Share

Menerima Permintaan

"A-apa?" Tania tidak salah dengar bukan? Ia tentu saja terkejut.

"Kau hanya perlu memberikan anak untukku. Setelah anak itu lahir, dia akan menjadi milikku. Dan kau bisa pergi ke manapun yang kau inginkan," jelas Xander. Memang inilah tujuannya membeli wanita itu. 

Saat melihat Tania di club, hal pertama yang terpikirkan olehnya adalah perkataan Sera tentang ibu pengganti. Xander mungkin bisa memanfaatkannya. Jadi ia tidak berpikir dua kali untuk langsung membelinya.

"Itu...tidak mungkin. Aku tidak bisa." Tania akan sama saja seperti menyerahkan kehormatannya jika melakukan itu, dan ia tidak mau.

"Kau sendiri yang berkata akan melakukan apapun permintaanku bukan?"

"Cobalah mengerti...." Tania tidak bisa melakukan ini. Dan bukankah Xander juga sudah memiliki seorang istri? Kenapa harus meminta anak padanya?

"Aku sudah membelimu. Jadi kau tidak bisa menolak."

"Aku akan mengembalikan uangmu–"

Decihan langsung lolos dari bibir Xander. Lelaki itu tersenyum mengejek. "Satu juta dollar. Kembalikan jika bisa."

Tania melebarkan matanya. Satu juta dollar? Bukankah Tania malah terlihat seperti pelacur sungguhan sekarang? Tubuhnya dibayar dengan harga satu juta dollar. Mau diganti bagaimana? Satu dollar saja Tania tidak memilikinya.

Tania menutup wajahnya dengan kedua tangan. Terisak pelan. Meratapi nasibnya yang begitu buruk.

*****

Tania lahir di tengah-tengah para pelacur. Ibunya dulu adalah wanita penghibur di club yang ia tinggali. Setelah melahirkannya, dia pergi entah ke mana dan meninggalkan Tania di sana. Itu yang orang-orang di club katakan padanya.

Sedangkan ayahnya, tidak tahu siapa. Mungkin salah satu pelanggan dari wanita yang disebut ibunya itu. Tania tidak tahu. Tapi ia juga tidak ingin mencari tahu. Orang tuanya saja tidak menginginkannya. Kenapa Tania harus repot-repot mencari mereka?

Lagipula, Tania juga selalu terkurung di rumah bordir itu. Hidup tanpa pernah tahu bagaimana dunia luar. 

Mungkin mengikuti permintaan Xander adalah pilihan terbaik bagi Tania. Ia hanya perlu melahirkan seorang anak, dan setelah itu ia akan bebas untuk selamanya. Tania tidak akan kembali menjajakkan kakinya di tempat menjijikkan itu.

Tania mendongakkan kepalanya. Melihat langit yang dipenuhi bintang sambil berjalan mengikuti langkah Xander ke parkiran.

"Aku ingin mengambil baju-bajuku sebentar. Apakah boleh?" Tania bersuara ketika Xander membuka pintu mobil. Ia baru ingat pakaiannya masih berada di tempat itu.

"Di mana?" tanya Xander, karena tidak tahu di mana tempat Tania tinggal.

"Di sana," jawab Tania pelan dengan tangan menunjuk ke arah club.

Xander tidak mengatakan apapun, dan hanya mengisyaratkan Tania untuk masuk ke dalam mobil. Kemudian melajukan mobilnya, tanpa berhenti terlebih dahulu di club.

Tania menghela napas samar. Ia tidak memiliki apapun untuk dipakai. Tidak mungkin mengenakan baju yang sekarang melekat di tubuhnya selamanya bukan? Baju ini bahkan tidak bisa disebut sebagai pakaian. Tania mencoba menarik-narik turun ujung dress yang mengekspos pahanya.

Tania menyenderkan kepalanya ke jendela mobil sembari melihat jalanan. Lama. Hingga ia kembali mengangkat kepalanya saat mobil Xander berhenti.

Gerbang menjulang tinggi di depan langsung bergeser begitu Xander membunyikan klakson. Penjaga yang membukanya membungkukkan tubuh ketika mobil tuannya masuk.

"Turun," perintah Xander pada Tania setelah membuka pintu mobil wanita itu.

Tania menggulirkan bola matanya ke sekitar sebelum kemudian keluar dari mobil. Matanya menatap takjub rumah besar yang ada di hadapannya. Benar-benar besar dan bagus. Seperti sebuah istana. Ada taman bunga, air mancur, dan juga pelataran yang sangat luas. 

"Xander."

Xander tersenyum kecil. Meraih tangan Sera yang datang menghampirinya. 

Sera menatap Tania menyelidik. Membuat orang yang ditatap menundukkan kepalanya dengan tangan tertaut di depan.

"Dia...." Mata Sera menyipit melihat penampilan Tania.

Xander mengangguk. Sebelumnya ia sudah memberitahu Sera jika akan membawa wanita yang akan melahirkan anak untuk mereka.

"Kau siapa? Asalmu dari mana? Apakah–"

Xander mengisyaratkan yang berdiri di depan pintu untuk membawa Tania masuk ke dalam mansion. Dia sudah terlihat kebingungan dengan pertanyaan Sera.

"Mari, Nona."

Dengan langkah ragu, Tania mengikuti pelayan setelah sempat melihat pada Xander.

"Dia belum menjawab pertanyaanku, Xander. Kenapa kau menyuruhnya masuk?" Sera memberengut. Ia harus tahu lebih dulu siapa wanita itu. Baru bisa memutuskan layak atau tidak menjadi ibu pengganti untuknya.

Xander merangkul Sera. Menghelanya masuk ke dalam mansion sambil memberikan jawaban yang ingin diketahui istrinya. "Aku menemukannya di club. Dia pekerja di sana."

"Maksudmu dia seorang wanita penghibur?"

Xander mengedikkan bahu.

"Kita tidak bisa memilih wanita seperti itu untuk melahirkan anak kita. Kau tahu bukan maksudku?" Meski menginginkan seorang anak segara, tapi Sera tidak mau anaknya dilahirkan dari rahim seorang pelacur. Wanita seperti itu memiliki risiko tinggi untuk menyebabkan penularan infeksi menular seksual karena seringnya bergonta-ganti pasangan. Mereka juga wanita liar dan nakal.

"Dia berbeda," balas Xander dengan nada tenangnya.

Xander tidak tahu apa yang berbeda. Kenapa ia bisa mengatakan itu. Kita lihat saja nanti ucapannya benar atau tidak. 

*****

Mata bulat Tania menjelajahi setiap sudut kamar. Decak kagum tidak berhenti keluar dari bibirnya. Dari mulai ketika Tania masuk ke dalam hingga sampai di kamar ini. Semuanya sangat indah dan mewah. Kamar ini bahkan berkali-kali lebih besar dari tempatnya tinggal.

Tania duduk di tepi ranjang. Tangannya mengusap kasur yang terasa sangat empuk.

"Permisi, Nona." 

Tania menoleh. Pelayan yang tadi mengantarkannya sampai di kamar ini kembali setelah sebelumnya pergi entah ke mana. "Ini pakaian untuk Nona. Nona bisa langsung mandi."

Tania menatap pakaian yang diulurkan padanya. Sebuah piyama hitam dengan motif bunga-bunga. Meskipun tidak tahu milik siapa pakaian itu, tapi Tania menerimanya. Ia tidak mau mengenakan dress kekurangan bahan ini lagi. "Terima kasih," gumamnya.

"Saya akan menunggu di depan kamar Nona. Jika membutuhkan sesuatu, Nona bisa langsung memanggil saya."

Tania mengangguk kaku sebelum kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tiga puluh menit kemudian, wanita itu keluar dengan wajah yang lebih segar. 

Tania duduk di tepi ranjang. Melirik jam yang menunjukkan pukul sembilan. Tania menyentuh perutnya. Merasa lapar, karena sejak siang tadi ia belum makan apapun. Wanita itu ketakutan memikirkan nasibnya yang akan dijadikan wanita penghibur oleh Mami. 

Tapi sekarang, Tania tidak perlu memikirkan apapun lagi. Karena percuma. Takdirnya tetap seperti ini. Ia hanya perlu menunggu hingga Xander membiarkannya pergi.

Tania membaringkan tubuhnya di ranjang. Sempat ingin memberitahu pelayan yang mungkin masih ada di depan untuk meminta makan. Tetapi ia tidak enak mengatakannya. Jadi Tania memutuskan untuk tidur dengan menahan lapar.

*****

Sinar matahari yang menyorot tepat ke wajahnya tidak lantas membuat Tania membuka mata. Ia sudah terjaga, tetapi tidak ingin bangun. Kasur yang ditidurinya terasa sangat nyaman. Tania tidak pernah tidur senyenyak ini sebelumnya.

Namun, suara berisik di sekitarnya yang mau tidak mau membuat Tania membuka mata. Penasaran, ia melihat banyak pelayan mondar-mandir dengan barang-barang yang mereka bawa.

"Maaf jika kami membangunkan Anda, Nona," ucap salah seorang pelayan yang lebih dulu menyadari Tania terbangun. "Kami hanya mengikuti perintah Tuan Xander untuk meletakkan pakaian-pakaian Anda."

"Pakaianku?" Tania mengernyit. Menurunkan kakinya ke lantai, wanita itu beranjak untuk mengikuti pelayan yang membawa banyak pakaian masuk ke dalam ruangan yang pintunya bisa digeser. 

Di dalam sana terdapat banyak sekali pakaian. Berwarna-warni dan dengan model yang beragam. Tapi itu semua bukan bajunya. 

Tania ingin bertanya ketika pelayan lain datang menghampiri dan memintanya untuk ke ruang makan. "Tuan Xander dan Nyonya Sera sudah menunggu Anda di ruang makan."

Tania mengangguk. Pamit ke kamar mandi sebentar untuk mencuci muka. Kemudian mengikuti pelayan yang mengantarkannya ke ruang makan. Tania tidak langsung masuk. Wanita itu berdiri di ambang pintu ruang makan. Merasa sungkan.

"Kemarilah." Sera yang menyadari kehadiran Tania, melambaikan tangannya. Menyuruh Tania masuk.

Tania menundukkan kepala dan masuk dengan langkah pelan. 

"Duduklah, dan makan bersama kami."

"Boleh?" tanya Tania ragu.

"Kenapa tidak? Duduklah." Sera tersenyum. Mengulangi ucapannya.

Karena sudah diperbolehkan, Tania menarik salah satu kursi dan duduk di sana. Matanya berbinar menatap banyaknya makanan di depannya. Wanita itu makan dengan lahap setelah pelayan menyajikan makanan untuknya. Karena Tania sudah sangat lapar. 

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa." Tania mengangkat kepalanya ketika Sera bersuara. "Tapi yang jelas terima kasih karena kau sudah bersedia melahirkan anak untuk kami."

Tania menghentikan kunyahannya. Sendok yang ada di tangannya ia letakkan ke piring. Kemudian menatap Sera dan mengangguk lambat. 

"Maaf jika lancang. Apakah aku boleh bertanya?" ucap Tania dengan nada ragu.

Sera menaikkan alis sebelum mengangguk.

"Kenapa harus wanita lain yang melahirkan anak untuk kalian? Bukankah kau–"

"Aku sudah tidak bisa memiliki seorang anak," potong Sera yang sudah tahu arah pertanyaan Tania. "Aku pernah hamil. Tapi karena suatu kecelakaan, aku mengalami keguguran dan divonis menjadi tidak subur secara permanen."

Tania terdiam. Sempat melirik Xander yang sedang menusuknya dengan tatapan tajamnya. Ia menjadi merasa sudah menanyakan pertanyaan itu. Tania menunduk. "Maaf, aku tidak bermaksud–"

"Tidak masalah," sela Sera dengan senyumannya, karena sekarang masalahnya sudah teratasi dengan hadirnya perempuan ini. "Oh iya, aku belum tahu namamu. Siapa namamu?" tanyanya kemudian.

"Tania."

"Tania." Sera mengangguk-angguk. "Aku Sera. Dan ini Xander."

"Aku tahu," balas Tania. "Nama keluarga Artadewa selalu muncul di berita yang aku baca," ucapnya dengan polosnya.

"Benarkah?" Sera tertawa. Sedangkan Xander hanya diam dan fokus menyantap sarapannya. Namun telinganya mendengarkan pembicaraan dua wanita itu.

"Eung...aku ingin keluar sebentar. Apakah boleh?" 

"Ke mana?" tanya Sera.

"Aku ingin mengambil pakaianku di tempatku tinggal."

"Xander sudah mengambilnya," beritahu Sera. "Tapi dia membuangnya. Karena itu aku menggantinya dengan pakaian yang baru. Bukankah kau sudah melihatnya?"

Tania melotot. Terkejut. "Pakaianku? Dibuang? Kenapa?"

"Pakaian seperti itu sudah menjadi lap di mansion ku. Terlalu murah." Bukan Sera, Xander yang menjawab dengan nada sombongnya.

Tania ingin memprotes, sayangnya tidak bisa. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
sabar y Tania semoga dibalik ini ada hikmahnya
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
orang kaya eMang bebas Tania mau beli apa pu tidak perlu dipikirkan apa lagi harganya mahal tidak perlu ditawar menawar gk seperti kita selalu dianggap rendah.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status