penting yang dihadirkan oleh orangtuanya Alfa. Sebagai menantu di keluarga ini, Zanna tidak terlalu memikirkan bagaimana orangtuanya Alfa menerima dirinya atau tidak. Tapi menurut pria itu, kedua orangtua Alfa tidak peduli siapa pun yang bersanding dengan putra mereka.

Mamanya Zanna juga bertemu dengan beberapa teman lamanya. Ada juga teman dari mendiang papanya Zanna yang sudah hadir.

Pernikahan ini seperti sebuah gerbang kehancuran bagi Zanna. Karena dipermalukan di sini.

Pernikahan yang digelar secara mewah ini tidak akan bertahan lama. Hanya sampai melahirkan.

Membayangkannya saja membuat Zanna mulai merasa ngeri dengan dirinya yang menikah dengan pria ini.

Tapi semua orang terlihat begitu senang dengan pernikahan mewahnya. Ada pula mama mertuanya dengan teman-teman sosialitanya yang berdiri di sana menyambut tamu yang lain.

Alfa juga seperti punya kepribadian ganda. Kadang tidak mau terlihat senyum, kadang bisa ramah pada orang tertentu.

 “Ayo mulai sandiwara itu!” Zanna terkesiap ketika ada suara di telinganya.

Puncak acara yaitu ketika potong kue pernikahan. Zanna merasa kaku saat tangannya Alfa mulai menuntunnya.

Pada saat menyuapi kue untuk suaminya, lalu giliran Alfa yang dia suapi. Pria itu tersenyum dan langsung menyambar bibirnya dengan ciuman. Semua orang teriak histeris karena ulahnya Alfa.

“Tahan dirimu, Nak!”

Alfa tertawa ketika ditegur oleh kakeknya.

Zanna yang benar-benar malu oleh tindakan Alfa barusan. Lalu dia menatap pria itu lagi. Mereka melanjutkan acara.

Acara selesai pada jam setengah sebelas malam.

Zanna dibawa pulang ke rumahnya Alfa, baru saja dia sampai di sana. Dia melihat rumah itu berdiri dengan megah. Membayangkan anaknya akan tumbuh di sini. Kehidupannya dengan Alfa akan berbeda setelah ini.

Zanna diajak masuk ke kamar oleh Alfa setelah barangnya dibawa tadi oleh para asisten di rumahnya Alfa. Benar-benar rumah ini tidak bisa diurus oleh satu atau dua orang saja. Suaminya benar-benar sangat kaya.

Dia selesai mandi, Alfa kembali ke kamarnya dan hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya. Sementara Zanna yang pertama kali melihat pria seperti itu langsung terkejut. “Kenapa kaget?”

Zanna mengalihkan pandangannya. “Nggak apa-apa.”

“Ikut aku!” Beranjak dari tempat duduknya. Zanna ke ruangan lain yang pertama kali dimasukinya, walk in closet yang begitu indah. Sampai dia tidak bisa berkata-kata lagi karena begitu luas. Melebihi luasnya kamar Alfa sekarang ini. “Carikan aku baju!”

“Kaus?”

“Terserah. Kamu istriku, seharusnya tahu apa tugasmu.”

Dia menghela napas karena pertama kalinya melihat pakaian Alfa yang begitu banyak. Di sini dia mulai kebingungan apa yang akan dikenakan oleh suaminya. “Ini?” Zanna berbalik melihat suaminya berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Nggak suka baju itu.”

Dia mencari lagi dan mengambil baju yang lain lagi. Zanna mengambil setelan untuk tidur. “Karena kita akan tidur, aku pilih ini. Bagaimana menurutmu?”

Alfa mengangguk. Lalu pria itu merentangkan tangannya ketika Zanna mendekat. “Jangan bengong!”

“Aku ngapain?”

“Kamu harus memakaikan aku baju. Itu salah satu tugas istri.”

Ini di luar perjanjian. Tapi Zanna menuruti keinginan suaminya. Setelah mengancingkan baju tidur untuk suaminya. Alfa berdehem. Zanna menatap suaminya lagi dengan bingung. “Sekarang apalagi?”

“Apakah aku tidur dengan handuk seperti ini?” pria itu balik bertanya pada Zanna.

“Kamu bisa pakai celana sendiri.”

Tapi Alfa masih berdiri di sana. Sambil menghela napas, Zanna tidak bisa berkata apa-apa lagi pada suaminya. “Aku sudah pakai celana dalam. Kamu hanya tinggal memakaikan ini untukku,” sambil melemparkan celana yang senada dengan baju tidurnya.

Benar-benar di luar dugaan pria ini. Dia merasa ragu melakukannya. “Aku tidak mau.”

“Munafik. Padahal kamu sering melihat milik mantanmu.”

Dengan perasaan kesal, Zanna langsung menarik handuk itu dan memasangkan celana untuk suaminya tanpa melihat sedikit pun. Walaupun Alfa mengatakan menggunakan celana lain. Tapi tetap itu rasanya agak aneh.

Dia sudah berhasil memakaikan setelan tidur untuk suaminya. Alfa juga sudah mengeringkan rambutnya di kamar mandi tadi. Lalu mengambil handuk yang basah itu dan membawanya keluar.

Emosinya Zanna masih membuncah disebut sebagai seorang wanita munafik dan dikatakan pernah melihat milik mantannya. Dia berdiri menghalangi langkah suaminya ketika hendak tidur. “Ada apa?”

“Aku ingin protes ucapanmu yang tadi.”

Alfa menaikkan sebelah alisnya dan menatap Zanna. “Yang mana?”

“Kamu mengatakan aku munafik karena sudah melihat milik mantanku. Pertama, aku masih perawan. Kedua, kamu mencuri ciuman pertamaku saat pesta pernikahan tadi. Ketiga, aku pernah pacaran tapi tidak murahan.”

Alfa mendekatkan wajahnya. “Aaaah … begitukah?”

Langkahnya Zanna mundur ketika Alfa terlihat menyeramkan. Dengan berusaha setegas mungkin untuk menantang Alfa. “Tentu, aku masih perawan. Aku ini wanita mahal.”

“Oh 10 milyar itu adalah harga untuk perawanmu yang akan kamu serahkan padaku?”

Hampir memberontak, tapi Alfa benar. Apa yang diucapkannya itu tidak salah. “A-aku… aku tidak seperti itu.”

Zanna masih mencoba mundur setiap kali Alfa maju satu langkah. “Aku hanya penasaran, benarkah istriku masih perawan?”

“Ya.”

Zanna berhenti ketika tubuhnya mepet dengan tembok. Sementara Alfa semakin mendekat dan mengunci tubuhnya. “Istriku memang sedikit menantang.”

“Mundur sekarang juga!”

“Aku sudah memberikanmu uang, sesuai perjanjian kita. Lagi pula aku menawarkanmu untuk bermain sampai kamu hamil saja. Tapi kamu menawarkan pernikahan.”

“Aku tidak mau hamil di luar pernikahan.”

Napasnya mulai terasa berat saat Alfa mendekat. “Kalau begitu aku ingin membuktikan istriku yang katanya masih perawan.”

…..

Keesokan paginya. Zanna bangun perlahan. Dia menatap langit-langit kamar. Mengingat kejadian semalam. Seharusnya tidak perlu mempertegas dirinya masih perawan atau tidak. Karena Alfa justru menggodanya.

Benar saja kalau mereka melakukannya sampai Zanna menangis. Alfa juga berkata jujur mengenai pengalamannya pernah bercinta dengan wanita lain dulu. Mengatakan kalau dia berteman juga dengan wanita tapi sekarang tidak sampai ranjang, hanya sebatas kumpul dan tetap menjaga nama baik perusahaan.

Bukan hanya satu kali pria itu menyentuhnya. Zanna sendiri sampai tidak bisa bergerak sekarang. Tubuhnya terasa sakit.

Dia mencoba memiringkan tubuhnya. Tapi ini benar-benar sakit.

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Zanna langsung menutup kepalanya dengan selimut karena merasa malu. Bagaimana Alfa semalam sangat gila, Zanna memohon agar tidak melakukan itu. Alfa justru semakin merasa tertantang karena ucapan Zanna.

“Ah.”

Zanna terkejut ketika selimut yang digunakan menutup tubuhnya ditarik oleh Alfa barusan. Pria itu mengeringkan rambutnya. Zanna berusaha untuk menutup tubuhnya. “Jangan pura-pura tidur!”

“Aku masih ingin tidur. Ini masih pagi.”

“Buka matamu, Zanna! Ini sudah siang.”

Dia mengedarkan pandangannya. Melihat sudah jam satu siang. “Sial, aku benar-benar ketiduran.”

Alfa menarik selimutnya Zanna untuk kedua kalinya.

Terjadi lagi untuk kesekian kalinya.

Sakit yang semalam belum hilang, Alfa melakukan ini lagi untuknya. Entah tengah malam juga suaminya meminta lagi.

Setelah pelepasannya. Alfa memungut handuknya dan langsung memasangnya “Aku pikir istriku berbohong kalau dia perawan.”

Zanna masih mengatur napas setelah bercinta dengan suaminya. Alfa pergi begitu saja memperlakukannya seperti wanita murahan—ah ralat. Zanna memang menjual dirinya sekarang.

Perlahan dia bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil bathrobe yang ada di atas meja. Disiapkan oleh Alfa entah kapan.

Rasanya benar-benar sakit sekarang.

Alfa keluar lagi dari kamar mandi. Berpapasan dengan Zanna. “Setelah selesai mandi, langsung turun untuk makan siang! Aku akan menunggumu.”

Ia menepati ucapan suaminya. Melihat bagaimana para asisten begitu gerak cepat untuk melayani. Zanna di sini diperlakukan dengan begitu baik. Banyak makanan sehat yang ada di atas meja.

“Makan sesukamu!”

Semua asisten pergi. Hanya tinggal mereka berdua setelah dilayani dengan baik tadi. “Apakah mereka tidak ikut makan?”

“Mereka makan bersama di tempat lain.”

Dia mengangguk dan mencicipi makanan yang tersedia di atas meja.

Satu persatu dicicipi oleh Zanna. “Kamu menyukainya?”

“Ya, makanannya enak. Tapi sayang kakek tidak ada di sini,” kalau pria itu ada di sini. Setidaknya ada alasan untuk Zanna menghindari suaminya. Namun pria itu dibawa oleh orangtuanya Alfa dan membiarkan mereka berdua menikmati hangatnya pengantin baru.

“Makan yang banyak. Siapkan tenagamu dengan baik. Kita akan melakukannya lagi nanti.”

Gerakan Zanna terhenti ketika hendak mencoba makanan lain. Mengingat bagaimana perlakuan Alfa tadi dia sudah ngeri. Memang Alfa tidak kasar, tapi ini terlalu cepat bagi Zanna di awal pernikahan mereka.

“Kenapa?”

“Aku hanya ingin meminta jeda. Karena aku lelah melakukannya.”

Alfa makan tanpa melihat Zanna. “Kamu istriku yang sudah aku beli. Urusan ranjang kita harus tetap jalan. Ingat itu baik-baik!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status