Share

Bab 4

Di luar tidak sedang turun hujan tapi tubuh Obelia seakan tersambar petir yang tenang tapi menggelegar. Disadarinya sumber petir itu berasal dari suara Dokter yang mengaduk-aduk perasaannya dan membuatnya seketika bergemuruh. Dokter telah memvonisnya dengan penyakit paralysis of the left cord. Obelia menepuk keningnya seakan tak percaya, "Ta-Tapi bisa sembuh 'kan, Dok?"

Dokter mengangguk sambil menjelaskan kemungkinan untuk kesembuhannya.

"Lakukan operasi terbaik, Dok, aku tidak akan mempermasalahkan berapapun biayanya."

Dokter mengatakan tidak masalah dengan hal itu karena operasi terbaik dapat diusahakannya. Namun, masalahnya ia akan benar-benar beristirahat total dalam bernyanyi untuk kurun waktu yang lama. Kemungkinan terburuknya ia akan pensiun dini menjadi penyanyi. Bahkan, jika tetap ingin dipaksakan, ia harus memulai semuanya dari dasar alias dari nol lagi.

Mata Obelia membola.

Setelah berdiskusi dan mempertimbangkan dengan singkat, Obelia memutuskan untuk menunda jadwal operasi pita suaranya. Ia melangkah keluar ruangan dengan gontai.

Di parkiran rumah sakit, mobil porsche lengkap dengan sopir pribadi sudah menunggunya. Ditelan hiruk pikuk lalu lintas, tubuh mungil Obelia dilanda kegelisahan karena masih terngiang ucapan dokter.

Dengan gerakan cepat Obelia mengambil ponsel miliknya, bergegas menghubungi seseorang yang seringkali menjadi tempat curhatan pribadinya, Eleanor.

"Ini gilaaa… Gimana bisa aku menderita penyakit seperti ini???!!!" pekik Obelia dengan nada amarah.

Di ujung telepon, Eleanor mencoba menenangkannya.

"Pantas aja ya tiap tampil manggung tenggorokanku terasa perih, kayak dirobek-robek gitu." gerutunya.

"Sabar dulu nanti kau juga akan sembuh." tukas Eleanor.

"Aku benci dengan kondisiku saat ini, Elea… Enggak sudi juga kalau harus ngulang dari awal lagi!!!" geramnya sambil menggigit-gigit kukunya.

"Kau beneran ga mau memulai dari nol lagi? Ya, udah vakum saja selamanya dari dunia nyanyi?" celetuk Eleanor.

"Apa, katamu??!!"

"Yah, menurutku cuma itu jalan keluarnya, kalau kau ga mau bersusah payah mengulang semuanya dari awal lagi."

Obelia mengepalkan tangannya  sambil membayangkan jika tepat perayaan tahun ke-10-nya debutnya menjadi penyanyi solo di dunia entertainment sekaligus menjadi ajang perpisahan dengan para fans dan haters-nya.

Semua pencapaiannya bermula dari keikutsertaannya di ajang pencarian bakat junior, Obelia seakan telah bertransformasi menjadi seorang penyanyi Diva.

Setiap kali merilis single, lagunya selalu menjadi trending. Piala dari acara penghargaan bergengsi acapkali berada dalam genggamannya.

"Ah, sudahlah, tiap kali curhat padamu tak pernah ada jalan keluar terbaik. Kututup teleponnya, aku hampir sampai ke apartemen." 

Jemarinya mulai sibuk mencari kontak Jarvis, bodyguardnya.

"Temui aku di lobby, tunggu sampai aku datang kesana." pungkas Obelia.

Waktu tepat menunjukkan pukul 10 malam saat mobil Obelia berhenti di depan gedung If House Hongdae.

If House Hongdae yang letaknya di jantung ibu kota merupakan apartemen yang cukup mewah dimana hanya orang-orang dari kalangan tertentu yang menjadi penghuninya. Setiap sudut ruangan apartemen dibuat dengan sentuhan eksklusif dan hanya menggunakan material terbaik di kelasnya. Sungguh sangat memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya.

Saat Obelia melangkah menuju lobby, tampaklah Jarvis yang telah berdiri tepat di tengah-tengah lobby nan luas berlapis karpet merah, bersiap menantikan kedatangan majikannya. 

Ia pun melangkah mendekati Jarvis. 

Jarvis hanya menundukkan kepala saat berdiri berhadapan dengan majikannya.

Sambil membetulkan topi bowler retronya, Obelia mulai membuka percakapan, "Tugas baru telah menantimu, Jarvis."

Jarvis masih tertunduk sambil menganggukkan kepalanya perlahan.

Dirogohnya ponsel dari dalam tas mewahnya dan dibukanya pesan w******p yang dikirim oleh Eleanor berupa pesan video.

Jarvis menatap layar ponsel yang sedang memutar video dengan mimik setengah terkejut.

Video menuju detik-detik terakhir pemutaran tapi Jarvis masih memutar otak berusaha memahami maksud yang ingin disampaikan majikannya melalui video itu.

"Oke, cukup." ucap Obelia.

Perhatian Jarvis beralih tertuju pada bibir tipis Obelia yang sedang melontarkan barisan-barisan perintah untuknya.

"Kau sudah paham 'kan? Ingat ya, jangan membuat kekeliruan yang fatal." ujar Obelia mengakhiri.

Saat Obelia berbalik, tangan Jarvis dengan gesit meraih pergelangan tangan majikannya. Obelia dan Jarvis berdiri begitu rapat seakan tak ada sekat lagi bagi tubuh mereka.  

Lidah Obelia terasa kelu saat tatapan seronok Jarvis menelisik lekuk tubuhnya. Telapak tangannya menyentuh pipi mulus nan merona Obelia dengan lancang. Tanpa aba-aba, Jarvis mengecup bibir majikannya.

"Hentikan, Jarvis! Apa kau tidak sadar dengan apa yang telah kau lakukan?!" tegur Obelia saat Jarvis mencoba melumat bibirnya lebih dalam.

Jarvis tak mengindahkannya.

Dengan satu hentakan, Obelia mendorong mundur paksa tubuh Jarvis.

"Kau memang sudah tak waras."

"Ayolah, kenapa kau canggung, kita  sudah pernah melakukannya 'kan saat di bar?"

"Hey, saat itu aku mabuk! Aku sungguh tak sadar saat melakukan perbuatan itu denganmu!"

"Tapi sungguh kau menikmatinya 'kan?!"

"Kurasa saat ini kau yang sedang mabuk, Jarvis."

Enggan kepergok Maverick maupun penghuni apartemen lain, Obelia melangkahkan kaki dengan cepat menuju lift, meninggalkan Jarvis di lobby.

Jarvis tersenyum kecut, tanpa penyesalan.

Pintu lift otomatis terbuka lebar saat Obelia menekan tombol. 'Ting' lift terbuka di lantai 25. Ia berjalan cepat menuju kamar nomor 19. 

Kenop pintu diputar 'Klik".

Obelia menggerutu saat menyadari pintu kamar apartemennya belum dikunci. 

"Ckckck… kalian harus siap menerima omelan dariku ya? Sudah kubilang 'kan jam sembilan ke atas pintu kamar sudah harus dikunci bukan malah ditinggalkan terbuka seperti ini." ucapnya geram yang ditunjukkan pada Nadya, asisten rumah tangganya dan Sophie.

Dari luar kamar samar-samar terdengar suara seperti desahan dan erangan mesum. Obelia seketika menduga suara desahan itu berasal dari Sophie dan kekasihnya yang sedang bermesraan di sofa ruang tamu. Ya, sejak Obelia mengizinkan Sophie untuk tinggal seatap dengannya, ia kerap memergoki sahabatnya itu berbuat seronok di apartemennya. Meskipun sudah berulang kali menegurnya, Sophie masih saja melalukan tindakan yang sama. 

Pintu pun terbuka lebar diiringi suara 'Kriettt' saat Obelia membuka pintu. Baru tiga langkah lantai kamar diinjak, dilihatnya seorang pria dan wanita yang hanya dibalut pakaian dalam tampak bercumbu mesra.

Di ambang pintu dicermatinya potongan rambut, bentuk tubuh sampai warna kulit pria itu. Ia merasa tidak asing dengan perawakan pria itu, postur dan potongan rambutnya seakan cukup dikenalnya dengan baik.

Merasa sedang diperhatikan, pria itu seketika menghentikan aktivitas mesumnya dan berbalik badan.

Wajah tampan sang pria dipenuhi keterkejutan.

"Sayang, ada apa?" tanya lawan main pria itu keheranan.

Bibir pria itu membisu dengan tubuh yang membeku.

Obelia kesulitan menelan salivanya.

Sekejap, ia tersadar telah melakukan kesalahan dengan menyelinap masuk ke unit apartemen orang lain yang berada di lantai yang sama dengan apartemennya. Namun, naasnya ia sangat mengenal pria asing itu.

Pria itu mendekati Obelia, seketika tamparan keras mendarat di pipi si pria 'Plak!'

"Teganya kau berbuat hal kotor seperti ini di depan mataku!!!"

Mundur beberapa langkah dari lantai kamar, pintu dibanting tak kalah keras 'Braaakkk'

Obelia hanya bisa berlari sekencang mungkin.

Sayup-sayup terdengar suara Maverick, tunangannya memanggil-manggil namanya.

Dengan mata berkaca-kaca Obelia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari kamar no. 16 yang benar, tak menghiraukan lagi panggilan Maverick.

Ya, rupanya, Angka 6 dalam kamar nomor 16 itu telah berubah bentuk menjadi angka 9 akibat gerakan pintu yang terlalu keras dan perekat yang tak lagi menempel sempurna. Obelia tidak terlalu memperhatikannya saat itu.

Dengan tangan bergetar, Obelia bergegas mengarahkan cardlock-nya ke depan pintu.

Duduk di atas ranjang, Obelia tak mampu lagi membendung air matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status