Share

Tidak Sadarkan Diri

last update Last Updated: 2023-07-15 03:11:30

🏵️🏵️🏵️

Sarah anak yang sangat berbakti kepada orang tua. Di samping itu, dia juga selalu memberikan apa yang dibutuhkan sang ayah dan ibu. Berkat prestasi yang diraih saat duduk di bangku sekolah, Sarah memperoleh beasiswa yang akhirnya digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.

Pak Dimas dan Bu Ratna selalu mengaku bangga memiliki anak seperti Sarah. Mereka bahkan sangat berterima kasih karena sang putri tercinta dengan ikhlas membantu beban keluarga. Sarah sosok yang penurut, pengalah, dan penyayang.

Sarah sering mengabaikan keinginan bahkan kebahagiaannya demi orang tua yang sangat dia cintai. Itu yang Sarah lakukan hingga kini harus mengalami rasa sakit akibat kemauan sang suami yang tidak mampu dia tolak.

Wisnu sama sekali tidak mengerti bagaimana perasaan Sarah yang masih termasuk belia, tetapi harus memenuhi kehendaknya. Apa yang dialami wanita pemilik mata sendu itu adalah bentuk kekasaran dari suaminya.

“Kamu ngapain di dalam?” Wisnu mengetuk pintu kamar mandi sambil berbicara kepada Sarah.

Sarah tidak menyadari bahwa dirinya sudah setengah jam berada di kamar mandi. Dia tidak turut menikmati sarapan bersama keluarga barunya. Dia masih belum mampu menepiskan bayangan tentang kejadian tadi.

“Sarah! Buka pintunya!” Wisnu pun berteriak memanggil nama istrinya sambil mengetuk pintu. Namun, tidak ada jawaban.

Sarah makin larut dalam kesedihan. Air matanya telah menganak sungai dan sulit untuk dibendung. Dia mencoba meraih handuk setelah mendengar suara suaminya. Namun, kakinya terasa lemah untuk melangkah hingga akhirnya terjatuh.

Wisnu terkejut mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Dia pun kembali mengetuk pintu sambil memanggil nama istrinya. “Sarah! Suara apa itu? Buka pintunya!” Laki-laki itu kembali menaikkan suara karena sangat kesal terhadap Sarah.

Ternyata teriakan Wisnu tidak mampu membuat Sarah agar segera keluar dari kamar mandi. Wisnu bahkan tidak mendengar sahutan dari dalam. Dia makin kesal dan penasaran. Tanpa berpikir panjang, dirinya pun mencoba mendobrak pintu.

Setelah Wisnu beberapa kali mendorong pintu dengan tubuh tegapnya, benda keras berwarna cokelat muda itu pun akhirnya terbuka. Wisnu sangat terkejut melihat apa yang terjadi di depan mata. Sarah kini terbaring di lantai.

“Dasar anak ingusan! Ngerepotin aja!” Wisnu sangat kesal. Dia pun segera meraih handuk lalu menutupi tubuh Sarah, kemudian mengangkatnya ke tempat tidur.

Sarah merasa tidak sanggup menghadapi apa yang Wisnu lakukan terhadapnya tadi. Laki-laki itu tidak memberikan kesempatan kepada sang istri untuk istirahat sebelum melaksanakan kehendaknya. Wisnu lupa kalau wanita yang mendampingi hidupnya saat ini baru berusia delapan belas tahun.

“Sarah! Bangun!” Wisnu menggosok-gosok telapak tangan Sarah. Laki-laki itu panik, tetapi juga kesal.

“Baru jadi istri sehari, udah ngerepotin. Bangun!” Dia menggoyang-goyang tubuh sang istri.

“Gimana mau bilang ke Papi dan Mami? Keadaan kamu seperti ini, polos. Kenapa, sih, harus pingsan saat mandi? Benar-benar mengundang amarah!” Wisnu menggerutu sambil terus berusaha membangunkan Sarah.

Wisnu merasa tidak memiliki jalan keluar selain memberikan napas buatan. Pria itu pun melakukan apa yang dia pikirkan. Tidak menunggu lama, Sarah tiba-tiba siuman dan dia terkejut mendapati dirinya berbaring di tempat tidur.

“Kamu itu benar-benar nyusahin!” Wisnu menghardik Sarah setelah wanita itu sadar dari pingsannya.

Sarah tidak memberikan balasan, dia justru menangis lalu membelakangi Wisnu. Sarah tidak pernah menyangka bahwa janji yang telah dia sepakati bersama Wisnu, telah membawanya dalam penderitaan.

🏵️🏵️🏵️

Waktu menunjukkan jam sepuluh pagi. Sarah segera melangkah menuju dapur untuk melakukan apa yang biasa dia kerjakan di rumah orang tuanya. Wanita itu ingin menjalani kegiatan sebagai istri dan menantu.

Sarah menghampiri Bi Inah, ART yang bekerja di rumah Wisnu. Wanita itu mengingatkan Sarah kepada neneknya yang tinggal di Bandung. Dua tahun lamanya, Sarah tidak bertemu dengan perempuan yang telah melahirkan ibunya tersebut. Beliau tidak dapat hadir saat Sarah menikah.

“Mau masak apa, Bik?” Sarah langsung menyapa Bi Inah lalu duduk di sampingnya.

“Non Sarah ngapain di sini?” Bi Inah terkejut melihat keberadaan menantu majikannya tersebut.

“Saya mau bantu Bibik.”

“Jangan, Non. Bibik bisa sendiri.”

“Nggak apa-apa, Bik. Saya biasa bantu Ibu di rumah.”

“Tapi ini tugas Bibik, Non.”

“Nggak apa-apa, Bik. Saya senang bisa bantu Bibik.”

Bi Inah tidak mampu menolak keinginan Sarah. Dia pun akhirnya bersedia menerima bantuan wanita yang kini berada di sampingnya. Bi Inah sangat terharu dengan apa yang dilakukan menantu majikannya tersebut.

“Sarah! Ngapain di sini?” Bu Siska terkejut melihat menantunya membantu pekerjaan Bi Inah.

“Mami di sini? Saya lagi bantu Bibik.” Sarah juga kaget mendengar suara ibu mertuanya.

“Biarkan Bibik yang ngerjain. Suami kamu minta teh. Dia menuju taman belakang.” Bu Siska memberikan penjelasan kepada Sarah.

“Baik, Mih, saya akan buatkan teh untuk Mas Wisnu.” Sarah pun beranjak dari samping Bi Inah lalu menyiapkan apa yang ibu mertuanya ucapkan. Sementara itu, Bu Siska meninggalkan dapur menuju ruang keluarga.

Saat ini, Sarah merasa takut karena akan kembali bertemu dengan sang suami. Dia masih ingat kejadian tadi pagi saat dirinya baru siuman dari pingsan. Wisnu sangat marah kepada Sarah. Laki-laki itu bahkan hampir mendaratkan tamparan di pipi wanita tersebut.

“Bangun!” Wisnu dengan kasar menarik tangan Sarah yang sedang berbaring.

“Saya minta maaf, Mas.” Sarah menyusun sepuluh jari di depan suaminya.

“Jangan sok lemah di depan saya! Siapa yang kasih kamu izin untuk pingsan? Saya benci dengan apa yang terjadi hari ini! Hapus air matamu! Saya nggak akan maafin kamu kalau sampai Papi dan Mami tahu tentang hal ini!” Wisnu mengangkat tangan dan berniat untuk menampar Sarah. Namun, tiba-tiba dia merasa tidak mampu melampiaskan kekesalan yang dirasakan terhadap Sarah.

Kejadian itu membuat Sarah makin takut berada di dekat Wisnu. Dia tidak pernah menyangka kalau laki-laki itu hampir saja menyakiti fisiknya. Namun sekarang, Sarah harus menyuguhkan teh untuk sang suami. Dia pun melangkah menuju taman belakang.

“Ini tehnya, Mas.” Sarah menyodorkan gelas berisi teh buatannya kepada Wisnu. Namun, apa yang laki-laki itu lakukan?

“Pergi dari hadapan saya! Saya lagi malas lihat wajahmu!” Wisnu menerima gelas dari tangan Sarah lalu meminta wanita itu pergi.

“Baik, Mas.” Sarah pun segera membalikkan badan lalu beranjak dari hadapan suaminya.

“Hei, Anak Ingusan, mau ke mana?” Jessy melontarkan pertanyaan itu saat bertemu dengan Sarah di depan pintu belakang menuju taman.

“Saya mau bantu Bibik.” Sarah tetap memberikan jawaban dengan lembut.

“Buatin aku jus avocado. Aku tunggu di sana.” Jessy menunjuk ke arah tempat duduk Wisnu.

“Baik.” Sara pun melangkah memasuki dapur lalu menyiapkan permintaan adik iparnya.

Sementara itu, Jessy berjalan menghampiri Wisnu lalu duduk di samping laki-laki tersebut. Dia ingin mencari tahu kenapa sang kakak menikahi Sarah, sedangkan dia sangat tahu seperti apa hubungan pria itu dengan Sandra.

“Ngelamun, Kak? Mikirin apa? Baru juga jadi pengantin baru.” Jessy berusaha menggoda kakaknya.

“Kamu pikir Kakak bahagia menikah dengan anak ingusan itu?” Jessy terkejut mendengar penuturan Wisnu.

“Maksud Kakak? Bukannya dia istri pilihan Kakak?”

“Kakak terpaksa demi Papi dan Mami. Mereka mendesak Kakak untuk segera menikah dan punya anak. Kakak nggak tahu harus berbuat apa.”

“Tapi kenapa harus dia, Kak? Nggak ada yang lebih dewasa?”

“Ceritanya panjang. Kakak malas mau ingat itu.”

“Terserah Kakak, deh. Oh, ya … Kak Sandra belum ada kabar?”

“Jangan sebut nama wanita itu di depan Kakak. Dialah penyebab Kakak harus mengalami penderitaan ini. Menikah dengan cewek yang tidak Kakak cintai.”

“Apa yang akan Kakak lakukan kalau suatu saat nanti Kak Sandra tiba-tiba muncul?”

“Kakak nggak tahu. Tujuan Kakak sekarang hanya satu. Mendapatkan keturunan dari anak ingusan itu.”

Kedua kakak dan adik itu tidak tahu kalau seseorang telah mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Wisnu dan Jessy tidak menyadari kehadiran Sarah yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Sarah ingin menangis karena kembali mendengar kenyataan pahit yang sudah dia ketahui dari awal. Dirinya hanya dijadikan alat untuk memenuhi keinginan keluarga sang suami.

================

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Makna Cinta

    🏵️🏵️🏵️ “Walaupun dulu Mas selalu kasar sama saya, tapi saya tetap bangga menjadi istri Mas.” “Saya merasa menjadi wanita paling beruntung karena dinikahi pria tampan seperti Mas. Saya nggak pernah menyesal hidup bersama Mas, walaupun pernikahan kita berawal dari sebuah janji.” “Janji itu telah menyadarkan saya kalau Mas suami idaman saya. Mas tetap yang terbaik.” “Bangun, Mas. Apa Mas nggak ingin merasakan keberadaan calon anak kedua kita?” Sarah mendekatkan tangan Wisnu ke perutnya. “Rasakanlah keberadaan anak kita, Mas. Dia sama seperti Wira, sangat membutuhkan papanya.” Wisnu belum memberikan respons sedikit pun. Sarah akhirnya membenamkan wajahnya ke dada sang suami tercinta. Dia belum mampu membendung air matanya agar tidak jatuh. Wanita itu sangat takut karena setelah beberapa menit berlalu, Wisnu masih terdiam sama seperti saat dirinya baru tiba di ruangan itu. “Kamu kenapa, Sayang?” Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Dia pun segera mengangkat wajah dari dada laki-

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Panik

    🏵️🏵️🏵️ “Salah satunya Kevin, yang sekarang jadi adik ipar kita. Terus, Reno. Karyawan-karyawan di kantor. Satu lagi ... kata Tasya teman satu sekolah kalian.” Wisnu menyebutkan orang-orang yang mengagumi istrinya sambil meruncingkan bibir. “Itu nggak benar, Mas.” “Itu kenyataan, Sayang. Tapi nggak masalah. Toh, yang berhasil milikin kamu hanya aku. Kamu menyerahkan diri seutuhnya hanya padaku.” Wisnu pun turut berbaring di samping Sarah lalu memeluk wanita itu. Wisnu kini menyadari bahwa hidup bersama Sarah merupakan anugerah terindah untuknya. Walaupun laki-laki itu awalnya menolak perasaannya untuk Sarah dan yakin hanya mencintai Sandra, tetapi pada kenyataan saat ini, dia justru bersatu dengan wanita yang dulu sangat dia benci tersebut. 🏵️🏵️🏵️ Keesokan hari .... Setelah Wisnu dan ayahnya berangkat ke kantor, Sarah kembali mengalami mual seperti kemarin. Namun kali ini, rasa itu muncul lebih sering dari sebelumnya. Sarah pun menyerahkan Wira kepada sang ibu mertua lalu

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Sebatas Kenangan

    🏵️🏵️🏵️ “Ada perlu apa ke sini?” tanya Wisnu dengan nada tegas. Sarah bingung melihat sikap sang suami. Dia juga tidak mengenal pria yang kini ada di depannya. Laki-laki yang merupakan tamu di rumah Wisnu itu pun segera berdiri, kemudian menyerahkan sepucuk surat kepada masa lalu istrinya tersebut. Wisnu awalnya tidak memberikan respons, tetapi karena mendapat isyarat dari Sarah, dia akhirnya menerima surat itu. “Itu mewakili permintaan maaf Sandra. Semoga kalian bersedia memaafkan almarhumah istri saya.” Wisnu kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki yang berdiri di depannya. Wisnu pun akhirnya mulai membaca surat yang telah dia terima. Sebelumnya, dia meminta asisten rumah tangga membawa Wira memasuki rumah. Isi surat itu menjelaskan bahwa Sandra meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan. Sandra mengaku tidak pernah memiliki niat sedikit pun untuk mengusik kehidupan rumah tangga Wisnu. Tujuan wanita itu hanya satu, dia berharap agar Wisnu menyadari perasaannya terhad

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Kebenaran

    🏵️🏵️🏵️ “Sebelum mereka jadian, Reno mengatakan langsung padaku kalau dia mencintaimu. Saat itu, aku sangat marah padanya.” Wisnu kembali memberikan penjelasan kepada Sarah. “Saya berharap semoga hubungan kalian kembali akur seperti dulu lagi.” Sarah berharap agar keharmonisan antara Wisnu dan Reno kembali terjalin. “Iya, Sayang. Itu pasti.” “Terus, cowok yang ngantar saya ke kampus waktu magang namanya Rey. Dia udah sering ngungkapin perasaannya, tapi selalu saya tolak.” “Terima kasih karena kamu menolaknya. Berkat penolakan itu, akhirnya gadis ingusan yang telah bersemayam dalam hatiku, kini mendampingi hidupku. Aku sangat mencintaimu, Bidadariku.” Wisnu pun mencium puncak kepala Sarah. “Kenapa Mas kembali menyebut saya anak ingusan?” Sarah sedikit kesal terhadap Wisnu. “Eh, ternyata sekarang bukan anak ingusan lagi, tapi udah punya anak. Anaknya sekarang berusia empat bulan. Tampan banget.” Wisnu menyunggingkan senyumnya. Wisnu sangat bahagia karena dirinya telah berhasil

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Kejujuran

    🏵️🏵️🏵️ “Nanti aku pasti ceritakan.” Wisnu mencium tangan istrinya. “Aku mandi dulu, ya, Sayang.” Wisnu pun beranjak menuju kamar mandi. Rasa penasaran akhirnya menghampiri Sarah. Wanita itu merasa kalau Wisnu kini menyembunyikan sesuatu. Namun, Sarah berusaha untuk yakin kalau sesuatu yang belum dia ketahui saat ini, bukan hal serius yang akan mengusik kehidupan rumah tangganya bersama Wisnu. Sarah juga yakin kalau Wisnu yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dia percaya kalau sang suami benar-benar telah berubah dan kini sangat mencintai istri dan anaknya. Sarah berusaha berpikiran positif. 🏵️🏵️🏵️ Hari ini, keluarga Wisnu tampak sangat bahagia. Pak Wildan dan Bu Siska sangat bersyukur karena putri bungsu mereka telah menemukan sang pujaan hati. Dia tidak lain adalah Jessy. Wajah wanita itu terlihat berseri-seri bersanding dengan Kevin di pelaminan. Wisnu dan Sarah menghampiri pasangan yang baru resmi menjadi pasangan suami istri tersebut. Wisnu tidak pernah menyangka bahwa

  • Melahirkan Anak untuk Bos Arogan   Kemesraan

    🏵️🏵️🏵️ “Saya nggak apa-apa, Mas?” Sarah tetap tidak ingin memberikan jawaban yang sebenarnya. Wisnu pun melepas pelukan lalu menangkupkan tangannya di kedua pipi Sarah. “Kalau memang nggak apa-apa, kenapa kamu nangis?” “Ini tangis bahagia, Mas.” Sarah menunduk karena tidak kuasa memandang wajah sang suami. “Aku perhatiin sejak kamu sadar, kamu tidak berani menatapku. Kamu lebih sering menunduk dan kadang memalingkan muka. Ada apa?” “Nggak apa-apa, Mas. Maaf, saya mau mandi dulu.” Sarah pun mengalihkan pembicaraan. “Dari tadi jawaban kamu itu aja. Kamu bersikap seolah-olah ingin menutupi sesuatu dari suamimu.” “Nggak, Mas. Maaf, saya mau mandi.” Sarah menggeser posisi lalu turun dari tempat tidur. Sebelum wanita itu melangkah, Wisnu pun meraih tangannya. “Tunggu, Sayang. Kita mandinya bareng.” Sarah terkejut mendengar keinginan Wisnu. “Nggak, Mas.” Sarah segera menarik tangannya dari genggaman Wisnu lalu masuk kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka akan mendengar permintaa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status