Share

Bab 3

Author: Mangata
last update Last Updated: 2023-10-10 21:28:41

Seorang gadis merogoh selembar kertas yang sudah tampak lusuh dari dalam tas. Dibacanya sekali lagi surat pemberitahuan yang telah didapatnya dari pihak kampus. Diamatinya dengan cermat jadwal untuk menghadap petugas administrasi kampus untuk memastikan agar tak keliru.

Dengan tergesa-gesa ia mengetuk pintu. Di dalam ruangan tata usaha, netranya menatap lurus petugas administrasi yang sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen.

Petugas itu menutup map dokumennya saat gadis itu duduk menghadapnya, untuk sesaat ada rasa canggung yang bergelayut dalam dirinya.

"Kalian tak bisa mendrop-out mahasiswa begitu saja!" teriak gadis itu kesal di tengah percakapan.

"Kalau begitu segera selesaikan pembayaran uang kuliahmu. Kampus telah melonggarkan kebijakannya demi mahasiswa-mahasiswa seperti kalian, mahasiswa yang tidak taat pada peraturan. Namun, kalian masih saja tetap membandel, menunda-nunda pembayaran uang kuliah dengan berbagai alasan tak masuk akal. Mungkin saja kalian telah menghabiskan jatah uang kuliah dari orang tua kalian untuk berfoya-foya."

Gadis itu memicingkan netranya.

"Pak, tuduhan Anda sama sekali tak berdasar. Jangan samakan aku dengan mahasiswa lainnya. Aku sedang mengalami kesulitan keuangan untuk saat ini, bukannya dengan sengaja menunda pembayaran uang kuliah apalagi menggunakannya untuk berfoya-foya."

"Kalau begitu carilah cara agar kau bisa melunasinya, Nona. Kampus telah berbaik hati dengan memberikan kelonggaran waktu tapi kalian masih saja tidak menaatinya."

Kali ini ia meruncingkan bibirnya.

"Sekarang kampus memberikan kebijakan baru untuk mahasiswa-mahasiswa sepertimu. Ada tambahan waktu untuk pembayaran biaya kuliah sampai tiga minggu kedepan. Setelah itu takkan ada toleransi lagi!"

Darah gadis itu mulai mendidih.

"Baiklah, Pak akan kulunasi bahkan sebelum tiga minggu itu!" kesalnya.

Diliriknya jam tangannya, diputuskanlah untuk menghentikan perdebatan dengan petugas administrasi kampus dan bergegas keluar dari ruangan.

Teringat akan janjinya untuk datang ke kantor berita The Yonhap News, berada di luar kampus gadis itu segera menghadang taxi yang sedang melaju. Duduk di dalam taxi pikirannya bercampur aduk.

"Apa yang harus kulakukan sekarang untuk melunasi biaya kuliah?!" pekik gadis itu.

Dengan langkah penuh percaya diri dan memasang wajah sumringah, si gadis belia yang telah sampai di gedung kantor berita Yonhap memasuki ruangan Margareth, atasannya.

Ia berpikir mungkin hari ini Margareth akan memberikannya pujian padanya atas keberhasilannya menyajikan artikel-artikel yang menarik dan bisa memuaskan para pembaca surat kabar The Yonhap News dalam beberapa bulan terakhir.

"Jadi hanya itu saja pilihan yang bisa kau berikan untukku, Ma'am?" sahutnya mencoba memenuhi rasa penasarannya.

"Ya, saat ini kau hanya punya dua pilihan itu, dear. Kau harus rela posisimu akan tergeser dengan jurnalis lepas lainnya atau kau dapat dipromosikan menjadi jurnalis tetap, tapi tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku."

"Bisa kau terangkan, Ma'am?

"Syaratnya kau harus menulis artikel yang bombastis untuk headline koran The Yonhap News paling tidak untuk tiga bulan ke depan. Artikel yang belum pernah terpublish, tema yang baru dan segar, bahkan belum pernah terbayangkan oleh pembaca sebelumnya tentu akan menjadi lebih baik lagi, dear." ujar Margareth panjang lebar.

Alis gadis itu menyatu dengan dahi berkerut, 'Apa ia sudah tak waras?'

"Tapi aku 'kan sudah lama menjadi jurnalis lepas disini, aku telah memberikan kalian banyak liputan berita yang sudah termuat di surat kabar. Selama ini respon para pembaca positif saja terhadap tulisanku, tapi kalian dengan tega dan mudahnya akan memberikan posisiku pada anak-anak magang itu?" gertaknya lalu menggigit bibirnya karena geram.

"Aku tahu, dear, tapi kau juga harus memahami pembaca koran kami butuh liputan berita dan pemikiran yang berkualitas tinggi. Apalagi surat kabar dan portal berita online kami akan segera bertransformasi dengan mulai menyasar kalangan muda mudi, yah meski kutahu kau juga masih muda. Entahlah, apapun itu, kau harus segera membuat pilihan, gadis muda, ingat batas waktumu tidak banyak dan kabar buruknya tidak ada opsi lain untukmu, dear. Maaf aku akan menghadiri rapat direksi, hubungi aku jika masih ada yang ingin kau tanyakan." ujar Margareth sambil beranjak meninggalkan gadis itu yang masih menunjukkan raut wajah kebimbangan.

Tangannya mengepal erat. 'Aku telah salah menilaimu selama ini. Kupikir selama ini kau telah berpihak padaku. Kau telah membuat kekeliruan yang fatal dengan mengancamku dan berhasil membuat hariku semakin kacau balau.'

Gadis itu kemudian memutuskan untuk melepaskan kepenatannya sejenak dengan mengunjungi suatu tempat favoritnya.

Di dalam perpustakaan Starfield, yang terletak di dalam sebuah mall, Coex Mall and Convention di Distrik Gangnam, Seoul, Louise menghabiskan waktu siangnya. Di perpustakaan yang memiliki luas sekitar 2800 meter persegi ini terdapat 3 buah rak buku setinggi 13 meter dengan koleksi buku dan majalah kurang lebih 50 ribu, sungguh memanjakan netra Louise yang memang dikenal kutu buku.

Berada di lantai atas alih-alih membaca salah satu dari koleksi buku yang tersimpan di rak-rak, perhatian Natsumi justru teralihkan oleh objek lain. Sosok perempuan jangkung yang berdiri diantara rak-rak buku berhasil mencuri perhatiannya, meskipun saat itu banyak pengunjung perpustakaan yang lalu lalang disana.

Matanya terus menyorot perempuan bersyal merah menyala sambil sesekali melakukan gerakan yang sama persis seperti yang dilakukan perempuan itu sebagai bentuk pengalihan.

Namun, ternyata perempuan itu dapat merasakan jika dirinya sedang dimata-matai. Diletakkannya buku yang tadi dibacanya secara acak, bergegas mengambil langkah seribu.

Melihat targetnya telah lenyap, langsung dilemparkannya buku yang digenggamnya diantara tumpukan buku-buku yang berserakan di meja dan melakukan pengejaran pada perempuan itu.

Merasa tidak aman, perempuan itu berlari dengan kecepatan maksimal hingga mencapai lantai underground.

Louise tak sengaja menyenggol kursi yang berjajar di sepanjang pinggir rak buku sehingga membuat tubuhnya goyah, perempuan itu lenyap dalam peredaran.

Beruntungnya, netra Louise masih dapat menangkap kembali sosok perempuan yang tengah berada di ambang pintu keluar mall itu.

Dalam pengejarannya ia harus rela berjibaku dengan panasnya terik matahari serta melewati gang-gang sempit yang membuat langkahnya tak lagi leluasa.

Langkah perempuan yang begitu cepat dan lebar itu cukup menyulitkan Louise untuk menandinginya.

Louise mulai kehabisan napas lalu menyadari telah kehilangan jejak perempuan itu.

Dengan rasa kecewa yang membuncah di dalam dada, ditendangnya batu-batu kerikil yang berserakan di jalanan serta mematahkan ranting-ranting pohon yang berguguran.

Tak lama, lorong pendengarannya menangkap bunyi gemerincing uang logam yang berhamburan di tanah.

Tiba-tiba dari dalam gang sempit muncul sosok perempuan yang dicarinya, "Ada urusan apa sebenarnya kau denganku? Kenapa kau terus mengejarku? Apa kau polisi yang sedang menangkap pencuri?"

Louise tergelak dengan mata membulat.

Perempuan itu berdiri tepat dihadapannya dengan raut muka menantang.

"Tidak, itu karena aku pernah melihatmu sebelumnya di gereja Onnuri saat prosesi berkabungnya adik Lucas."

"Benarkah? Kenapa aku tidak pernah menyadarinya?"

"Ya, karena kita belum bertatap muka secara langsung, aku hanya bisa menatapmu dari jauh saat itu. Alasan tersebut yang membawaku untuk menemuimu kembali tapi kau malah kabur dan berprasangka buruk padaku, aku Louise."

"Daniela."

"Kurasa kau memang mempunyai hubungan khusus dengan keluarga Lucas. Aku dapat merasakannya saat berada disana."

"Ya, kau benar, hubungan khusus yang takkan pernah terlintas di benakmu itu, Nona."

"Apa maksud perkataanmu itu?"

"Haruskah aku menjelaskan detail padamu? Lagipula ada urusan apa juga sampai kau harus mengetahuinya, hah?!"

"I-Itu karena aku juga sahabat Lucas, apa itu salah?"

"Ya, tentu saja, kau tidak harus mengetahui hubungan pribadi antar individu karena bagiku itu sangat privasi, Nyonya. Apa kau mulai memahaminya?"

Perempuan bersyal merah itu beranjak pergi tanpa mengacuhkan Louise kembali.

'Hmm… ada apa dengan perempuan itu?' benak Louise keheranan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 35

    Merasa harga dirinya sebagai pria runtuh akibat perkataan Louise, emosi kembali bergelayut dalam relung hati Maverick. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah vas bunga kaca. Dalam jarak jangkauan tangannya seketika diraihnya vas bunga kaca yang menghiasi meja sudut samping sofa. Tanpa aba-aba ia menjatuhkan vas bunga kaca itu ke lantai.Kembali terdengar bunyi pecahan benda jatuh. Serpihan vas bunga kaca itu mengenai jari kaki Louise. Darah menetes pelan dari sana hingga membuat Louise merintih kesakitan. Maverick menunduk dan menatapnya dengan tatapan datar, seolah pemandangan tersebut bukan sesuatu yang mengerikan. Dirinya menganggap hal itu sesuatu yang biasa saja.Maverick melihat luka pada jari Louise dengan santai, baginya luka itu bukanlah luka besar yang harus membuatnya turun tangan untuk melakukan pertolongan pertama.Tangan Maverick menjangkau kotak tisu dari atas meja dan melemparkannya ke tubuh Louise. Dengan sabar Louise menyeka lu

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 34

    Kendrick bersama dengan beberapa pelayan kembali melangkahkan kaki menuju kamar Tuannya yang telah dibentengi oleh dua anggota penjaga. Masuk ke dalam kamar netranya menatap nanar kondisi istri Tuannya yang tengah dalam keadaan cukup memprihatinkan, meringkuk di atas ranjang dengan kondisi terikat di kedua tangan dan kakinya. Rambutnya terlihat kusut dan berantakan. Pakaian yang melekat di tubuhnya juga sebanding lurus dengan keadaan tubuhnya saat ini, terlihat kumal dan terdapat robekan di beberapa sisi akibat perlakuan paksa Maverick pada dirinya saat berusaha menyentuhnya. Luka memar dan lebam di beberapa bagian tubuh Louise pun tak luput dari sorotan mata Kendrick.Dengan perlahan asisten pribadi Maverick itu melepaskan ikatan tali yang dengan kuat membelit paksa kedua tangan dan kaki Louise. Ikatan tali yang membelit dengan kencang itu tak pelak meninggalkan bekas luka di pergelangan tangan dan kakinya. “Mari kubantu untuk bangun, Nona.”De

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 33

    Maverick berjalan cepat ke arah paviliun di belakang mansion diiringi Kendrick yang membuntutinya dari arah belakang. Masuk ke dalam paviliun, selaput matanya berpendar ke segala penjuru ruangan yang terdapat disana. Dihembuskan napasnya panjang setelah menyadari paviliun miliknya kurang terurus dengan baik.“Ck, bersihkan paviliun ini, Rick, mulai besok wanita itu akan tinggal disini. Siapkan pelayan yang khusus untuk membersihkan paviliun ini setiap harinya. Aku tidak ingin wanita itu berada di kamarku lagi.”“Apa Anda yakin Tuan? Bagaimana kalau Mr. Boylee mengetahuinya? Kuyakin ia akan marah besar pada Tuan.”“Itu akan menjadi urusanku dengan Papaku, Rick.”“Baiklah, Tuan. Apakah Tuan sudah mendengar berita terbaru mengenai Nona Obelia yang sedang ramai di media?”“Berita apa memangnya? Apa ia membuat ulah lagi?”“Lebih dari itu, Tuan. Ia membuat kehebohan dengan kebohongan publiknya selama ini.”“Apa maksu

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 32

    Mentari terbit dari balik cela-cela jendela, Maverick meneguk ludah kasar melihat Louise terlelap disampingnya. Ia duduk seraya memperhatikan kamar yang luas itu. Perhatiannya tertuju pada beragam foto yang terpampang di dinding dan meja. Salah satu foto memperlihatkan sosok Ecclesie yang tampak sangat cantik dengan senyum sumringah, sangat kontras dengan kondisi Louise yang terlihat saat ini, sungguh sangat berantakan. Ia pun tak berselera melihatnya.Tanpa berpikir panjang, dengan langkah cepat, ia meraih handuk di atas nakas. Maverick melangkah tanpa suara menuju kamar mandi.Seraya membersihkan diri Maverick memikirkan ulang mengenai ucapan seorang wanita yang baru dikenalnya namun cukup menarik perhatiannya. Ajakan untuk bergabung dalam kelompok persaudaraan? Akankah aku menuruti ucapannya? Sepertinya akan menjadi warna baru dalam hidupku jika aku mengikuti perkataan wanita itu, pikirnya.Di bawah kucuran air, pikirannya beralih ke diri Loui

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 31

    Hiruk pikuk terdengar di bawah ruang bawah tanah. Dua kubu pendukung meneriakkan kata-kata kasar menghujani semangat pada dua pria berbadan besar yang tengah bergelut di atas arena pertarungan. “Bunuh… bunuh… bunuh…”Tanpa menggunakan pelindung tangan maupun kepala dua petarung saling memukul keras satu sama lain dengan menggebu-gebu. Kepalan tangan menghantam wajah petarung lain tanpa ampun. Setiap petarung akan mengincar bagian kepala maupun ulu hati untuk menjatuhkan bahkan mematikan musuhnya dengan mudah.Mereka menyebut arena ini Arena Bayangan Kematian karena menyuguhkan pertarungan antara hidup dan mati. Bonyok, lebam bahkan hidung bengkok berdarah yang menghiasi wajah petarung seolah pemandangan yang lumrah. Arena petarung mempunyai aturan khusus dimana para petarung harus saling membunuh untuk mendapatkan sejumlah uang dalam jumlah yang fantastis dan tumpukan batangan emas berkilauan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak nyawa melayan

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 30

    Malam cepat berlalu, malam yang gelap berganti menjadi pagi yang cerah.Ketika matanya terbuka, yang pertama kali dilihatnya plafon putih bersih berbeda dari ruangan yang sebelumnya terlihat.Sesaat ia memperhatikan ruangan yang luas itu, tampak tidak terlalu asing. Kemudian dirasakannya bawah hidungnya berair, berniat untuk menyekanya tapi ia kesulitan karena tangannya masih terikat begitupun dengan mulutnya.Lorong pendengarannya menangkap suara pintu yang terbuka. Louise mengenali sosok yang masuk ke dalam kamar.Kendrick, iya benar itu Kendrick, benaknya. Berusaha berteriak tapi mulutnya sudah dibuat terkunci, hanya raungan aneh yang keluar dari mulutnya. Didapatinya Kendrick tidak datang seorang diri, ia membawa serta seorang pelayan wanita. Tak lama kerongkongannya terasa dialiri sesuatu, menduga pelayan itu sengaja memberikan minuman padanya.“Obati luka berdarah di kakinya.” perintah Kendrick.Pelayan itu menund

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status