Share

Bab 4

Author: Mangata
last update Last Updated: 2023-10-11 09:01:04

Di luar tidak sedang turun hujan tapi tubuh Obelia seakan tersambar petir yang tenang tapi menggelegar. Disadarinya sumber petir itu berasal dari suara Dokter yang mengaduk-aduk perasaannya dan membuatnya seketika bergemuruh. Dokter telah memvonisnya dengan penyakit paralysis of the left cord. Obelia menepuk keningnya seakan tak percaya, "Ta-Tapi bisa sembuh 'kan, Dok?"

Dokter mengangguk sambil menjelaskan kemungkinan untuk kesembuhannya.

"Lakukan operasi terbaik, Dok, aku tidak akan mempermasalahkan berapapun biayanya."

Dokter mengatakan tidak masalah dengan hal itu karena operasi terbaik dapat diusahakannya. Namun, masalahnya ia akan benar-benar beristirahat total dalam bernyanyi untuk kurun waktu yang lama. Kemungkinan terburuknya ia akan pensiun dini menjadi penyanyi. Bahkan, jika tetap ingin dipaksakan, ia harus memulai semuanya dari dasar alias dari nol lagi.

Mata Obelia membola.

Setelah berdiskusi dan mempertimbangkan dengan singkat, Obelia memutuskan untuk menunda jadwal operasi pita suaranya. Ia melangkah keluar ruangan dengan gontai.

Di parkiran rumah sakit, mobil porsche lengkap dengan sopir pribadi sudah menunggunya. Ditelan hiruk pikuk lalu lintas, tubuh mungil Obelia dilanda kegelisahan karena masih terngiang ucapan dokter.

Dengan gerakan cepat Obelia mengambil ponsel miliknya, bergegas menghubungi seseorang yang seringkali menjadi tempat curhatan pribadinya, Eleanor.

"Ini gilaaa… Gimana bisa aku menderita penyakit seperti ini???!!!" pekik Obelia dengan nada amarah.

Di ujung telepon, Eleanor mencoba menenangkannya.

"Pantas aja ya tiap tampil manggung tenggorokanku terasa perih, kayak dirobek-robek gitu." gerutunya.

"Sabar dulu nanti kau juga akan sembuh." tukas Eleanor.

"Aku benci dengan kondisiku saat ini, Elea… Enggak sudi juga kalau harus ngulang dari awal lagi!!!" geramnya sambil menggigit-gigit kukunya.

"Kau beneran ga mau memulai dari nol lagi? Ya, udah vakum saja selamanya dari dunia nyanyi?" celetuk Eleanor.

"Apa, katamu??!!"

"Yah, menurutku cuma itu jalan keluarnya, kalau kau ga mau bersusah payah mengulang semuanya dari awal lagi."

Obelia mengepalkan tangannya  sambil membayangkan jika tepat perayaan tahun ke-10-nya debutnya menjadi penyanyi solo di dunia entertainment sekaligus menjadi ajang perpisahan dengan para fans dan haters-nya.

Semua pencapaiannya bermula dari keikutsertaannya di ajang pencarian bakat junior, Obelia seakan telah bertransformasi menjadi seorang penyanyi Diva.

Setiap kali merilis single, lagunya selalu menjadi trending. Piala dari acara penghargaan bergengsi acapkali berada dalam genggamannya.

"Ah, sudahlah, tiap kali curhat padamu tak pernah ada jalan keluar terbaik. Kututup teleponnya, aku hampir sampai ke apartemen." 

Jemarinya mulai sibuk mencari kontak Jarvis, bodyguardnya.

"Temui aku di lobby, tunggu sampai aku datang kesana." pungkas Obelia.

Waktu tepat menunjukkan pukul 10 malam saat mobil Obelia berhenti di depan gedung If House Hongdae.

If House Hongdae yang letaknya di jantung ibu kota merupakan apartemen yang cukup mewah dimana hanya orang-orang dari kalangan tertentu yang menjadi penghuninya. Setiap sudut ruangan apartemen dibuat dengan sentuhan eksklusif dan hanya menggunakan material terbaik di kelasnya. Sungguh sangat memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya.

Saat Obelia melangkah menuju lobby, tampaklah Jarvis yang telah berdiri tepat di tengah-tengah lobby nan luas berlapis karpet merah, bersiap menantikan kedatangan majikannya. 

Ia pun melangkah mendekati Jarvis. 

Jarvis hanya menundukkan kepala saat berdiri berhadapan dengan majikannya.

Sambil membetulkan topi bowler retronya, Obelia mulai membuka percakapan, "Tugas baru telah menantimu, Jarvis."

Jarvis masih tertunduk sambil menganggukkan kepalanya perlahan.

Dirogohnya ponsel dari dalam tas mewahnya dan dibukanya pesan w******p yang dikirim oleh Eleanor berupa pesan video.

Jarvis menatap layar ponsel yang sedang memutar video dengan mimik setengah terkejut.

Video menuju detik-detik terakhir pemutaran tapi Jarvis masih memutar otak berusaha memahami maksud yang ingin disampaikan majikannya melalui video itu.

"Oke, cukup." ucap Obelia.

Perhatian Jarvis beralih tertuju pada bibir tipis Obelia yang sedang melontarkan barisan-barisan perintah untuknya.

"Kau sudah paham 'kan? Ingat ya, jangan membuat kekeliruan yang fatal." ujar Obelia mengakhiri.

Saat Obelia berbalik, tangan Jarvis dengan gesit meraih pergelangan tangan majikannya. Obelia dan Jarvis berdiri begitu rapat seakan tak ada sekat lagi bagi tubuh mereka.  

Lidah Obelia terasa kelu saat tatapan seronok Jarvis menelisik lekuk tubuhnya. Telapak tangannya menyentuh pipi mulus nan merona Obelia dengan lancang. Tanpa aba-aba, Jarvis mengecup bibir majikannya.

"Hentikan, Jarvis! Apa kau tidak sadar dengan apa yang telah kau lakukan?!" tegur Obelia saat Jarvis mencoba melumat bibirnya lebih dalam.

Jarvis tak mengindahkannya.

Dengan satu hentakan, Obelia mendorong mundur paksa tubuh Jarvis.

"Kau memang sudah tak waras."

"Ayolah, kenapa kau canggung, kita  sudah pernah melakukannya 'kan saat di bar?"

"Hey, saat itu aku mabuk! Aku sungguh tak sadar saat melakukan perbuatan itu denganmu!"

"Tapi sungguh kau menikmatinya 'kan?!"

"Kurasa saat ini kau yang sedang mabuk, Jarvis."

Enggan kepergok Maverick maupun penghuni apartemen lain, Obelia melangkahkan kaki dengan cepat menuju lift, meninggalkan Jarvis di lobby.

Jarvis tersenyum kecut, tanpa penyesalan.

Pintu lift otomatis terbuka lebar saat Obelia menekan tombol. 'Ting' lift terbuka di lantai 25. Ia berjalan cepat menuju kamar nomor 19. 

Kenop pintu diputar 'Klik".

Obelia menggerutu saat menyadari pintu kamar apartemennya belum dikunci. 

"Ckckck… kalian harus siap menerima omelan dariku ya? Sudah kubilang 'kan jam sembilan ke atas pintu kamar sudah harus dikunci bukan malah ditinggalkan terbuka seperti ini." ucapnya geram yang ditunjukkan pada Nadya, asisten rumah tangganya dan Sophie.

Dari luar kamar samar-samar terdengar suara seperti desahan dan erangan mesum. Obelia seketika menduga suara desahan itu berasal dari Sophie dan kekasihnya yang sedang bermesraan di sofa ruang tamu. Ya, sejak Obelia mengizinkan Sophie untuk tinggal seatap dengannya, ia kerap memergoki sahabatnya itu berbuat seronok di apartemennya. Meskipun sudah berulang kali menegurnya, Sophie masih saja melalukan tindakan yang sama. 

Pintu pun terbuka lebar diiringi suara 'Kriettt' saat Obelia membuka pintu. Baru tiga langkah lantai kamar diinjak, dilihatnya seorang pria dan wanita yang hanya dibalut pakaian dalam tampak bercumbu mesra.

Di ambang pintu dicermatinya potongan rambut, bentuk tubuh sampai warna kulit pria itu. Ia merasa tidak asing dengan perawakan pria itu, postur dan potongan rambutnya seakan cukup dikenalnya dengan baik.

Merasa sedang diperhatikan, pria itu seketika menghentikan aktivitas mesumnya dan berbalik badan.

Wajah tampan sang pria dipenuhi keterkejutan.

"Sayang, ada apa?" tanya lawan main pria itu keheranan.

Bibir pria itu membisu dengan tubuh yang membeku.

Obelia kesulitan menelan salivanya.

Sekejap, ia tersadar telah melakukan kesalahan dengan menyelinap masuk ke unit apartemen orang lain yang berada di lantai yang sama dengan apartemennya. Namun, naasnya ia sangat mengenal pria asing itu.

Pria itu mendekati Obelia, seketika tamparan keras mendarat di pipi si pria 'Plak!'

"Teganya kau berbuat hal kotor seperti ini di depan mataku!!!"

Mundur beberapa langkah dari lantai kamar, pintu dibanting tak kalah keras 'Braaakkk'

Obelia hanya bisa berlari sekencang mungkin.

Sayup-sayup terdengar suara Maverick, tunangannya memanggil-manggil namanya.

Dengan mata berkaca-kaca Obelia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari kamar no. 16 yang benar, tak menghiraukan lagi panggilan Maverick.

Ya, rupanya, Angka 6 dalam kamar nomor 16 itu telah berubah bentuk menjadi angka 9 akibat gerakan pintu yang terlalu keras dan perekat yang tak lagi menempel sempurna. Obelia tidak terlalu memperhatikannya saat itu.

Dengan tangan bergetar, Obelia bergegas mengarahkan cardlock-nya ke depan pintu.

Duduk di atas ranjang, Obelia tak mampu lagi membendung air matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 35

    Merasa harga dirinya sebagai pria runtuh akibat perkataan Louise, emosi kembali bergelayut dalam relung hati Maverick. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah vas bunga kaca. Dalam jarak jangkauan tangannya seketika diraihnya vas bunga kaca yang menghiasi meja sudut samping sofa. Tanpa aba-aba ia menjatuhkan vas bunga kaca itu ke lantai.Kembali terdengar bunyi pecahan benda jatuh. Serpihan vas bunga kaca itu mengenai jari kaki Louise. Darah menetes pelan dari sana hingga membuat Louise merintih kesakitan. Maverick menunduk dan menatapnya dengan tatapan datar, seolah pemandangan tersebut bukan sesuatu yang mengerikan. Dirinya menganggap hal itu sesuatu yang biasa saja.Maverick melihat luka pada jari Louise dengan santai, baginya luka itu bukanlah luka besar yang harus membuatnya turun tangan untuk melakukan pertolongan pertama.Tangan Maverick menjangkau kotak tisu dari atas meja dan melemparkannya ke tubuh Louise. Dengan sabar Louise menyeka lu

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 34

    Kendrick bersama dengan beberapa pelayan kembali melangkahkan kaki menuju kamar Tuannya yang telah dibentengi oleh dua anggota penjaga. Masuk ke dalam kamar netranya menatap nanar kondisi istri Tuannya yang tengah dalam keadaan cukup memprihatinkan, meringkuk di atas ranjang dengan kondisi terikat di kedua tangan dan kakinya. Rambutnya terlihat kusut dan berantakan. Pakaian yang melekat di tubuhnya juga sebanding lurus dengan keadaan tubuhnya saat ini, terlihat kumal dan terdapat robekan di beberapa sisi akibat perlakuan paksa Maverick pada dirinya saat berusaha menyentuhnya. Luka memar dan lebam di beberapa bagian tubuh Louise pun tak luput dari sorotan mata Kendrick.Dengan perlahan asisten pribadi Maverick itu melepaskan ikatan tali yang dengan kuat membelit paksa kedua tangan dan kaki Louise. Ikatan tali yang membelit dengan kencang itu tak pelak meninggalkan bekas luka di pergelangan tangan dan kakinya. “Mari kubantu untuk bangun, Nona.”De

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 33

    Maverick berjalan cepat ke arah paviliun di belakang mansion diiringi Kendrick yang membuntutinya dari arah belakang. Masuk ke dalam paviliun, selaput matanya berpendar ke segala penjuru ruangan yang terdapat disana. Dihembuskan napasnya panjang setelah menyadari paviliun miliknya kurang terurus dengan baik.“Ck, bersihkan paviliun ini, Rick, mulai besok wanita itu akan tinggal disini. Siapkan pelayan yang khusus untuk membersihkan paviliun ini setiap harinya. Aku tidak ingin wanita itu berada di kamarku lagi.”“Apa Anda yakin Tuan? Bagaimana kalau Mr. Boylee mengetahuinya? Kuyakin ia akan marah besar pada Tuan.”“Itu akan menjadi urusanku dengan Papaku, Rick.”“Baiklah, Tuan. Apakah Tuan sudah mendengar berita terbaru mengenai Nona Obelia yang sedang ramai di media?”“Berita apa memangnya? Apa ia membuat ulah lagi?”“Lebih dari itu, Tuan. Ia membuat kehebohan dengan kebohongan publiknya selama ini.”“Apa maksu

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 32

    Mentari terbit dari balik cela-cela jendela, Maverick meneguk ludah kasar melihat Louise terlelap disampingnya. Ia duduk seraya memperhatikan kamar yang luas itu. Perhatiannya tertuju pada beragam foto yang terpampang di dinding dan meja. Salah satu foto memperlihatkan sosok Ecclesie yang tampak sangat cantik dengan senyum sumringah, sangat kontras dengan kondisi Louise yang terlihat saat ini, sungguh sangat berantakan. Ia pun tak berselera melihatnya.Tanpa berpikir panjang, dengan langkah cepat, ia meraih handuk di atas nakas. Maverick melangkah tanpa suara menuju kamar mandi.Seraya membersihkan diri Maverick memikirkan ulang mengenai ucapan seorang wanita yang baru dikenalnya namun cukup menarik perhatiannya. Ajakan untuk bergabung dalam kelompok persaudaraan? Akankah aku menuruti ucapannya? Sepertinya akan menjadi warna baru dalam hidupku jika aku mengikuti perkataan wanita itu, pikirnya.Di bawah kucuran air, pikirannya beralih ke diri Loui

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 31

    Hiruk pikuk terdengar di bawah ruang bawah tanah. Dua kubu pendukung meneriakkan kata-kata kasar menghujani semangat pada dua pria berbadan besar yang tengah bergelut di atas arena pertarungan. “Bunuh… bunuh… bunuh…”Tanpa menggunakan pelindung tangan maupun kepala dua petarung saling memukul keras satu sama lain dengan menggebu-gebu. Kepalan tangan menghantam wajah petarung lain tanpa ampun. Setiap petarung akan mengincar bagian kepala maupun ulu hati untuk menjatuhkan bahkan mematikan musuhnya dengan mudah.Mereka menyebut arena ini Arena Bayangan Kematian karena menyuguhkan pertarungan antara hidup dan mati. Bonyok, lebam bahkan hidung bengkok berdarah yang menghiasi wajah petarung seolah pemandangan yang lumrah. Arena petarung mempunyai aturan khusus dimana para petarung harus saling membunuh untuk mendapatkan sejumlah uang dalam jumlah yang fantastis dan tumpukan batangan emas berkilauan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak nyawa melayan

  • Melahirkan Pewaris untuk Sang Bangsawan Bengis   Bab 30

    Malam cepat berlalu, malam yang gelap berganti menjadi pagi yang cerah.Ketika matanya terbuka, yang pertama kali dilihatnya plafon putih bersih berbeda dari ruangan yang sebelumnya terlihat.Sesaat ia memperhatikan ruangan yang luas itu, tampak tidak terlalu asing. Kemudian dirasakannya bawah hidungnya berair, berniat untuk menyekanya tapi ia kesulitan karena tangannya masih terikat begitupun dengan mulutnya.Lorong pendengarannya menangkap suara pintu yang terbuka. Louise mengenali sosok yang masuk ke dalam kamar.Kendrick, iya benar itu Kendrick, benaknya. Berusaha berteriak tapi mulutnya sudah dibuat terkunci, hanya raungan aneh yang keluar dari mulutnya. Didapatinya Kendrick tidak datang seorang diri, ia membawa serta seorang pelayan wanita. Tak lama kerongkongannya terasa dialiri sesuatu, menduga pelayan itu sengaja memberikan minuman padanya.“Obati luka berdarah di kakinya.” perintah Kendrick.Pelayan itu menund

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status