Share

Melahirkan Anak untuk Bos Arogan
Melahirkan Anak untuk Bos Arogan
Author: Nova Irene Saputra

Penyerahan Diri

🏵️🏵️🏵️

"Menikahlah dengan saya, saya akan menyelamatkan ayahmu." 

Wisnu Pratama memberikan solusi yang sangat menyakitkan kepada Sarah Adelia. Saat ini, Sarah sedang menangis di rumah sakit setelah mendengar penjelasan dokter yang menangani ayahnya.

Sarah tidak pernah menyangka akan mendengar tawaran yang Wisnu berikan kepada dirinya. Dia juga tidak mampu membayangkan jika harus menjalani hidup bersama lelaki yang usianya terpaut dua belas tahun darinya. Di samping itu, Wisnu juga termasuk pria yang sangat kasar dan tidak peduli terhadap orang lain.

Sarah merasa heran, kenapa tiba-tiba mantan bosnya itu memberikan penawaran kepadanya. Dia tidak percaya bahwa seorang Wisnu Pratama melakukan hal seperti itu. Banyak pekerja Wisnu di kantor yang mengatakan bahwa laki-laki tersebut tidak pernah tertarik untuk menikah.

“Maaf, Pak, jika Bapak bersedia untuk membantu, saya hanya ingin meminta Bapak agar bersedia meminjamkan uang kepada saya. Saya janji akan membayarnya.” Sarah berharap mendapatkan belas kasihan Wisnu.

“Bayar? Mau bayar pakai apa? Jangan mimpi!” Laki-laki itu justru menunjukkan keangkuhannya di depan Sarah.

“Saya akan cicil, Pak. Saya akan cari kerja agar dapat membayarnya ke Bapak.”

“Untuk apa kamu kerja? Kamu menikah saja dengan saya, semuanya akan beres. Kamu bisa menikmati kekayaan saya. Kamu akan keluar dari kemiskinan.” Sarah sangat sedih mendengar penuturan pria itu. Wisnu benar-benar tidak memikirkan perasaan orang lain hingga tega melontarkan kalimat tersebut kepada Sarah.

Wisnu masih tetap sama seperti yang Sarah kenal beberapa bulan yang lalu. Saat itu, Sarah mendapat kesempatan magang di perusahaan milik Wisnu. Laki-laki tersebut tidak pernah menghargai orang lain. Dirinya selalu menunjukkan keangkuhan dan sikap kepemimpinan yang kasar.

Sarah tidak pernah menyangka kalau Wisnu mengetahui apa yang terjadi terhadap ayahnya saat ini. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Di satu sisi, Sarah harus membiayai operasi sang ayah, sedangkan di sisi lain—dia tidak menginginkan pernikahan dengan laki-laki kasar itu. Sarah bingung dihadapkan dalam situasi seperti ini.

“Apa lagi yang kamu pikirkan? Kamu sebagai anak sulung, sudah seharusnya bertindak untuk keselamatan ayahmu. Saya memberikan solusi, kamu tinggal terima aja. Semuanya akan beres.” Wisnu kembali membuat Sarah dilema.

Sarah tidak memiliki pilihan lain. Ayahnya harus segera dioperasi. Kecelakaan nahas yang telah menimpa sang ayah telah membuat dirinya harus melakukan pengorbanan yang akan mengubah kehidupannya.

Pak Dimas—seorang ayah yang sangat Sarah cintai, telah mengalami kecelakaan yang tidak dapat dihindari. Laki-laki paruh baya itu terjatuh dari lantai dua rumah tetangga saat akan menuruni anak tangga.

Saat itu, Pak Dimas diminta untuk memperbaiki genteng rumah tetangga yang bocor. Berhubung karena dirinya belum mendapatkan pekerjaan lain dari mandornya, maka dia pun menyanggupi permintaan tetangganya tersebut.

Di samping itu, upah yang dijanjikan juga sangat lumayan untuk membantu memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya. Pak Dimas sebagai kepala keluarga merasa sedih karena belum mampu memberikan yang terbaik kepada istri dan anak-anaknya.

Pak Dimas tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia bekerja sebagai kuli bangunan. Jika ada yang membutuhkan tenaganya, mandor yang memercayainya akan memberikan pekerjaan. Sementara Bu Ratna—ibunya Sarah, bekerja sebagai buruh cuci.

Akan tetapi, Sarah tidak pernah menyalahkan takdir karena terlahir dari orang tua yang serba kekurangan. Penghasilan pas-pasan yang dimiliki sang ayah dan ibunya harus digunakan untuk membiayai kehidupannya dan Radit—adik tunggalnya.

“Baiklah, saya terima tawaran Bapak.” Akhirnya, Sarah mengeluarkan kalimat itu dengan perasaan sedih di depan Wisnu.

“Itu pilihan yang tepat.” Pria itu menyunggingkan senyumnya kepada Sarah.

Sarah sempat berpikir, seandainya keluarga ayah dan ibunya bersedia membantu kesusahan yang dia alami sekarang, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Sarah pun tidak mampu berbuat apa-apa selain menerima tawaran Wisnu. 

🏵️🏵️🏵️

Dua minggu berlalu ....

Hari ini, Sarah resmi menjadi istri seorang pemilik perusahaan yang tidak pernah dia cintai, Wisnu Pratama. Sekarang dia berada di kamar yang sama dengan pria itu. Bagi Sarah, ini benar-benar sangat menyakitkan.

Walaupun resepsi pernikahan pasangan baru itu berlangsung sangat meriah, tetapi Sarah tidak menikmatinya sama sekali. Dia tidak pernah membayangkan harus hidup bersama laki-laki kasar dan tidak dia cintai.

Setelah operasi Pak Dimas berhasil dua minggu yang lalu, keluarga pria yang kini berstatus sebagai suami Sarah, akhirnya datang melamar dirinya. Sang ayah sangat terkejut kala itu, karena anak sulungnya yang baru lulus SMA dilamar seorang pengusaha kaya.

Sementara ibu Sarah menunjukkan wajah sedih di depan putrinya. Hanya beliau yang tahu tentang rencana pernikahan itu. Sarah menceritakan semuanya kepada Bu Ratna bagaimana dirinya mendapatkan uang untuk biaya operasi sang ayah.

“Kamu harus tetap menjadi istri yang baik dan menghargai suamimu, walaupun kamu tidak menginginkan pernikahan dengan Wisnu.” Nasihat itu Bu Ratna sampaikan tadi sebelum meninggalkan gedung resepsi pernikahan.

“Iya, Buk. Sarah janji akan berusaha menjadi istri yang menghargai suami.” Sarah memeluk sang ibu sangat erat karena akan tinggal terpisah dengannya.

Di usia yang baru memasuki delapan belas tahun, Sarah sudah menyandang status sebagai istri. Semua harapan yang dia dambakan selama ini telah sirna. Keinginan untuk mencintai lelaki lain hanya akan menjadi khayalan semata bagi dirinya.

“Ngapain duduk di situ?” Sarah dikagetkan suara Wisnu yang baru keluar dari kamar mandi. “Sekarang kamu harus tidur di ranjang yang sama dengan saya karena kamu sudah resmi menjadi istri saya!” Nada tinggi yang Wisnu keluarkan, akhirnya menyadarkan Sarah kalau laki-laki itu tetap kasar.

“Baik, Pak.” Sarah pun beranjak dari sofa lalu menghampiri Wisnu yang kini telah duduk di tempat tidur.

“Mulai sekarang, jangan panggil saya dengan sebutan itu. Saya nggak mau kalau sampai Papi dan Mami curiga. Saya terpaksa menikahimu karena desakan mereka. Kalau bukan karena perintah orang tua, saya nggak mungkin menjadikanmu sebagai istri.” Apa yang Sarah curigai ternyata benar. Dia berpikir, tidak mungkin seorang Wisnu tiba-tiba melamar dirinya kalau tidak memiliki maksud lain.

“Jadi, saya harus memanggil Bapak dengan sebutan apa?” Sarah masih tetap berusaha bersikap lembut di depan laki-laki yang kini sudah resmi berstatus sebagai suaminya.

“Panggil “Mas” aja supaya terkesan seperti suami istri beneran. Jadi, Papi dan Mami nggak curiga.”

“Baik. Saya akan melakukan apa yang Mas inginkan.”

“Kamu harus ingat. Jangan pernah berharap lebih dari saya. Pernikahan kita hanya status, tanpa cinta. Saya tidak pernah mencintaimu karena cinta saya hanya untuk Sandra.” Wisnu menyebutkan nama wanita yang dia cintai.

“Jika Mas mencintai gadis lain, kenapa harus menikah dengan saya?” Sarah ingin tahu jawaban yang akan Wisnu berikan.

“Itu bukan urusanmu! Saya menikahimu karena sebuah janji dan kamu juga harus berjanji pada saya.” Wisnu justru memberikan jawaban yang tidak Sarah mengerti.

“Janji apa, Mas?” tanya Sarah penasaran.

“Berjanjilah untuk melahirkan anak saya.”

Sarah tidak pernah menyangka akan mendengar permintaan menyakitkan itu dari bibir Wisnu. Sebelumnya, dia tidak pernah tahu apa tujuan laki-laki itu menikahinya secara tiba-tiba, padahal Sarah sangat mengetahui bahwa seorang Wisnu tidak pernah memiliki niat untuk menjalani pernikahan.

Sarah tidak dapat mengelak, dia pun berjanji akan menuruti semua yang telah Wisnu jelaskan. Sarah tetap menghargai keputusan yang diucapkan laki-laki tersebut. Dia selalu mengingat nasihat sang ibu, menjadi istri yang menghargai suami. Malam ini, Sarah akhirnya menyerahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya kepada suami yang tidak dia cintai.

Tanpa diminta, air mata Sarah telah jatuh hingga membasahi pipinya. Dia tidak rela menghadapi kenyataan ini, tetapi dirinya harus berusaha menerima apa yang terjadi.

“Kenapa kamu nangis?” Wisnu memegang pundak Sarah yang kini membelakangi dirinya.

=============

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status