🏵️🏵️🏵️
Setelah selesai menikmati makan malam bersama, Wisnu memilih duduk di taman belakang rumah. Laki-laki itu termenung karena ingatannya tertuju kepada wanita yang sangat dia cintai hingga saat ini.
Tiga tahun lamanya, Wisnu menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bersama Sandra. Kedua insan itu telah sepakat akan melanjutkan ikatan ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan.
Akan tetapi, kenyataan kadang tidak seindah harapan. Sandra dan keluarganya tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Satu hal yang Wisnu ketahui kala itu, bahwa perusahaan milik keluarga sang kekasih mengalami pailit.
Wisnu tidak pernah mempermasalahkan keadaan keluarga Sandra yang tidak seperti dulu lagi. Laki-laki itu ikhlas menerima sang pujaan hati apa adanya. Dia tetap ingin menjadikan Sandra sebagai pendamping hidupnya.
“Apa kamu akan tetap mencintaiku setelah mengetahui keadaan keluargaku yang sekarang, Mas?” tanya Sandra kala itu kepada Wisnu.
“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Sayang? Aku mencintaimu dengan tulus. Aku nggak peduli dengan apa yang telah menimpa keluargamu.” Wisnu meyakinkan sang kekasih.
Bagi Wisnu, Sandra adalah wanita yang telah berhasil membuatnya mengenal arti cinta yang sebenarnya. Sandra merupakan pengobat hati laki-laki tersebut saat mendapatkan pengkhianatan dari Bella, cinta pertamanya.
Oleh karena itu, Wisnu belum mampu melupakan Sandra hingga saat ini, padahal komunikasi di antara mereka telah terputus selama dua tahun terakhir ini. Bagi Wisnu, menghapus bayangan Sandra dari pikiran tidak semudah ketika dirinya berpisah dengan Bella.
Sandra telah memberikan segalanya untuk Wisnu. Di samping rasa cinta yang laki-laki itu miliki untuk sang pujaan hati, dia juga tidak ingin lari dari tanggung jawab atas apa yang telah terjadi antara dirinya dan Sandra.
“Kamu jangan takut, Sayang. Aku tidak mungkin ninggalin kamu. Kamu sudah memberikan segalanya untukku.” Wisnu berjanji kepada Sandra ketika hubungan yang belum pantas itu terjadi di antara mereka.
“Aku percaya padamu, Mas.” Sandra pun tidak pernah merasa ragu dengan janji yang Wisnu ucapkan.
Dua tahun setelah Sandra tidak memberikan kabar, orang tua Wisnu pun meminta anak laki-lakinya tersebut agar segera berumah tangga. Pak Wildan dan Bu Siska ingin secepatnya memiliki cucu, mengingat usia Wisnu telah memasuki tiga puluh tahun.
“Kamu harus segera menikah. Kamu anak laki-laki satu-satunya yang harus memberikan keturunan untuk keluarga ini!” Bu Siska dengan tegas menyampaikan harapan tersebut kepada Wisnu.
“Saya masih nunggu Sandra, Mih.” Wisnu tetap berharap kepada wanita yang sangat dia cintai tersebut.
“Dua tahun tanpa kabar, itu namanya apa? Kenapa kamu harus menunggu sesuatu yang tidak pasti?” Pak Wildan turut menimpali.
“Tapi saya hanya mencintai Sandra.”
“Papi dan Mami nggak peduli. Usia kamu itu udah nggak muda lagi. Ingat, loh, kepala tiga. Teman-teman Mami udah pada punya cucu.” Bu Siska tetap dengan keinginannya agar Wisnu segera menikah.
Desakan Pak Wildan dan Bu Siska tidak mampu Wisnu elakkan. Laki-laki itu bosan dengan kalimat yang dilontarkan kepada dirinya setiap hari. Wisnu akhirnya memenuhi permintaan kedua orang tuanya dengan menikahi Sarah, wanita yang tidak pernah dia cinta.
“Ini tehnya, Mas.” Lamunan Wisnu buyar seketika saat menyadari keberadaan Sarah yang kini sedang berada di dekatnya sambil membawa secangkir teh.
Wisnu langsung menepiskan teh buatan Sarah yang sengaja disuguhkan untuk dirinya hingga terjatuh dari tangan wanita tersebut. Laki-laki itu dengan kasar menarik tangan sang istri hingga terduduk di pangkuannya. Wisnu dengan beringas mencium bibir Sarah.
Sarah sangat terkejut dengan apa yang Wisnu lakukan terhadap dirinya. Dia tidak mengerti kenapa laki-laki tersebut berbuat seperti itu. Namun, Sarah tidak mampu menolak kemauan sang suami. Dia hanya diam.
🏵️🏵️🏵️
Sarah tidak mengerti apa yang terjadi dengan hatinya saat ini. Memasuki tiga bulan usia pernikahannya bersama Wisnu, dia tidak merasa tersakiti dengan sikap kasar laki-laki tersebut. Sarah justru salah tingkah setiap berada di dekat Wisnu.
Kekasaran yang dilakukan oleh sang suami ternyata menciptakan rasa yang berbeda di hati Sarah. Dia memiliki perasaan lebih terhadap Wisnu. Sarah akui, sejak lulus sekolah, hanya Wisnu yang sangat dekat dengannya.
Sarah belum pernah merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Sebelumnya, hanya ada cinta monyet yang dia rasakan saat wanita berparas cantik itu masih duduk di bangku sekolah. Namun saat ini, dia benar-benar jatuh cinta kepada suaminya sendiri.
“Kapan kamu hamil?”
Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Laki-laki tersebut tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu ketika memasuki kamar, padahal tadi dirinya masih asyik berbincang dengan sang ayah di ruang keluarga.
“Saya nggak tahu, Mas. Semoga dalam waktu dekat ini saya segera hamil.” Sarah yang sedari tadi sedang berbaring di tempat tidur, langsung bangkit dan memilih duduk.
“Kita nikah udah tiga bulan, tapi kamu belum hamil juga. Ada apa denganmu? Mana janjimu yang akan melahirkan anak untuk saya?” Wisnu pun duduk di samping Sarah lalu menatap tajam wanita itu.
Sarah tidak merasa takut lagi menghadapi sikap sang suami. Saat ini yang dia rasakan untuk laki-laki itu hanya cinta. Dia juga tidak ingat sejak kapan perasaannya berubah dari benci menjadi sayang.
“Apa rahimmu bermasalah? Jelasin, Sarah!” Wisnu memegang kedua pundak sang istri.
“Saya nggak ngerti, Mas.” Sarah tidak mampu menatap suaminya.
“Seharusnya kamu memeriksakan kondisimu sejak awal! Saya bosan mendengar pertanyaan Papi dan Mami! Kamu benar-benar nggak berguna!” Wisnu memegang dagu Sarah lalu mengangkat wajah wanita itu.
“Maafin saya, Mas.”
“Hanya kata maaf yang mampu keluar dari mulutmu. Saya muak!”
Wisnu pun mendorong tubuh Sarah lalu dia beranjak dari tempat tidur menuju meja kerjanya yang letaknya juga di kamar tersebut. Sementara Sarah kembali merebahkan tubuh. Wanita itu juga kini merasa bingung menyadari dirinya yang belum hamil.
Wisnu yang telah duduk di depan meja kerjanya, segera meraih ponsel yang terletak di atas berkas yang akan dia kerjakan malam ini sebelum menuju alam mimpi. Laki-laki tampan itu pun membuka benda pipih tersebut.
Wisnu sangat terkejut melihat pesan masuk dalam ponselnya. Nomor yang tidak dikenal, tetapi kalimat yang tertulis sangat dia yakini dari wanita yang selama ini tetap bersemayam di hatinya. Wisnu tidak menyangka bahwa Sandra menghubunginya.
[Apa kabar, Mas? Ini Tweety-mu.] Wisnu memberikan nama Tweety kepada Sandra saat mereka masih bersama dulu.
[Apa kamu masih mengingatku?] Pesan dari nomor yang sama kembali masuk.
[Sekarang aku di Surabaya, Mas. Aku merindukanmu.] Jantung Wisnu berdegup kencang mengetahui sang pujaan hati telah kembali ke kota yang banyak menyimpan kenangan mereka.
Wisnu tiba-tiba memikirkan sesuatu yang kini mampu membuatnya tersenyum. Dia ingin memanfaatkan keadaan Sarah yang belum juga hamil hingga saat ini. Laki-laki itu merasa akan lebih mudah mengusir sang istri dari rumah.
Wisnu berpikir bahwa Sandra kembali pada saat yang tepat. Dia akan meminta Sarah keluar dari rumah dan segera menikahi wanita yang sangat dia cintai selama ini. Wisnu pun segera melakukan panggilan pada nomor yang mengiriminya pesan.
“Mas.” Wisnu mendengar suara wanita yang selalu dia rindukan selama ini.
“Kamu ke mana aja, Sayang? Kenapa kamu pergi tanpa kabar? Sandra, pujaan hatiku. Tweety-ku.” Wisnu langsung memberikan balasan dengan suara lembut. Laki-laki itu kini menitikkan air mata kebahagiaan.
“Aku kangen, Mas.”
“Aku juga kangen banget, Sayang.”
Wisnu tidak tahu bahwa percakapannya dengan Sandra didengar Sarah. Wanita yang sudah resmi berstatus sebagai istri laki-laki tersebut merasa sakit mendengar kemesraan sang suami. Sarah pun tidak mampu menahan air matanya agar tidak jatuh.
Sarah sangat sedih karena suami yang kini dia cintai ternyata mampu bersikap mesra kepada orang lain, sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukan terhadap dirinya. Sarah ingin mengatakan kepada dunia bahwa saat ini hatinya jauh lebih hancur dari penyerahan diri yang dia lakukan terhadap Wisnu saat awal pernikahan mereka.
Sarah tidak mampu berbuat sesuatu karena statusnya sebagai istri Wisnu terjadi hanya karena sebuah janji. Dia merasa tidak memiliki hak untuk melarang sang suami yang kini sedang bermesraan melalui telepon bersama wanita lain.
‘Ya Allah, kuatkan hamba dalam menghadapi kenyataan pahit ini. Hamba tidak tahu harus berbuat apa. Hamba menyerahkan segalanya kepada-Mu.’ Di dalam hati, Sarah memanjatkan doa kepada Yang Kuasa.
===============
🏵️🏵️🏵️ “Walaupun dulu Mas selalu kasar sama saya, tapi saya tetap bangga menjadi istri Mas.” “Saya merasa menjadi wanita paling beruntung karena dinikahi pria tampan seperti Mas. Saya nggak pernah menyesal hidup bersama Mas, walaupun pernikahan kita berawal dari sebuah janji.” “Janji itu telah menyadarkan saya kalau Mas suami idaman saya. Mas tetap yang terbaik.” “Bangun, Mas. Apa Mas nggak ingin merasakan keberadaan calon anak kedua kita?” Sarah mendekatkan tangan Wisnu ke perutnya. “Rasakanlah keberadaan anak kita, Mas. Dia sama seperti Wira, sangat membutuhkan papanya.” Wisnu belum memberikan respons sedikit pun. Sarah akhirnya membenamkan wajahnya ke dada sang suami tercinta. Dia belum mampu membendung air matanya agar tidak jatuh. Wanita itu sangat takut karena setelah beberapa menit berlalu, Wisnu masih terdiam sama seperti saat dirinya baru tiba di ruangan itu. “Kamu kenapa, Sayang?” Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Dia pun segera mengangkat wajah dari dada laki-
🏵️🏵️🏵️ “Salah satunya Kevin, yang sekarang jadi adik ipar kita. Terus, Reno. Karyawan-karyawan di kantor. Satu lagi ... kata Tasya teman satu sekolah kalian.” Wisnu menyebutkan orang-orang yang mengagumi istrinya sambil meruncingkan bibir. “Itu nggak benar, Mas.” “Itu kenyataan, Sayang. Tapi nggak masalah. Toh, yang berhasil milikin kamu hanya aku. Kamu menyerahkan diri seutuhnya hanya padaku.” Wisnu pun turut berbaring di samping Sarah lalu memeluk wanita itu. Wisnu kini menyadari bahwa hidup bersama Sarah merupakan anugerah terindah untuknya. Walaupun laki-laki itu awalnya menolak perasaannya untuk Sarah dan yakin hanya mencintai Sandra, tetapi pada kenyataan saat ini, dia justru bersatu dengan wanita yang dulu sangat dia benci tersebut. 🏵️🏵️🏵️ Keesokan hari .... Setelah Wisnu dan ayahnya berangkat ke kantor, Sarah kembali mengalami mual seperti kemarin. Namun kali ini, rasa itu muncul lebih sering dari sebelumnya. Sarah pun menyerahkan Wira kepada sang ibu mertua lalu
🏵️🏵️🏵️ “Ada perlu apa ke sini?” tanya Wisnu dengan nada tegas. Sarah bingung melihat sikap sang suami. Dia juga tidak mengenal pria yang kini ada di depannya. Laki-laki yang merupakan tamu di rumah Wisnu itu pun segera berdiri, kemudian menyerahkan sepucuk surat kepada masa lalu istrinya tersebut. Wisnu awalnya tidak memberikan respons, tetapi karena mendapat isyarat dari Sarah, dia akhirnya menerima surat itu. “Itu mewakili permintaan maaf Sandra. Semoga kalian bersedia memaafkan almarhumah istri saya.” Wisnu kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki yang berdiri di depannya. Wisnu pun akhirnya mulai membaca surat yang telah dia terima. Sebelumnya, dia meminta asisten rumah tangga membawa Wira memasuki rumah. Isi surat itu menjelaskan bahwa Sandra meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan. Sandra mengaku tidak pernah memiliki niat sedikit pun untuk mengusik kehidupan rumah tangga Wisnu. Tujuan wanita itu hanya satu, dia berharap agar Wisnu menyadari perasaannya terhad
🏵️🏵️🏵️ “Sebelum mereka jadian, Reno mengatakan langsung padaku kalau dia mencintaimu. Saat itu, aku sangat marah padanya.” Wisnu kembali memberikan penjelasan kepada Sarah. “Saya berharap semoga hubungan kalian kembali akur seperti dulu lagi.” Sarah berharap agar keharmonisan antara Wisnu dan Reno kembali terjalin. “Iya, Sayang. Itu pasti.” “Terus, cowok yang ngantar saya ke kampus waktu magang namanya Rey. Dia udah sering ngungkapin perasaannya, tapi selalu saya tolak.” “Terima kasih karena kamu menolaknya. Berkat penolakan itu, akhirnya gadis ingusan yang telah bersemayam dalam hatiku, kini mendampingi hidupku. Aku sangat mencintaimu, Bidadariku.” Wisnu pun mencium puncak kepala Sarah. “Kenapa Mas kembali menyebut saya anak ingusan?” Sarah sedikit kesal terhadap Wisnu. “Eh, ternyata sekarang bukan anak ingusan lagi, tapi udah punya anak. Anaknya sekarang berusia empat bulan. Tampan banget.” Wisnu menyunggingkan senyumnya. Wisnu sangat bahagia karena dirinya telah berhasil
🏵️🏵️🏵️ “Nanti aku pasti ceritakan.” Wisnu mencium tangan istrinya. “Aku mandi dulu, ya, Sayang.” Wisnu pun beranjak menuju kamar mandi. Rasa penasaran akhirnya menghampiri Sarah. Wanita itu merasa kalau Wisnu kini menyembunyikan sesuatu. Namun, Sarah berusaha untuk yakin kalau sesuatu yang belum dia ketahui saat ini, bukan hal serius yang akan mengusik kehidupan rumah tangganya bersama Wisnu. Sarah juga yakin kalau Wisnu yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dia percaya kalau sang suami benar-benar telah berubah dan kini sangat mencintai istri dan anaknya. Sarah berusaha berpikiran positif. 🏵️🏵️🏵️ Hari ini, keluarga Wisnu tampak sangat bahagia. Pak Wildan dan Bu Siska sangat bersyukur karena putri bungsu mereka telah menemukan sang pujaan hati. Dia tidak lain adalah Jessy. Wajah wanita itu terlihat berseri-seri bersanding dengan Kevin di pelaminan. Wisnu dan Sarah menghampiri pasangan yang baru resmi menjadi pasangan suami istri tersebut. Wisnu tidak pernah menyangka bahwa
🏵️🏵️🏵️ “Saya nggak apa-apa, Mas?” Sarah tetap tidak ingin memberikan jawaban yang sebenarnya. Wisnu pun melepas pelukan lalu menangkupkan tangannya di kedua pipi Sarah. “Kalau memang nggak apa-apa, kenapa kamu nangis?” “Ini tangis bahagia, Mas.” Sarah menunduk karena tidak kuasa memandang wajah sang suami. “Aku perhatiin sejak kamu sadar, kamu tidak berani menatapku. Kamu lebih sering menunduk dan kadang memalingkan muka. Ada apa?” “Nggak apa-apa, Mas. Maaf, saya mau mandi dulu.” Sarah pun mengalihkan pembicaraan. “Dari tadi jawaban kamu itu aja. Kamu bersikap seolah-olah ingin menutupi sesuatu dari suamimu.” “Nggak, Mas. Maaf, saya mau mandi.” Sarah menggeser posisi lalu turun dari tempat tidur. Sebelum wanita itu melangkah, Wisnu pun meraih tangannya. “Tunggu, Sayang. Kita mandinya bareng.” Sarah terkejut mendengar keinginan Wisnu. “Nggak, Mas.” Sarah segera menarik tangannya dari genggaman Wisnu lalu masuk kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka akan mendengar permintaa