Share

Bab 2

Author: Mangata
last update Last Updated: 2023-10-10 16:11:25

"Tidak juga, hanya saja gerak-geriknya menarik perhatianku."

"Sepertinya usianya lebih muda dari kita."

"Ya, kurasa juga begitu."

Tanpa disadari, iris mata mereka bergerak mengikuti seiring derap langkah kaki perempuan asing itu.

Berdiri tepat di samping peti mati yang belum tertutup, air matanya mulai berlinangan. Sepucuk sapu tangan putih diusapkan ke pipinya yang telah basah.

Setelah kacamata hitamnya dilepas, dipandanginya sesosok tubuh yang sudah terbujur kaku di dalam peti mati. Seakan tak mampu menahan perasaan sedihnya, tangisnya kembali pecah sehingga mengalihkan perhatian pelayan lain padanya.

Lucas yang bertuxedo hitam tiba-tiba muncul dan berjalan mendekat. Lengannya menjangkau bahu perempuan itu. Diusapkannya telapak tangannya ke bahu wanita itu beberapa kali untuk menenangkannya.

Tak dapat dipungkiri, terselip rasa cemburu yang berkecamuk dalam dada Charity saat melihat sikap Lucas pada perempuan itu.

Perempuan itu masih terdengar menangis sesenggukan saat rombongan pelayat baru mulai berdatangan. Lucas seketika menarik tangan si perempuan agar menjauh dari peti mati kayu dan memberikan kesempatan pelayat lain untuk melakukan penghormatan terakhir mereka pada si jenazah.

Pandangan Louise dan Charity masih belum bisa lepas dari Lucas dan perempuan asing itu.

"Kurasa Lucas sudah sangat mengenal wanita itu dengan baik sebelumnya." sahut Louise saat menatap tangan Lucas yang menggenggam erat tangan perempuan asing itu.

"Dan dengan adik Lucas tentu saja, tapi siapa dia? Kenapa dia bisa berkaitan dengan keluarganya Lucas?"

"Entahlah. Sulit untuk menerkanya, apa perlu kita mencari tahu?"

***

Louise mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan gereja usai melakukan doa, didapatinya ruang gereja sudah agak sepi, hanya ada beberapa orang yang masih tetap disana, sedangkan Charity sudah pulang lebih awal. Diputuskanlah untuk meninggalkan gereja dan segera pulang setelah menyadari hari sudah larut malam.

Berulang kali Louise mencoba untuk menyalakan mesin mobil tapi mobil masih juga belum mau hidup. Kehilangan kesabaran, Louise akhirnya keluar dari dalam mobil lalu melakukan pengecekan.

Louise hanya bisa menggerutu setelah mendapati tidak hanya mesin mobilnya yang bermasalah tapi juga ban mobilnya yang kempes, ia pun menendang ban mobilnya dengan keras. Louise kembali masuk ke dalam mobil untuk mengambil tas dan beberapa benda penting,

Brukkk….

Louise dikejutkan oleh bunyi benda yang jatuh di atas atap mobil. Kucuran darah merah segar bercampur bulu-bulu hitam tampak dari balik kaca mobilnya. Dipejamkan matanya seketika sampai ia pun kesulitan menelan salivanya. Dilingkupi rasa penasaran, Louise pun membuka pintu mobil untuk menengok.

"Ga-gak?"

Seekor burung gagak yang sudah mati jatuh secara perlahan, meninggalkan jejak darah di kaca mobil. Bau anyir menusuk hidungnya.

Dengan wajah memutih, Louise beranjak menjauhi mobil. Helaan napas berat mengiringi langkahnya untuk mencari tempat penginapan di sekitar area gereja.

Sepanjang perjalanan di jalanan yang licin dirasakannya udara berdesir, daun-daun bergemerisik, burung gagak yang berkoak-koak dan gonggongan anjing yang menyalak-nyalak terdengar seperti lolongan serigala. Suasana malam ini terkesan begitu mencekam baginya.

Sekelebat bayangan gelap bergerak begitu cepat. Louise melirik ke kanan dan ke kiri. Nihil. Merasa seseorang sedang menguntit dan mengawasinya, sontak Louise pun menoleh ke arah belakang.

Dalam radius yang cukup jauh, netranya menangkap sinyal-sinyal bahaya yang sedang mengintainya. Seorang pria berpakaian serba gelap dengan mengenakan topeng berwarna perak yang menutupi seluruh bagian wajahnya tengah berdiri sambil menatapnya dengan mata tajam yang menyala-nyala.

Ditelusurinya setiap jengkal dari tubuh pria itu, tak dinyana tampaklah kapak berwarna merah menyala tergenggam erat di tangan kirinya, seakan malaikat pencabut nyawa baginya. Menyadari dirinya akan berhadapan dengan bahaya, Louise seketika berlari. Pria berkapak itu tak tinggal diam, ia pun ikut berlari demi mendapatkan perburuan lezatnya malam ini.

Hawa dingin menusuk tulangnya, napasnya seketika menjadi tak teratur, bahkan seakan Natsumi bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang berdebar kencang.

Melihat deretan jeep-jeep bekas yang memenuhi area lapangan nan luas, tak pelak membuat Louise memilihnya sebagai tempat persinggahan untuk menyelamatkan diri. Di bawah kolong jeep warna kuning, ia bersembunyi.

Samar-samar terdengar suara jejak sepatu dan kapak yang dengan sengaja digesek-gesekkan ke kap mobil jeep untuk menarik perhatian mangsanya.

Pranggg….

Terdengar bunyi kaleng yang disepakkan ke salah satu kerangka besi mobil.

Dengan buliran keringat yang sudah membasahi setiap lekuk tubuhnya, Louise membekap mulutnya sendiri.

Tiba-tiba keadaan menjadi sunyi senyap, tak terdengar lagi suara apapun.

Untuk sesaat Louise mengintip dari balik kolong jeep untuk memastikan keberadaan peneror itu. Hasilnya nihil.

Merasa tempat persembunyiannya tak lagi aman, Louise memutuskan keluar dari kolong mobil. Tubuhnya terhimpit diantara badan mobil jeep-jeep besar yang berjejer-jejer rapi saat menjinjitkan kakinya.

Satu langkah… dua langkah… tiga langkah…

Empat lang-kah…

Si peneror muncul dihadapan Louise dengan sorot mata menusuk. Dilemparkanlah kapak merahnya, berharap dapat segera melumpuhkan mangsanya. Tiba-tiba Louise merasakan tubuhnya membeku dalam kebisuan malam.

Eits… Tapi tidak…

Lemparan kapak si peneror itu GAGAL, ia hanya mampu mengenai besi atap jeep meski cuma berjarak beberapa inci dari kepala Louise.

Tanpa peringatan, Louise kembali melarikan diri. Tak sudi melihat calon korbannya berhasil kabur, pria peneror itu tak tinggal diam, ia bergerak cepat dengan mencabut kapak yang tertancap.

Dalam pelariannya, Louise masih dapat mendengar siulan si peneror bertopeng itu seakan memanggil-manggil dirinya.

"Ahhhh…. Lepaskannnn!!!" teriak Louise saat peneror itu mampu menarik rambutnya dengan keras sehingga membuat beberapa helai rambutnya tercabut dari akarnya.

Salah satu tangan pria peneror itu beralih menjangkau leher Louise. Ia mencengkeram leher Louise dengan kencang, sehingga membuat tubuh Louise terangkat ke atas seakan menggapai langit-langit, kaki Louise tak lagi menginjak tanah.

Saat jari-jemarinya sibuk melakukan perlawanan, peneror itu malah semakin mengencangkan cengkramannya.

Hingga akhirnya satu tendangan yang dihempaskan Louise tepat di bagian depan alat vital mampu membuat si peneror melepaskan jeratan tangannya dari lehernya.

Ketika peneror berkapak masih mengerang kesakitan, Louise kabur dari area jeep-jeep rongsokan itu.

Tanpa sedikitpun menoleh, ia terus mempercepat langkah kakinya, menjauh tak tentu arah.

Namun, naas, di tengah pelariannya ia malah tersandung batu berukuran besar dan potongan kaca tertancap tepat di paha kanannya. Dengan napas tersengal-sengal, Louise berupaya bangkit tapi kakinya yang sudah kesakitan dan berlumuran darah membuatnya kesulitan untuk sekedar bergerak.

Tampak pria berkapak itu sudah kembali melangkah mendekatinya.

Tak banyak yang dapat dilakukan Louise, dalam keputusasaannya, diambilnya sebongkah batu sebagai penyelamat dan hanya bisa berharap akan datangnya pertolongan.

"Apa maumu sebenarnyaaaa???!!! Arrrrghhhh…" teriak Louise sambil mengerjapkan mata saat kilatan kapak itu sudah menyala-nyala di depan bola matanya.

Sorotan sinar yang berasal dari lampu mobil tiba-tiba menerangi kegelapan. Berulang kali pula terdengar suara klakson sengaja dibunyikan yang memekakkan telinga.

Perlahan membuka mata, sudah tak tampak lagi sosok pria berkapak yang tadi berdiri tepat dihadapannya. Seolah pria berkapak itu benar-benar telah lenyap.

Kepala tersembul keluar dari dalam mobil yang sudah tak asing lagi bagi Louise.

"Lucas… Lucas… kumohon tolonglah aku… Selamatkan aku… Kumohon…" pekik Louise sambil terisak.

"Sudah aman… Kau sudah aman Louise, aku bersamamu. Apa yang baru saja menimpamu?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 35

    Merasa harga dirinya sebagai pria runtuh akibat perkataan Louise, emosi kembali bergelayut dalam relung hati Maverick. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah vas bunga kaca. Dalam jarak jangkauan tangannya seketika diraihnya vas bunga kaca yang menghiasi meja sudut samping sofa. Tanpa aba-aba ia menjatuhkan vas bunga kaca itu ke lantai.Kembali terdengar bunyi pecahan benda jatuh. Serpihan vas bunga kaca itu mengenai jari kaki Louise. Darah menetes pelan dari sana hingga membuat Louise merintih kesakitan. Maverick menunduk dan menatapnya dengan tatapan datar, seolah pemandangan tersebut bukan sesuatu yang mengerikan. Dirinya menganggap hal itu sesuatu yang biasa saja.Maverick melihat luka pada jari Louise dengan santai, baginya luka itu bukanlah luka besar yang harus membuatnya turun tangan untuk melakukan pertolongan pertama.Tangan Maverick menjangkau kotak tisu dari atas meja dan melemparkannya ke tubuh Louise. Dengan sabar Louise menyeka lu

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 34

    Kendrick bersama dengan beberapa pelayan kembali melangkahkan kaki menuju kamar Tuannya yang telah dibentengi oleh dua anggota penjaga. Masuk ke dalam kamar netranya menatap nanar kondisi istri Tuannya yang tengah dalam keadaan cukup memprihatinkan, meringkuk di atas ranjang dengan kondisi terikat di kedua tangan dan kakinya. Rambutnya terlihat kusut dan berantakan. Pakaian yang melekat di tubuhnya juga sebanding lurus dengan keadaan tubuhnya saat ini, terlihat kumal dan terdapat robekan di beberapa sisi akibat perlakuan paksa Maverick pada dirinya saat berusaha menyentuhnya. Luka memar dan lebam di beberapa bagian tubuh Louise pun tak luput dari sorotan mata Kendrick.Dengan perlahan asisten pribadi Maverick itu melepaskan ikatan tali yang dengan kuat membelit paksa kedua tangan dan kaki Louise. Ikatan tali yang membelit dengan kencang itu tak pelak meninggalkan bekas luka di pergelangan tangan dan kakinya. “Mari kubantu untuk bangun, Nona.”De

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 33

    Maverick berjalan cepat ke arah paviliun di belakang mansion diiringi Kendrick yang membuntutinya dari arah belakang. Masuk ke dalam paviliun, selaput matanya berpendar ke segala penjuru ruangan yang terdapat disana. Dihembuskan napasnya panjang setelah menyadari paviliun miliknya kurang terurus dengan baik.“Ck, bersihkan paviliun ini, Rick, mulai besok wanita itu akan tinggal disini. Siapkan pelayan yang khusus untuk membersihkan paviliun ini setiap harinya. Aku tidak ingin wanita itu berada di kamarku lagi.”“Apa Anda yakin Tuan? Bagaimana kalau Mr. Boylee mengetahuinya? Kuyakin ia akan marah besar pada Tuan.”“Itu akan menjadi urusanku dengan Papaku, Rick.”“Baiklah, Tuan. Apakah Tuan sudah mendengar berita terbaru mengenai Nona Obelia yang sedang ramai di media?”“Berita apa memangnya? Apa ia membuat ulah lagi?”“Lebih dari itu, Tuan. Ia membuat kehebohan dengan kebohongan publiknya selama ini.”“Apa maksu

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 32

    Mentari terbit dari balik cela-cela jendela, Maverick meneguk ludah kasar melihat Louise terlelap disampingnya. Ia duduk seraya memperhatikan kamar yang luas itu. Perhatiannya tertuju pada beragam foto yang terpampang di dinding dan meja. Salah satu foto memperlihatkan sosok Ecclesie yang tampak sangat cantik dengan senyum sumringah, sangat kontras dengan kondisi Louise yang terlihat saat ini, sungguh sangat berantakan. Ia pun tak berselera melihatnya.Tanpa berpikir panjang, dengan langkah cepat, ia meraih handuk di atas nakas. Maverick melangkah tanpa suara menuju kamar mandi.Seraya membersihkan diri Maverick memikirkan ulang mengenai ucapan seorang wanita yang baru dikenalnya namun cukup menarik perhatiannya. Ajakan untuk bergabung dalam kelompok persaudaraan? Akankah aku menuruti ucapannya? Sepertinya akan menjadi warna baru dalam hidupku jika aku mengikuti perkataan wanita itu, pikirnya.Di bawah kucuran air, pikirannya beralih ke diri Loui

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 31

    Hiruk pikuk terdengar di bawah ruang bawah tanah. Dua kubu pendukung meneriakkan kata-kata kasar menghujani semangat pada dua pria berbadan besar yang tengah bergelut di atas arena pertarungan. “Bunuh… bunuh… bunuh…”Tanpa menggunakan pelindung tangan maupun kepala dua petarung saling memukul keras satu sama lain dengan menggebu-gebu. Kepalan tangan menghantam wajah petarung lain tanpa ampun. Setiap petarung akan mengincar bagian kepala maupun ulu hati untuk menjatuhkan bahkan mematikan musuhnya dengan mudah.Mereka menyebut arena ini Arena Bayangan Kematian karena menyuguhkan pertarungan antara hidup dan mati. Bonyok, lebam bahkan hidung bengkok berdarah yang menghiasi wajah petarung seolah pemandangan yang lumrah. Arena petarung mempunyai aturan khusus dimana para petarung harus saling membunuh untuk mendapatkan sejumlah uang dalam jumlah yang fantastis dan tumpukan batangan emas berkilauan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak nyawa melayan

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 30

    Malam cepat berlalu, malam yang gelap berganti menjadi pagi yang cerah.Ketika matanya terbuka, yang pertama kali dilihatnya plafon putih bersih berbeda dari ruangan yang sebelumnya terlihat.Sesaat ia memperhatikan ruangan yang luas itu, tampak tidak terlalu asing. Kemudian dirasakannya bawah hidungnya berair, berniat untuk menyekanya tapi ia kesulitan karena tangannya masih terikat begitupun dengan mulutnya.Lorong pendengarannya menangkap suara pintu yang terbuka. Louise mengenali sosok yang masuk ke dalam kamar.Kendrick, iya benar itu Kendrick, benaknya. Berusaha berteriak tapi mulutnya sudah dibuat terkunci, hanya raungan aneh yang keluar dari mulutnya. Didapatinya Kendrick tidak datang seorang diri, ia membawa serta seorang pelayan wanita. Tak lama kerongkongannya terasa dialiri sesuatu, menduga pelayan itu sengaja memberikan minuman padanya.“Obati luka berdarah di kakinya.” perintah Kendrick.Pelayan itu menund

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status