Compartir

Bab 3

Autor: Amrita
Harvey mengusulkan untuk makan telur Skotlandia, tujuannya adalah agar Bu Warti menghubungi Wanda.

Dia sudah memberi kesempatan pada Wanda untuk keluar dari masalah ini.

"Bu Wanda bilang, dia nggak akan pulang."

"Uhuk!"

Harvey tersedak kopi, dan tak bisa menahan batuknya.

Bu Warti merasa ada yang tidak beres. "Apakah Bapak dan Ibu bertengkar?"

"Jangan banyak tanya!"

Suara pria itu serak, suhu di ruang makan langsung turun beberapa derajat.

Bu Warti menunduk ketakutan, tidak berani lagi berbicara.

Harvey menggenggam erat cangkirnya, bagaimana mungkin Wanda tidak akan pulang?

Saat ini, dia pasti sedang sibuk mempersiapkan makan siang untuk dibawa ke kantor.

Dulu, jika Wanda sudah membuatnya kesal, wanita itu akan dengan sengaja mengantarkan makan siang ke kantornya, mencoba berdamai.

....

Sasha duduk di meja makan, matanya berbinar melihat menu sarapan di depannya. "Wah! Bubur ayam telur pitan!"

Sasha suka sekali dengan bubur ayam telur pitan, sementara Jojo langsung merasa mual jika melihat telur pitan.

Di keluarga Ferdian, Wanda jarang memasak bubur karena Harvey dan Jojo tidak suka.

Bahkan Bu Mitha pernah bilang, itu makanan orang miskin. Orang miskin kekurangan nasi, makanya mereka buat bubur. Di keluarga Ferdian, tiga kali makan sehari harus mengikuti pola gizi yang tepat.

Meski Wanda merasa, bubur yang dimasaknya juga bergizi dan lebih mudah dicerna untuk anak-anak.

Namun, setelah dia menambahkan ayam, telur pitan, dan sayuran, keluarga Ferdian malah mengejeknya. Mereka bilang, itu seperti makanan sisa, terlihat menjijikkan.

Ketika dia khusus memasak bubur ayam tanpa telur pitan untuk Jojo, dan Jojo malah membuangnya ke tempat sampah, dia tidak pernah memasak bubur lagi.

Dia sudah mengajari Jojo untuk tidak membuang makanan.

Jojo berteriak padanya dengan marah, "Ini kan makanan untuk babi! Kenapa Mama kasih sama aku? Mamaku memang kampungan, ya!"

Wanda terdiam sejenak, baru menyadari kalau Sasha sudah menghabiskan bubur ayamnya.

Sasha bersendawa puas, sambil menatap mangkuk yang sudah licin karena dijilat, seperti masih mau lagi.

"Apa hanya di rumah Nenek, kita bisa makan bubur ayam telur pitan?"

Wanda menjawabnya, "Nanti kita makan apa saja yang kita mau, nggak perlu lagi peduli dengan orang lain."

"Kalau begitu, Mama nggak usah masak besok, istirahat saja! Kita bisa makan di restoran!" kata Sasha.

Wanda terdiam. Kebiasaan sebagai seorang ibu membuatnya selalu menyiapkan sarapan untuk putrinya, hingga dia lupa bahwa dalam hidup ini, seharusnya dia menjadi dirinya sendiri terlebih dahulu, baru kemudian menjadi seorang ibu.

"Baiklah." Senyum Wanda bagai matahari pagi yang hangat.

....

Dia mengantar Sasha ke taman kanak-kanak dan melihat mobil Cullinan keluaran terbaru milik keluarga Ferdian terparkir di sana.

Jojo turun dari mobil sambil membawa tas ransel di punggungnya dan Wanda mengalihkan pandangannya.

Jojo melompat-lompat menghampiri Sasha, sambil mengayunkan kantong kertas di tangannya.

"Lihat! Ini permen karet yang dibelikan Kak Nadya untuk aku!"

Jojo mengeluarkan permen karet berbentuk kepala beruang dari kantong kertas, dan memamerkannya. "Ini rasa pistachio dan raspberry!"

Sasha tidak terpengaruh. "Mama bilang, makan terlalu banyak permen bisa menyebabkan gigi berlubang, dan permen karet itu nggak sehat!"

Jojo menjulurkan lidah dan membuat wajah lucu. "Sekarang aku punya mama yang baru! Mama yang lama nggak bisa atur aku!"

Sambil cemberut, dia berkata dengan bangga, "Kak Nadya bilang aku harus bagikan permen karet ini ke teman-teman lain, kecuali kamu, anak gendut!"

Tubuh Sasha memang lebih berisi. Di depan Jojo yang tubuhnya lebih kurus, Sasha terlihat lebih besar.

Dulu, Jojo pernah ditegur oleh Wanda supaya jangan memberi nama julukan pada Sasha, tetapi sekarang, Jojo jadi makin berani.

Sasha menggenggam tali tas punggungnya, matanya mulai basah.

"Jojo, kalau kamu terus begini, Mama benar-benar akan meninggalkan kamu!"

"Justru aku yang nggak mau sama dia! Mama yang cuma bisa masak makanan ternak, siapa yang peduli?!" Jojo membawa kantong kertas itu dan berlari masuk ke sekolah.

Sasha yang begitu marah langsung memungut batu kecil di depan gerbang sekolah, menggertakkan gigi dan menatap punggung Jojo dengan penuh amarah.

Akhirnya, dia meletakkan batu kecil itu kembali.

Sasha menepuk dadanya, mengingatkan dirinya sendiri. "Anak perempuan nggak boleh begitu, harus sabar!"

....

Saat kembali ke kantor, Harvey melihat sebuah kotak bekal tiga lapis yang tampak mewah terletak di atas meja kerjanya.

Sudut bibirnya tersenyum tipis.

Lihat, walaupun hubungan mereka sedang tegang, Wanda tetap membuatkan makan siang dan mengantarkannya ke kantor.

Ponsel Harvey tiba-tiba berdering dan dia segera mengangkatnya.

"Harvey, sudah makan siang belum? Apakah makan siang yang aku buat enak?"

Suara Nadya terdengar di ujung telepon.

"Makan siang ini kamu yang buat?" Ada rasa tidak puas di mata pria itu, yang bahkan dia sendiri tidak menyadarinya.

"Iya! Kaget 'kan? Ini pertama kalinya aku masak buat kamu. jariku sampai tergores beberapa kali! Memasak itu pekerjaan yang ribet banget, memang bukan untukku!"

Setelah mengeluh, dia mengingatkan Harvey. "Jadi, kamu harus hargai makan siang yang aku buat ini, karena aku nggak bakal masak lagi!"

Suara Harvey terdengar berat, "Aku tahu. Aku harus kembali kerja."

"Hahaha! Ingat ya, kalau lagi sibuk, jangan lupa ke toilet! Hati-hati sakit ginjal!"

Harvey menutup telepon dari Nadya, lalu melihat kotak makan siang di depannya, tidak ada niat untuk membukanya.

Kemudian dia memanggil sekretarisnya. "Apa istriku sudah mengantarkan makan siang?"

"Istri Bapak belum datang ke kantor hari ini."

Wajah Harvey yang tampan, kini diselimuti aura dingin.

Dia memberi perintah pada sekretarisnya, "Makan saja bekal ini. Kalau istriku datang, kasih tahu dia aku sudah makan, dan suruh dia bawa pulang kotak bekal ini."

Sekretaris itu tersedak sedikit, tapi tak berani bertanya lebih jauh. Dia mengambil kotak bekal itu dan segera meninggalkan ruang direktur.

Harvey menunggu dari siang hingga sore, namun Wanda tak kunjung datang untuk mengantarkan makan siang.

Di ruang rapat, ponsel Harvey bergetar lagi. Dia menutup telepon dari Wanda untuk ketiga kalinya.

Wanda kembali membuatnya kesal, dia menelepon saat jam kerja.

Tak lama kemudian, telepon Wanda kembali masuk.

Harvey menjawab teleponnya dengan suara dingin seperti es, "Aku sudah makan, kamu nggak perlu mengirimkan makan siang."

"Harvey, aku sudah di kantor catatan sipil. Di mana kamu?"

Harvey terkejut, baru kemudian teringat bahwa semalam Wanda mengatakan mereka akan bertemu di kantor catatan sipil jam tiga sore.

Dia serius?

Tiba-tiba rasa kesal menyelimuti hati pria itu.

"Wanda! Cukup! Jangan terus-terusan bicara tentang perceraian!"

Wanita di ujung telepon itu sudah mantap dengan keputusannya. "Aku akan tunggu kamu sampai kantor catatan sipil tutup."

Emosi pria itu tersulut. "Tanpa aku, kamu bukan siapa-siapa! Kamu pikir keluarga Jinata akan menerimamu begitu saja? Putri yang hilang delapan belas tahun, kembali hanya untuk hidup bergantung pada mereka?"

Ruangan rapat menjadi sunyi, para eksekutif bahkan tidak berani menghela napas.

Suara Wanda terdengar tenang dan dingin, seperti air danau yang tenang.

"Harvey, kalau aku meninggalkanmu, aku bukan lagi Nyonya Ferdian. Aku hanya ingin kembali menjadi Wanda. Kalau keluarga Jinata nggak mau menerimaku, aku akan kembali memakai nama asliku."

"Terlalu capek hidup bersamamu. Hanya aku yang berusaha keras untuk mencintaimu, mencintai anak-anak kita ...."

Sampai di sini, Wanda tidak bisa menahan tawa. "Aku yakin nggak ada jalan di dunia ini yang lebih berat daripada pernikahan kita!"

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Comentarios (5)
goodnovel comment avatar
Nuraeni Kadir
good wanda
goodnovel comment avatar
Eva Salsa
sedih bangrt
goodnovel comment avatar
Zhang Liya
drachin udh nonton
VER TODOS LOS COMENTARIOS

Último capítulo

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 561

    Andre menutup pintu kamar tidur dengan lembut, tetapi tidak langsung pergi.Pria itu bersandar pada papan pintu yang dingin, berdiri diam dalam kegelapan selama beberapa detik, baru akhirnya mengangkat tangan dengan agak gelisah untuk melonggarkan kerah bajunya.Di udara seolah masih tersisa aroma lembut dari tubuh Wanda, bercampur dengan uap air hangat yang mengepul dari handuk panas, diam-diam menyelimuti ujung hidung Andre.Pria itu berbalik, lalu berjalan menuju jendela besar di ruang tamu.Di luar jendela ada pemandangan malam kota yang gemerlap. Ribuan lampu rumah bagaikan bintang-bintang yang berserakan. Namun, semua itu tidak mampu menerangi pikiran Andre yang kacau pada saat ini.Dia mengeluarkan sekotak rokok dari sakunya, mengambil sebatang, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Namun, gerakannya berhenti saat menyentuh korek api.Andre menoleh untuk melirik pintu kamar tidur yang tertutup rapat. Akhirnya, dia memasukkan kembali rokok yang belum dinyalakan ke dalam kotak, lalu

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 560

    Andre mempertahankan postur tubuhnya yang agak kaku, tidak berani bergerak sedikit pun hingga napas orang dalam pelukannya kembali menjadi stabil. Seolah gerakan tadi hanyalah perilaku tidak sadar dalam tidur. Baru pada saat itulah Andre meluruskan pinggangnya dengan sangat perlahan, menggunakan kakinya untuk menutup pintu mobil dengan lembut, lalu menggendong Wanda menuju lift.Wanda sangat ringan.Andre mendesah dalam hati. Wanita dalam pelukannya ini bagaikan sehelai daun gugur. Andre hanya perlu mengeluarkan sedikit tenaganya untuk mematahkan wanita di pelukannya ini.Darah panas mengalir deras dalam tubuh pria itu. Dia sedang menekan dorongan paling primitif.Tubuh Wanda jelas sangat ringan. Bagi pria yang sudah bertahun-tahun mengangkat beban 40 kilogram, menggendong Wanda dengan satu tangan saja sudah lebih dari cukup.Namun, keringat muncul di wajah Andre.Andre melangkah memasuki lift, mengira cahaya di dalam lift akan membuat Wanda terbangun.Pandangan Andre tertuju ke bawah,

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 559

    Wanda hanya tersenyum. "Arah analisismu benar."Andre berkata, "Berarti tebakanku nggak sepenuhnya benar."Wanda berkata, "Aku baru saja menganalisis data intranet, data internal perusahaan. Semua data ini dikirim ke pusat Grup Lukita, Giana terus memantau data Quantum Tech. Di sisi lain, kalau seseorang nggak memiliki otoritas tinggi seperti Giana, dia hanya bisa menggunakan cara sedikit demi sedikit membawa keluar dokumen Quantum Tech dari perusahaan."Lampu di dalam mobil mati, hanya ada cahaya dari luar menyinar ke wajah Andre sehingga wajahnya ada cahaya yang memesona.Saat mobil berhenti karena lampu merah, Andre menoleh melihat ke arah Wanda yang di sampingnya.Andre tidak melihat ada perasaan cemas atau lelah dari samping wajah Wanda.Andre pun tertawa sambil berkata, "Kamu pasti merasa senang.""Bukankah ini baru menarik?" tanya balik Wanda kepadanya. "Dalam jangka panjang meneliti data adalah hal yang membosankan. Aku tahu Giana akan mempersulitku, tapi tak disangka akan ada

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 558

    Wanda mengangkat alis ke arah Andre. Ujung matanya terangkat seolah memiliki daya tarik tersendiri, bagaikan mawar harum yang mekar di malam hari, meninggalkan warna cerah yang hidup di dalam pupil mata orang lain."Maaf." Wanda tersenyum sambil menjelaskan, "Aku tahu kalau kamu ingin membantuku, tapi bagaimanapun juga, ini adalah urusan internal Quantum Tech. Aku terbiasa menggunakan orang-orangku sendiri untuk menyelesaikannya."Andre menanggapi, "Wanda, kata-katamu memang benar. Lagi pula, aku belum menjadi orangmu."Kedua staf yang menunggu di samping berharap bisa membenamkan wajah mereka ke dada.Apakah Andre tahu apa yang sedang dia katakan?Apakah mereka baru saja mendengar informasi yang luar biasa?Ternyata putra kesayangan keluarga Setiadi yang terkenal di Kota Jinggara ini belum bersama dengan bos mereka?Meski kedua staf ini selalu mengawasi monitor di ruang kontrol sejak mulai bekerja, mereka tidak pernah melewatkan satu pun gosip tentang presdir mereka.Wanda melirik And

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 557

    "Apa kamu ingin melakukan pencarian menyeluruh?" tanya Andre.Wanda mengoperasikan mouse dengan satu tangan, serta memeriksa rekaman kamera pengawas dari waktu yang lebih awal."Untuk menangani seekor tikus kecil, kita nggak perlu membuat keributan besar. Kalau mereka bisa meretas sistem pengawasan di tiga lantai seperti ini, di belakangnya kemungkinan besar ada tim yang mengatur," ujar Wanda.Kedua petugas keamanan yang ada di samping masih merasa sedikit bingung."Bu Wanda, apa yang sebenarnya terjadi?"Mereka tidak begitu memahami percakapan antara Wanda dan Andre. Mereka adalah orang-orang yang secara khusus bertugas mengawasi kamera pengawas di perusahaan. Tentu saja mereka juga memahami beberapa kode pemrograman.Mereka menganggap diri mereka lulusan jurusan komputer dari universitas terkemuka, jadi bekerja mengawasi kamera pengawas di Quantum Tech sudah benar-benar membuang bakat mereka. Bahkan satu jam yang lalu, mereka masih mengeluh tentang nasib karier mereka yang tidak beru

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 556

    "Kamera pengawas nggak mungkin akan dimatikan." Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Wanda.Andre mengangkat bahu, matanya yang dalam seperti rubah itu menatap Wanda dengan senyuman.Wanda merasakan ada yang tidak beres. Dia mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi yang dia buat untuk perusahaan, lalu menekan tombol. Semua pintu keluar gedung perusahaan yang belum tertutup mulai menjalankan program penutupan.Wanda menekan tombol lantai tiga di dalam lift.Ruang pengawasan berada di lantai tiga. Andre menemani Wanda masuk ke dalam ruang pengawasan. Petugas keamanan yang sedang bertugas di ruang pengawasan menatap Wanda dengan bingung.Petugas keamanan itu menatap wajah Wanda, terdiam sejenak, baru kemudian bertanya, "Bu Wanda? Kamu masih di perusahaan, ya."Petugas keamanan di ruang pengawasan tidak pernah bertemu dengan Wanda secara langsung. Namun, mereka telah mendapatkan pelatihan saat masuk kerja, sehingga bisa mengenali wajah sebagian besar petinggi perusahaan.Wanda ber

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status