Share

Merasa Familier

"Arggh, silau! Tutup tirai jendelanya...," rengek Hugo yang masih memejamkan matanya.

Sementara Jay, langsung menatap malas ke arah pimpinannya yang seperti anak kecil itu. Sejujurnya, dia agak jengah menghadapi pria itu. Seenaknya sendiri, otoriter, dan juga keras kepala.

Tadi pagi, Hugo bahkan melewatkan meeting penting bersama klien. Alhasil, dia pun kena peringatan dari Helton. Untung saja, pria itu mau memberinya kesempatan dengan meeting ulang di restoran malam ini.

"Tuan, lebih baik Anda segera bangun sekarang. Anda terkena peringatan dari Tuan Helton dan juga klien kita yang satunya lagi. Anda tidak mau merugi dalam kerja sama ini, kan?" ancam Jay.

Perkataan dari pria itu barusan tampaknya berhasil memengaruhi Hugo. Buktinya, dia pun langsung terbangun sambil memegangi kepalanya. Netra hitamnya lantas menatap ke arah sang asisten dengan tajam.

"Sialan, kenapa kau tidak membangunkanku?!" umpat Hugo.

Jay segera menarik napas dalam. "Saya sudah mencoba membangunkan Anda beberapa kali tadi. Bahkan, saya juga sudah menyiramkan air ke wajah Anda. Tapi, Anda tidur seperti orang mati," terangnya.

Setelah mengatakan itu, Hugo segera mengusap wajahnya kasar. Dalam hatinya dia merutuki temannya yang mengajaknya minum hingga lupa daratan kemarin. Kejadian ini sebenarnya tidak terjadi sekali, melainkan sudah dua kali. Tepatnya pada saat dirinya kehilangan separuh hatinya beberapa tahun lalu.

"Lebih baik Anda segera bersiap. Kita akan segera pergi untuk melakukan peninjauan proyek," pinta Jay seraya menaruh paper bag ke atas ranjang.

Sebelum dirinya berbalik dan meninggalkan atasannya, pria itu memberikan sebuah kartu nama pada Hugo. Alis Hugo pun langsung tertaut sempurna.

"Apa ini?" tanyanya penuh kebingungan.

"Tuan McKenzie menyuruh Anda untuk menghubungi nomor perusahaan dekornya dan segera meminta maaf. Beliau bilang bahwa Nyonya Spencer kecewa karena Anda tidak datang pagi ini. Bahkan, wanita itu mengancam akan menggantimu dengan yang lain jika kau tidak datang nanti," jelas Jay.

Mendengar itu, Hugo segera menggenggam kartu nama yang diberikan asistennya tadi dengan kuat. "Wanita sialan itu berani sekali denganku! Lihat saja, aku akan mempermalukannya nanti malam. Perusahaan tak seberapa seperti ini memang banyak tingkah sekali," desisnya mengerikan.

"Tuan, saya harap Anda jangan gegabah. Ingat pesan Tuan George sebelum kita berangkat kemarin lusa. Beliau berpesan agar Anda menjaga sikap saat berada di sini," nasihat Jay hingga membuat helaan napas keluar dari mulut Hugo.

Pria itu lantas tidak menjawab lagi. Dia langsung menuruti perintah Helton agar menghubungi pemilik perusahaan dekor yang akan bekerja sama dengan mereka. Ya, walau rasa bencinya terhadap wanita itu sangatlah besar.

Beberapa saat kemudian, telepon pun tersambung. Lalu, suara seorang wanita mulai menyapa pendengaran Hugo.

"Halo."

***

Sementara di tempat lain, Elea mengerutkan keningnya saat mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Dia berpikir mungkin itu adalah nomor pemilik perusahaan lain yang akan menjadi investor. Ah, tapi mengapa perasaannya jadi tidak enak begini? Apalagi sapaannya barusan tidak dijawab oleh orang yang ada di seberang telepon.

"Halo? Siapa ini?" tanya Elea kembali. Namun sayang, hanya helaan napas saja yang terdengar dari ponselnya.

Mendengar itu, Elea langsung mengumpat dalam hati. "Maaf, jika tidak ada kepentingan, saya akan tut–" (ucapan wanita itu terpotong karena seseorang menyerobotnya).

"Saya pemilik perusahaan real estate yang akan bekerja sama dengan Anda. Sepertinya, McKenzie sudah memberitahumu tentang alasanku tidak ikut meeting pagi ini," potong Hugo cepat.

Elea langsung membeku di tempat saat mendengar suara pria itu. Suaranya sangat tidak asing di telinganya. Pikiran-pikiran buruk pun langsung menjalar ke otaknya. Namun, dia segera menepis hal itu demi keprofesionalannya dalam pekerjaan.

"Te–tentu Tuan, saya mengerti. Saya juga sangat prihatin dengan kondisi yang menimpa Anda. Tapi, saya harap nanti malam Anda bisa datang untuk mengikuti rapat," papar Elea.

"Tak perlu khawatir. Aku tahu itu," jawab Hugo singkat. Kemudian, dia memutuskan panggilan secara sepihak tanpa berbicara apa pun lagi.

"Dasar pria gila!" umpat Elea seketika. Suasana hatinya jadi memburuk sekali hari ini. Di telepon saja sudah menyebalkan begini, bagaimana jika bertemu langsung nanti?

"Nyonya, Anda tidak apa-apa? Apa Anda perlu beristirahat sebentar?" tawar Teresa tiba-tiba saat melihat wajah atasannya yang merah padam.

"No, Tere. I'm okay," jawab Elea seraya membuang napasnya kasar.

"Oh, ya. Bisakah kau membantuku mencari tahu tentang perusahaan Amerika yang akan bekerja sama denganku?" tanya wanita itu kembali. Dia sangat penasaran sekali dengan pria kurang ajar tak bersopan santun tadi.

"Maafkan saya, Nyonya. Tapi, Tuan McKenzie bilang bahwa saya tidak boleh memberitahu Anda mengenai hal itu. Katanya, itu rahasia. Lebih baik Anda bertemu dengannya langsung supaya dapat mengenal lebih jauh," ungkap Teresa.

Perkataan gadis itu membuat mulut Elea seketika menganga. Dia tidak menyangka kalau orang-orang yang akan bekerja sama dengannya sangatlah aneh. Yang satu tak mudah ditebak, yang satu lagi menyebalkan. Lengkap sudah!

"What the fu...peraturan macam apa itu?! Baru kali ini aku bekerja sama dengan orang-orang konyol," gerutu Elea. Sementara itu, Teresa ingin sekali tertawa. Namun, hal tersebut diurungkannya karena alasan kesopanan.

"Ekhem! Meski begitu, saya dapat informasi bahwa perusahaan yang akan bekerja sama dengan Anda adalah perusahaan ternama di negara Amerika. Keluarganya bahkan digadang-gadang memegang 70% aset perekonomian negara," jelas Teresa.

Kekesalan Elea langsung lenyap saat mendengar hal tersebut. Lidahnya kelu untuk berucap sekarang. Pikirannya hanya melayang ke satu hal, yaitu keluarga Cornelius.

Sejak Elea keluar dari tempat itu, dia tidak pernah mencari atau mau tahu soal keadaan keluarga Cornelius. Dia bahkan menutup akses saluran televisi Amerika agar anak-anaknya tidak menontonnya dan tahu soal Hugo. Itu adalah langkah awal untuk melenyapkan pria itu di kehidupan Elea. Ya, meski cara tersebut tak sepenuhnya berhasil.

"Nyonya, Anda tidak apa-apa?" tanya Teresa dan berhasil membuyarkan lamunan Elea.

Kesadaran wanita itu segera tertarik ke permukaan. Kemudian, netra ambernya menatap lekat sang asisten, "Ikutlah denganku nanti malam. Jaga aku dan segera sadarkan aku jika terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status