Share

Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder
Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder
Penulis: Isti12

Pertemuan Pertama

"Mau mu apa sebenarnya?" ucap Xander dengan nada lelah pada istrinya–Sera.

"Aku ingin kau menikah lagi." Hanya itu cara agar mereka bisa mendapatkan seorang anak. 

Keluarganya memiliki harapan besar jika Sera akan segera memberikan mereka cucu. Tapi apa yang mau diberikan jika dirinya saja sudah tidak bisa hamil?

"Berapa kali aku bilang padamu jika aku tidak mau?" Xander mulai kesal. Tidakkah Sera mengerti jika ia sangat mencintainya? Dan dia malah memintanya menikah lagi. Xander bahkan tidak pernah memikirkan keinginan keluarganya.

"Xander, aku mohon...," ujar Sera dengan raut putus asanya.

Menggeleng, Xander meraih tangan Sera untuk digenggamnya. "Kalau kau mau anak, kita bisa mengadopsi seorang anak."

Sera menatap Xander ragu. "Jika kita mengangkat seorang anak, dan mengatakan itu adalah keturunanmu, tidakkah kita mempermainkan perasaan mereka?" jelasnya. "Keluargamu ingin cucu kandung, Xander."

"Kenapa hanya keluargaku yang terus kau pikirkan?" kata Xander sambil melepaskan pegangan tangannya. "Aku tidak menginginkan seorang anak, Sera. Kita bisa hidup hanya berdua selamanya."

Sera menunduk. Merasa frustasi dengan keadaan ini. Ketika teringat sesuatu, ia berjalan ke arah meja rias dan mengambil sebuah koran yang ada di sana. Kemudian memberikannya pada Xander. 

Xander membaca berita utama yang termuat di koran tersebut. "Ibu pengganti?"

Sera mengangguk semangat. "Perempuan yang ada di berita itu tadinya sama sepertiku.Tapi sekarang dia bisa memiliki anak, meskipun dengan rahim orang lain."

Dahi Xander berkerut. "Maksudmu, kau ingin aku...."

Sera mengangguk lagi. "Kita cari perempuan yang bisa melahirkan anak untuk kita."

Xander menghela napas. "Sera, dengar–"

"Di sini aku yang tidak sempurna. Aku tidak bisa menjadi seorang ibu. Tapi kau bisa menjadi seorang ayah, Xander."

"Sera." Xander memegang kedua bahu Sera. Meremasnya pelan untuk membuatnya mendengarkan ucapannya. "Jika aku menginginkan anak dari wanita lain, kenapa aku menolak menikah lagi? Kenapa aku membahas soal mengadopsi anak?" Lelaki itu menatap Sera dengan serius. "Karena aku mencintaimu."

"Demi mendapat seorang anak, aku tidak masalah harus membagi cintamu dengan wanita lain," balas Sera mantap.

Xander mendengus kasar. "Suatu saat kau akan menyesal sudah mengatakan ini," ucapnya, kemudian berlalu keluar kamar. 

Tidakkah ia saja cukup untuk Sera? Kenapa istrinya terus saja membahas masalah anak? Jikapun Xander setuju memakai ibu pengganti, di mana ia bisa menemukan perempuan yang mau meminjamkan rahimnya untuk melahirkan anaknya? 

Xander menyambar kunci mobil di atas meja dan berjalan keluar mansion. Ingin menenangkan pikirannya. Dengan mendengarkan musik keras di club.

Xander mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan yang dilewatinya terlihat sepi dan gelap. Mobilnya terus melaju kencang hingga seseorang tiba-tiba melintas tanpa diduga.

Decitan keras dari ban yang bergesekan dengan aspal kemudian terdengar. Xander berhasil menghentikan mobilnya yang tinggal sejengkal lagi akan menabrak orang itu. Dengan wajah kesal, lelaki itu keluar dari Lamborghini merah menyalanya.

"Kau mau mati hah?!" sentak Xander pada seorang wanita dengan pakaian minim yang hampir ditabraknya. Ia sudah cukup dibuat kesal oleh Sera. Sekarang perempuan ini.

"Tania!"

Xander melihat ke balik bahu perempuan itu. Seorang pria berbadan besar berteriak dari arah kejauhan. Ia kemudian melirik wanita di hadapannya yang menjadi panik.

"Tolong aku. Aku mohon tolong aku."

Xander mengernyit. Terkesiap ketika tangan dingin wanita itu meraih tangannya. Sambil terisak, dia meminta tolong pada Xander.

"Mau lari ke ke mana gadis kecil?" Pria berbadan besar tadi ternyata sudah berada di depan wanita itu. Mencekal tangannya. "Ayo kembali. Tugasnya bahkan belum selesai." Dia berusaha menyeret wanita itu yang mempertahankan dirinya dengan memegang lengan Xander.

"Tolong aku–hiks."

Sayangnya Xander tidak peduli. Dalam sekali hentak, ia menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar. Kemudian kembali ke mobilnya.

"Tidak, tidak. Jangan pergi! Tolong aku!"

Xander melajukan mobilnya, setelah sempat melirik ke kaca spion untuk melihat wanita itu yang diseret oleh pria berbadan besar.

*****

Tania menundukkan kepala dengan wajah yang dibasahi air mata. Penampilannya terlihat berantakan. Di pipinya terdapat memar–hasil tamparan yang diberikan karena ia yang berusaha melarikan diri. 

Mau berusaha melarikan diri sekeras apapun, pada akhirnya Tania kembali lagi ke tempat ini. Dan mungkin, harga dirinya akan hancur sebentar lagi. Oleh para lelaki hidung belang yang sedang menawar harganya.

"13 ribu dollar."

"Aku akan memberikan dua kali lipat. Jadi biarkan aku yang bersamanya malam ini."

"Aku yang lebih dulu memintanya. Kau tidak bisa seenaknya."

Tania hanya bisa duduk sambil menangis mendengar keributan itu. Ia sudah layaknya barang dagangan sekarang.

Tania merasa takdirnya benar-benar buruk. Sejak kecil, ia terkurung di tempat ini. Bekerja sebagai pelayan yang mengantarkan minuman ke pengunjung. Namun, tiba-tiba pemilik tempat ini memaksanya untuk melayani pelanggannya.

"Tania, malam ini kau bersamanya. Dia membayarmu sangat mahal." Wanita yang dipanggil Mami, yang merupakan pemilik tempat ini bersuara. Dia mendorong Tania pada lelaki yang berani membayarnya mahal.

Tania menggeleng panik. "Aku tidak mau!"

"Jangan membantah. Selama ini aku yang memberimu makan. Kau tidak memiliki apapun untuk bisa membalasnya. Jadi hanya tubuhmu itu yang bisa ku manfaatkan." 

Tania menangis histeris saat lelaki itu menariknya ke salah satu kamar. Hampir mencapai pintu ketika tiba-tiba seseorang menahan satu tangan Tania. 

Tania menatapnya. Cukup terkejut. Dia adalah orang yang mobilnya hampir menabraknya tadi. Lelaki itu ada di sini sekarang. Tania bingung, tapi tatapannya juga menyiratkan permohonan. 

"Ikut aku."

"Apa-apaan kau–" Lelaki yang menyewa Tania menghentikan ucapannya saat mengetahui siapa lelaki yang ingin membawa wanita itu pergi.

"Dia milikku sekarang. Aku sudah membelinya."

*****

Xander menyeret Tania untuk mengikuti langkahnya masuk ke hotel yang terletak tidak jauh dari club. Ia membawanya ke salah satu kamar, mendorongnya masuk, kemudian mengunci pintunya.

Xander lalu menoleh pada Tania. Wanita itu menunduk takut. Kakinya refleks bergerak mundur ketika Xander melangkah maju.

"Sekarang aku pemilikmu. Bukankah seharusnya kau melayaniku sekarang?"

Tania mengangkat kepalanya. Tatapan takutnya berubah menjadi kemarahan. "Aku pikir kau orang baik. Ternyata sama saja seperti orang-orang yang ada di tempat itu," ucapnya kecewa.

Tania mengenal Xander. Dalam artian mengenal wajahnya hanya dari berita. Profilnya kerap muncul di halaman pertama majalah-majalah terkenal. Membahas tentang paras tampan wajahnya, pekerjaan, hingga cerita-cerita tentang perilaku baiknya. Karena itu, Tania berpikir Xander akan menolongnya. Karena dia baik. Ternyata tidak. Berita-berita itu bohong.

"Aku memang bukan orang baik. Kau akan kecewa jika berharap padaku," balas Xander dengan lugas.

Xander pergi ke club hanya untuk menghibur diri. Tapi ia malah bertemu dengan wanita yang hampir tertabrak mobilnya. Xander melihat raut penderitaan dari wajahnya. Tapi apa pedulinya? Xander membelinya dengan harga yang tidak bisa disebut murah. 

"Jangan lakukan ini. Aku mohon, biarkan aku pergi. Aku akan melakukan apapun yang kau minta. Asalkan kau membiarkanku pergi," kata Tania dengan frustasi. Wanita itu kembali menangis.

"Lahirkan anak untukku. Dan aku akan melepaskanmu setelahnya."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
gimana tuh apakah Tania akan menerima. tawaran Xander untuk melahirkan anaknya,,, terus aku juga penasaran kenapa istrinya Xander tidak bisa hamil apa karena penyakit atau memang tidak bisa hamil .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status