Share

Kesal

last update Last Updated: 2023-07-15 03:12:13

🏵️🏵️🏵️

Mentari pagi ini telah menunjukkan wajahnya. Sinar terang yang dipancarkan selalu mampu menerangi benda yang berada di bawahnya. Makhluk yang ada di bumi juga dapat merasakan kehangatannya. Sungguh agung Zat yang telah menciptakannya.

Kehangatan sinar matahari itu seharusnya dapat Sarah rasakan. Namun, hampir setiap hari dirinya selalu merasa menggigil ketakutan karena hardikan sang suami. Walaupun pernikahan Sarah dan Wisnu sudah memasuki usia dua minggu, sikap yang Wisnu tunjukkan justru makin tidak menghargai istrinya.

Seperti yang terjadi tadi pagi saat Sarah membangunkan Wisnu. Laki-laki itu dengan kasar mendorong tubuh sang istri hingga terduduk di lantai. Sarah sering bingung, kenapa Wisnu bersikap seolah-olah sangat membenci dirinya. Sikap kasar itu melebihi apa yang dirasakan ketika magang di kantor sang suami kala itu.

“Kenapa Mas membenci saya? Apa salah saya?” Sarah pun memberanikan diri melontarkan pertanyaan itu kepada Wisnu.

“Karena saya tidak mencintaimu!” Wisnu memberikan balasan dengan menaikkan suara.

“Kenapa Mas menikahi saya?”

“Kamu nggak perlu bertanya lagi! Kamu udah tahu jawabannya! Satu hal lagi yang harus kamu ingat! Setelah kamu melahirkan anak untuk saya, kamu boleh pergi dari rumah ini! Kamu tidak memiliki tempat di hati saya!”

Sarah terkejut mendengar penuturan yang tidak ada dalam perjanjian yang telah mereka sepakati sebelumnya. Sarah tidak sanggup membayangkan seperti apa perasaan kedua orang tuanya jika mengetahui kenyataan pahit itu.

“Tapi ini bukan perjanjian awal, Mas. Apa yang akan Ayah dan Ibu katakan jika tahu semua ini?”

“Saya nggak peduli! Pergi dari hadapan saya!”

Sarah pun segera bangkit lalu beranjak meninggalkan kamar untuk menyiapkan sarapan bersama Bi Inah di dapur. Dia tetap melakukan apa yang dinasihati oleh ibunya, menjalankan tugas sebagai istri dan menantu di rumah Wisnu.

“Biarkan aja Bibik yang ngerjain, Sayang. Kamu duduk aja.” Bu Siska selalu berusaha melarang Sarah yang selalu membantu pekerjaan Bi Inah.

“Nggak apa-apa, Mih.” Sarah kini mengisi piring kosong yang sudah tersedia di meja makan.

“Biasa, Mih. Sok rajin.” Jessy tetap saja menunjukkan sikap tidak suka di depan Sarah.

“Jessy!” Pak Wildan menaikkan suara sambil melihat ke arah Jessy.

“Papi dan Mami hobby banget bentak aku sejak cewek ini memasuki keluarga kita.” Jessy menatap Sarah dengan tajam.

“Kenapa kamu selalu bersikap seperti ini, Sayang? Sarah itu kakak iparmu. Cobalah bersikap sopan padanya.” Bu Siska memegang pundak anak perempuannya.

“Ada apa ini?” Wisnu yang baru tiba di ruang makan, langsung duduk berhadapan dengan ayahnya.

“Biasa, Kak. Papi dan Mami selalu bela istrimu.” Jessy memasang wajah cemberut.

Sarah tidak mengerti kenapa suami dan adik iparnya memiliki sifat bertolak belakang dengan kedua mertuanya, padahal Pak Wildan dan Bu Siska sangat menyayangi Sarah. Mereka menganggap wanita itu seperti anak kandung.

“Udah, nggak perlu diperpanjang. Sekarang kita sarapan.” Pak Wildan mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Iya, Mami setuju. Oh, ya, Sayang … saran Mami, sebaiknya kamu jangan terlalu capek. Kamu harus banyak istirahat supaya cepat kasih cucu untuk Papi dan Mami.” Bu Siska melihat ke arah Sarah.

“Baik, Mih.” Sarah mengiakan permintaan ibu mertuanya.

“Oh, ya, Wis … apa kamu nggak ada niat untuk bulan madu? Dari awal Mami mau nanya, tapi kamu sibuk banget dengan kerjaan.” Sekarang Bu Siska melihat ke arah putranya.

“Iya, Mih. Nanti kalau udah nggak sibuk, saya pasti ajak Sarah bulan madu.” Wisnu tetap bersikap lembut jika berhadapan dengan orang tuanya.

“Gitu, dong. Mami ingin secepatnya nimang cucu. Kamu, sih, nikahnya kelamaan.” Bu Siska sangat senang mendengar jawaban anaknya.

“Udah, dong, Mih. Yang penting sekarang saya udah bawa menantu Mami ke rumah ini. Semoga secepatnya dia memberikan keturunan untuk keluarga kita.” Wisnu mencoba meyakinkan ibunya.

Sarah membayangkan seandainya Wisnu benar-benar baik terhadap dirinya seperti di depan Pak Wildan dan Bu Siska. Namun, kenyataan kadang tidak seindah apa yang diharapkan. Wisnu tetap saja bersikap kasar dan bahkan makin tega kepada wanita yang telah dia nikahi.

🏵️🏵️🏵️

Hari ini, sebulan usia pernikahan Wisnu dan Sarah. Namun, hubungan di antara mereka tampak bahagia hanya di depan orang tua Wisnu saja. Sementara saat sedang berdua saja, Wisnu tetap menunjukkan kekasarannya.

Akan tetapi, Sarah tetap berusaha kuat dan bersabar. Dia masih merasa bersyukur karena kedua mertuanya sangat menyayangi dirinya. Sarah bahkan berusaha untuk tidak membenci laki-laki yang selalu berbuat kasar terhadapnya.

Apa pun kekasaran yang Wisnu lakukan, Sarah berusaha abaikan. Dia tetap melayani sang suami dan melakukan kegiatannya seperti saat masih tinggal bersama orang tua, misalnya menyiram tanaman di waktu pagi dan sore hari.

“Non Sarah rajin, ya, bantu Bibik siram tanaman hampir setiap hari.” Saat ini, Sarah dan Bi Inah sedang melakukan kegiatan seperti biasa di sore hari.

“Saya suka merawat bunga, Bik.” Sarah selalu saja menunjukkan sikap ikhlasnya kepada Bi Inah.

“Sore, Bik.” Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri Bi Inah dan Sarah yang masih semangat menyiram tanaman.

“Den Reno?” Bi Inah sangat terkejut melihat laki-laki yang kini ada di dekatnya.

“Bibik apa kabar?” Pria yang bernama Reno tersebut mengulurkan tangannya kepada Bi Inah. Wanita itu pun menerima jabatan laki-laki itu.

“Bibik baik-baik saja. Den Reno lama nggak ke sini. Lagi sibuk, ya?”

Reno memberikan penjelasan kalau dirinya baru pulang dari luar kota. Laki-laki itu tiba-tiba melirik ke arah Sarah. Namun, wanita yang diliriknya tersebut merasa risi. Sarah pun berusaha menjauh dari pandangan Reno.

Reno akhirnya berpamitan kepada Bi Inah. Dia ingin bertemu dengan keluarga Wisnu. Setelah tiba di depan pintu, Reno langsung disambut Jessy. Mereka langsung berpelukan. Sementara Sarah, merasa bingung karena tidak mengenal laki-laki yang baru dia lihat itu.

“Kamu nggak bilang-bilang, ya ... ternyata ada bidadari yang tinggal di rumah ini.” Reno langsung melontarkan pernyataan itu setelah duduk di ruang keluarga bersama Jessy.

“Bidadari? Kamu ada-ada aja.” Jessy tidak mengerti dengan orang yang Reno maksud.

“Cewek yang bersama Bibik di depan, itu bidadari. Aku terpana melihatnya.” 

“Itu istri Kak Wisnu. Ngaco, deh.” Jessy memberikan penjelasan.

“What?” Reno pun terkejut.

Jessy merasa kesal karena adik sepupunya tersebut mengaku terpana melihat Sarah, wanita yang tidak dia terima sebagai istri Wisnu. Jessy akui kalau kakak iparnya tersebut memang cantik, bahkan melebihi Sandra.

Akan tetapi, Jessy tetap tidak menyukai Sarah karena selama ini dia berharap agar kakaknya menikah dengan Sandra. Bagi wanita itu, hanya Sandra yang pantas menjadi istri Wisnu. Jsssy menganggap Sandra dewasa dan sangat akrab dengan dirinya.

“Kapan pulang dari luar kota?” Tiba-tiba terdengar suara Wisnu yang kini telah berdiri di hadapan Jessy dan Reno.

“Baru sampai semalam.” Reno langsung berdiri lalu memeluk kakak sepupunya tersebut.

Saat kedua laki-laki itu saling merangkul, Sarah pun muncul. Dia segera meraih tas kerja Wisnu lalu beranjak memasuki kamar. Reno akhirnya melepas pelukan, dia memandang punggung Sarah yang telah berlalu.

“Ketemu di mana bidadari itu, Kak?” tanya Reno kepada Wisnu sambil menunjuk ke arah Sarah.

“Kenapa?”

“Kakak hebat. Aku nggak nyangka kalau ternyata dia istrimu.”

“Udah, ah, Kakak mau mandi. Gerah, nih.” Wisnu mengalihkan pembicaraan lalu melangkah memasuki kamar.

Wisnu merasa kesal karena orang yang menyukai Sarah bukan hanya kedua orang tua dan ART di rumahnya, tetapi Reno juga menunjukkan hal yang sama. Wisnu ingin agar Sarah dibenci oleh semua anggota keluarganya.

Bagi Wisnu, Sarah hanya seseorang yang akan melahirkan anaknya. Wisnu tidak memiliki niat sedikit pun untuk mempertahankan Sarah sebagai pendamping hidup selamanya, sebab hati dan perasaan laki-laki itu masih tetap untuk Sandra.

“Mau cari perhatian, ya? Kamu sengaja lewat di depan Reno?” Wisnu langsung melontarkan pertanyaan itu kepada Sarah setelah tiba di kamar.

“Saya nggak kenal dia, Mas.”

“Dia adik sepupu saya. Sekarang kamu udah kenal. Kamu nggak perlu muncul di hadapannya. Ngerti!” Wisnu meremas pergelangan tangan Sarah.

“Iya, Mas. Saya minta maaf.” 

Sarah tidak mengerti kenapa Wisnu menganggap apa yang dia lakukan selalu salah, padahal wanita itu telah melakukan hampir semua keinginan sang suami. Sarah bahkan sudah mulai terbiasa dengan sikap yang Wisnu tunjukkan selama ini. 

==============

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Makna Cinta

    🏵️🏵️🏵️ “Walaupun dulu Mas selalu kasar sama saya, tapi saya tetap bangga menjadi istri Mas.” “Saya merasa menjadi wanita paling beruntung karena dinikahi pria tampan seperti Mas. Saya nggak pernah menyesal hidup bersama Mas, walaupun pernikahan kita berawal dari sebuah janji.” “Janji itu telah menyadarkan saya kalau Mas suami idaman saya. Mas tetap yang terbaik.” “Bangun, Mas. Apa Mas nggak ingin merasakan keberadaan calon anak kedua kita?” Sarah mendekatkan tangan Wisnu ke perutnya. “Rasakanlah keberadaan anak kita, Mas. Dia sama seperti Wira, sangat membutuhkan papanya.” Wisnu belum memberikan respons sedikit pun. Sarah akhirnya membenamkan wajahnya ke dada sang suami tercinta. Dia belum mampu membendung air matanya agar tidak jatuh. Wanita itu sangat takut karena setelah beberapa menit berlalu, Wisnu masih terdiam sama seperti saat dirinya baru tiba di ruangan itu. “Kamu kenapa, Sayang?” Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Dia pun segera mengangkat wajah dari dada laki-

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Panik

    🏵️🏵️🏵️ “Salah satunya Kevin, yang sekarang jadi adik ipar kita. Terus, Reno. Karyawan-karyawan di kantor. Satu lagi ... kata Tasya teman satu sekolah kalian.” Wisnu menyebutkan orang-orang yang mengagumi istrinya sambil meruncingkan bibir. “Itu nggak benar, Mas.” “Itu kenyataan, Sayang. Tapi nggak masalah. Toh, yang berhasil milikin kamu hanya aku. Kamu menyerahkan diri seutuhnya hanya padaku.” Wisnu pun turut berbaring di samping Sarah lalu memeluk wanita itu. Wisnu kini menyadari bahwa hidup bersama Sarah merupakan anugerah terindah untuknya. Walaupun laki-laki itu awalnya menolak perasaannya untuk Sarah dan yakin hanya mencintai Sandra, tetapi pada kenyataan saat ini, dia justru bersatu dengan wanita yang dulu sangat dia benci tersebut. 🏵️🏵️🏵️ Keesokan hari .... Setelah Wisnu dan ayahnya berangkat ke kantor, Sarah kembali mengalami mual seperti kemarin. Namun kali ini, rasa itu muncul lebih sering dari sebelumnya. Sarah pun menyerahkan Wira kepada sang ibu mertua lalu

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Sebatas Kenangan

    🏵️🏵️🏵️ “Ada perlu apa ke sini?” tanya Wisnu dengan nada tegas. Sarah bingung melihat sikap sang suami. Dia juga tidak mengenal pria yang kini ada di depannya. Laki-laki yang merupakan tamu di rumah Wisnu itu pun segera berdiri, kemudian menyerahkan sepucuk surat kepada masa lalu istrinya tersebut. Wisnu awalnya tidak memberikan respons, tetapi karena mendapat isyarat dari Sarah, dia akhirnya menerima surat itu. “Itu mewakili permintaan maaf Sandra. Semoga kalian bersedia memaafkan almarhumah istri saya.” Wisnu kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki yang berdiri di depannya. Wisnu pun akhirnya mulai membaca surat yang telah dia terima. Sebelumnya, dia meminta asisten rumah tangga membawa Wira memasuki rumah. Isi surat itu menjelaskan bahwa Sandra meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan. Sandra mengaku tidak pernah memiliki niat sedikit pun untuk mengusik kehidupan rumah tangga Wisnu. Tujuan wanita itu hanya satu, dia berharap agar Wisnu menyadari perasaannya terhad

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Kebenaran

    🏵️🏵️🏵️ “Sebelum mereka jadian, Reno mengatakan langsung padaku kalau dia mencintaimu. Saat itu, aku sangat marah padanya.” Wisnu kembali memberikan penjelasan kepada Sarah. “Saya berharap semoga hubungan kalian kembali akur seperti dulu lagi.” Sarah berharap agar keharmonisan antara Wisnu dan Reno kembali terjalin. “Iya, Sayang. Itu pasti.” “Terus, cowok yang ngantar saya ke kampus waktu magang namanya Rey. Dia udah sering ngungkapin perasaannya, tapi selalu saya tolak.” “Terima kasih karena kamu menolaknya. Berkat penolakan itu, akhirnya gadis ingusan yang telah bersemayam dalam hatiku, kini mendampingi hidupku. Aku sangat mencintaimu, Bidadariku.” Wisnu pun mencium puncak kepala Sarah. “Kenapa Mas kembali menyebut saya anak ingusan?” Sarah sedikit kesal terhadap Wisnu. “Eh, ternyata sekarang bukan anak ingusan lagi, tapi udah punya anak. Anaknya sekarang berusia empat bulan. Tampan banget.” Wisnu menyunggingkan senyumnya. Wisnu sangat bahagia karena dirinya telah berhasil

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Kejujuran

    🏵️🏵️🏵️ “Nanti aku pasti ceritakan.” Wisnu mencium tangan istrinya. “Aku mandi dulu, ya, Sayang.” Wisnu pun beranjak menuju kamar mandi. Rasa penasaran akhirnya menghampiri Sarah. Wanita itu merasa kalau Wisnu kini menyembunyikan sesuatu. Namun, Sarah berusaha untuk yakin kalau sesuatu yang belum dia ketahui saat ini, bukan hal serius yang akan mengusik kehidupan rumah tangganya bersama Wisnu. Sarah juga yakin kalau Wisnu yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dia percaya kalau sang suami benar-benar telah berubah dan kini sangat mencintai istri dan anaknya. Sarah berusaha berpikiran positif. 🏵️🏵️🏵️ Hari ini, keluarga Wisnu tampak sangat bahagia. Pak Wildan dan Bu Siska sangat bersyukur karena putri bungsu mereka telah menemukan sang pujaan hati. Dia tidak lain adalah Jessy. Wajah wanita itu terlihat berseri-seri bersanding dengan Kevin di pelaminan. Wisnu dan Sarah menghampiri pasangan yang baru resmi menjadi pasangan suami istri tersebut. Wisnu tidak pernah menyangka bahwa

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Kemesraan

    🏵️🏵️🏵️ “Saya nggak apa-apa, Mas?” Sarah tetap tidak ingin memberikan jawaban yang sebenarnya. Wisnu pun melepas pelukan lalu menangkupkan tangannya di kedua pipi Sarah. “Kalau memang nggak apa-apa, kenapa kamu nangis?” “Ini tangis bahagia, Mas.” Sarah menunduk karena tidak kuasa memandang wajah sang suami. “Aku perhatiin sejak kamu sadar, kamu tidak berani menatapku. Kamu lebih sering menunduk dan kadang memalingkan muka. Ada apa?” “Nggak apa-apa, Mas. Maaf, saya mau mandi dulu.” Sarah pun mengalihkan pembicaraan. “Dari tadi jawaban kamu itu aja. Kamu bersikap seolah-olah ingin menutupi sesuatu dari suamimu.” “Nggak, Mas. Maaf, saya mau mandi.” Sarah menggeser posisi lalu turun dari tempat tidur. Sebelum wanita itu melangkah, Wisnu pun meraih tangannya. “Tunggu, Sayang. Kita mandinya bareng.” Sarah terkejut mendengar keinginan Wisnu. “Nggak, Mas.” Sarah segera menarik tangannya dari genggaman Wisnu lalu masuk kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka akan mendengar permintaa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status