Share

6. Menginap

Jantungnya serasa mau meledak, Isack tak pernah berada di situasi seperti ini. Berada di hotel dan berhadap-hadapan dengan seorang wanita yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.

Penampilan Eve sungguh menggoda, handuk yang dia kenakan hanya menutupi dada sampai ke paha sementara rambutnya yang basah berantakan dibiarkan tergerai.

Ghm! Isack berdehem mencairkan suara canggung. “Aku membawakanmu pakaian ganti. Kau bisa memakainya.” Setelah mengambil paperbag di ranjang, Isack berjalan mendekati Eve lalu memberikan paperbag tersebut.

“Terima kasih.” Eve mengambil alih paperbag dari tangannya. Selalu tertunduk tak berani mengangkat wajahnya membalas tatapan Isack.

“Tunggu!” Isack menahan lengannya saat melihat Eve hendak memutar tubuhnya masuk ke kamar mandi.

Glek! Isack menelan saliva melihat buliran air sisa mandi di wajah Eve yang mengalir turun ke leher menuju ke dada dan berakhir di handuk. Isack benar-benar dihadapkan dengan cobaan yang menggetarkan iman.

Belum lagi ditambah rambut Eve Daphni yang basah dan berantakan menempel di pemukaan kulit wajah serta tubuhnya, menambah tingkat keseksiannya semakin meningkat.

Namun semua itu buyar kala Isack melihat sesuatu di leher Eve yang nyaris tertutup rambut basah.

“Ya?” Eve kebingungan.

Isack mengulurkan tangannya, menyelusup masuk ke sela rambut Eve yang basah.

Hal itu tentu saja membuat Eve tersentak, nyaris menghindar tapi tangan Isack yang besar terlanjur meraih lehernya yang mungil.

Tentu saja Eve tak bisa menolak, dia terpaksa mengikuti keinginan Isack yang tengah memastikan sesuatu di leher. “Kenapa?” Eve berdebar, merasakan panas sentuhan tangan Isack di leher.

Ekspresi wajah Isack tak terbaca, datar. Tetapi aura di sekitar tubuhnya terasa mencengkam. “Detik di mana kau menandatangani surat perjanjian itu ... maka kau telah menyerahkan diri padaku. Jadi, kau harus ingat bahwa sekarang tubuh ini bukan hanya milikmu. Tapi milik keluarga Prishon,!” ucap Isack dipenuhi penekanan di akhir kalimat.

Eve hanya diam tak berani menjawab. Sadar karena pemasok uang terbesar untuk pengobatan ibunya saat ini adalah Isack.

Sementara itu, Isack masih fokus dengan tanda merah di sana. Hasil dari perbuatan Elezar sebelumnya. Rahangnya menguat menahan diri untuk tidak menggigit leher Eve seperti apa yang saat ini ada di pikirannya. Tentu saja dia berpikir seperti itu agar bekas merah di lehernya menghilang dan berganti dengan bekas miliknya. Tetapi hal itu tak mungkin Isack lakukan.

Perlahan Isack menarik tangannya, melepaskan Eve. “Pakai bajumu.”

Eve tak langsung masuk ke kamar mandi, sejenak menatap Isack yang telah memunggungi dirinya seolah enggan menatap.

~♤~

Masih penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Isack, Eve Daphni segera mendekati kaca setelah berhasil masuk ke kamar mandi.

“Ada apa dengan leherku?” Matanya terbelalak melihat bekas merah ada di lehernya. “Elezar? Dia meninggalkan bekas ini.”

Eve terdiam, teringat ucapan Isack.

‘Detik di mana kau menandatangani surat perjanjian itu ... maka kau telah menyerahkan diri padaku. Jadi, kau harus ingat bahwa mulai sekarang tubuh ini bukan hanya milikmu. Tapi milik keluarga Prishon!’

“Arrgh! Aku lupa kalau dia keturunan keluarga Prishon,” gumamnya. “Kenapa dia marah melihat kiss mark ini?”

Tak lama Eve keluar mengenakan gaun perdelapan berwarna Moca.

“Kau sudah selesai?” Isack duduk di sofa, meletakkan ponsel di meja setelah melihat Eve keluar dari kamar mandi.

Uhm! Gumam Eve menanggapi pertanyaannya.

“Duduklah, aku sudah memesan makanan untukmu. Sebentar lagi mungkin akan datang.” Isack beranjak berdiri.

Eve gugup melihat Isack berjalan kearahnya. Tapi ternyata lelaki itu berjalan melewati dirinya begitu saja. “Eh?” Malu, pipinya bahkan telah merona tapi ternyata Isack masuk ke kamar mandi.

Di belakang sana, Isack tersenyum tipis seolah tahu apa yang sedang Eve pikirkan. “Gaun itu sangat cocok untukmu,” ucapnya lirih.

Eve merona mendengarnya.

~♤~

Huuuft! “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku kembali ke rumah ... akankah senior mengizinkanku?” Matanya membulat ketika teringat sesuatu. “Bodoh! Aku telah melakukan kesalahan.” Eve memukul keningnya sendiri, mengutuk setelah teringat dirinya memanggil Isack dengan sebutan senior saat di rumahnya. “Bagaimana kalau dia menyadarinya? Ah, tidak ... nyatanya sampai saat ini dia tidak bertanya apa pun padaku.” Eve menenangkan diri.

Mulai bingung mencari keberadaan ponselnya tapi ternyata ada di meja dan anehnya di sana juga ada ponsel milik Isack. “Sejak kapan ponselku ada di sini?” Hendak mengambil ponselnya tapi saat itu bertepatan dengan layar ponsel milik Isack yang menyala.

Entah pesan masuk dari siapa karena perhatian Eve tertuju ke gambar di layar ponsel milik Isack. “Eh?” Terkejut melihat foto Isack mencium kening seorang perempuan. Sayangnya Eve tak bisa memastikan wajahnya karena foto sengaja di crop dan hanya menampakkan sisi wajah Isack.

Akan tetapi jelas terlihat kalau di foto tersebut Isack tengah menutup mata saat mengecut kening perempuan itu.

“Siapa?” gumam Eve bertanya-tanya. “Aku yakin dia seorang perempuan, tapi ... jika dia memiliki kekasih kenapa senior tidak mengajaknya menikah dan malah mengajakku? Apa-apaan ini?”

Di dalam kamar mandi, Isack tengah mencuci wajahnya. Menatap bayangan diri di cermin. Tangannya mengusap embun di kaca agar wajahnya terlihat jelas di sana.

Ting tong! Bunyi bel kamar, tanda seseorang datang mengunjungi kamar itu.

Isack hendak keluar tapi samar-samar dia mendengar suara Eve Daphni.

“Ya, tunggu sebentar.”

Isack terkejut bukan main karena tak mungkin membiarkan Eve membuka pintunya. Dia telah keluar dari kamar mandi, perhatiannya tertuju kepada Eve yang sedang melangkah mendekati pintu.

Eve telah meraih hendelnya namun belum sempat membuka pintu karena Isack terlanjur menahan.

“Tunggu!” sahut Isack. Entah sejak kapan lelaki itu tiba-tiba berada di belakangnya.

Eh! Eve terkejut bukan main. Tangannya yang berada di hendel pintu seketika terasa hangat karena Isack menggenggamnya.

Pintu sempat terbuka meski sedikit tapi posisi Isack yang berada di belakang Eve mendorong paksa agar pintu kembali tertutup.

Alhasil Eve memutar tubuhnya dan tanpa sengaja mencium dada Isack.

Plug! Wajah Eve membentur dada.

Brak! Pintu kembali tertutup.

Tubuh Eve terhimpit antara pintu dan Isack yang berdiri di depannya.

Deg, deg, deg!

Bukan hanya Eve, bahkan Isack berdebar tak karuan. Tak ada jarak di antara mereka saling menempel menciptakan hawa panas di sekitar.

Perhatian Isack tertuju ke bibir Eve yang basah, seharusnya dia bisa menahan diri tapi terlanjut Eve mengangkat wajahnya, mereka saling menatap.

Eh! Mata Eve Daphni mengerjap saat kejatuhan air yang mengalir dari rambut Isack. Air sisa mencuci wajah. Ah! Tangannya refleks mengusap matanya yang terasa perih.

“Stop! Kau bisa membuat matamu merah.” Isack menahan kedua tangan Eve.

“Tapi mataku ....” Eve masih memejamkan mata. Ucapannya terhenti kala pipinya terasa hangat. Ternyata Isack menyentuh wajahnya menggunakan telapak tangannya yang besar.

Mengusap mata Eve yang terkena air. Namun tak lama dia justru terdiam karena tak lagi merasakan gerakan. Namun Eve yakin tangan Isack masih berada di pipi.

Deg!

Entah apa yang dilakukan Isack saat itu, namun Eve merasa sesuatu ada yang mendekat ke wajahnya. Ada hawa panas di sekitar wajahnya, bahkan Eve sangat yakin bahwa Isack tengah mendekati wajahnya saat itu.

Harum, wangi maskulin tercium semakin kuat.

Glek! Eve menelan saliva.

“T–tuan Prishon?” Eve gugup, pipinya merona. Berharap apa yang ada di pikirannya tak akan terjadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status