Share

Bab 2

Author: Amrita
Nadya menoleh dan membuat wajah jahil ke arah Harvey. "Wanda salah paham lagi! Aku akan segera menjelaskan semuanya padanya!"

"Tak perlu dijelaskan, dia terlalu sensitif."

Wajah Harvey tetap dingin. Pandangannya jatuh pada setengah potong kue ulang tahun yang ditinggalkan Wanda. Alisnya berkerut sedikit.

Dengan keputusan tegas Harvey, orang-orang di sekitar pun merasa lega.

Wanda pergi dengan marah. Memangnya itu masalah besar?

Yang lain ikut menimpali, "Kak Wanda cuma marah sebentar. Nanti kalau Harvey pulang dan menenangkannya, semua pasti beres."

"Iya, mana mungkin dia benar-benar mau cerai? Semua orang tahu Wanda hampir mengorbankan nyawanya demi melahirkan anak untuk Harvey."

"Mungkin begitu keluar pintu, dia sudah menyesal!"

"Ayo, ayo, makan kue! Nanti pas Harvey pulang, pasti Wanda sudah berdiri di depan pintu, menunggu suaminya pulang!"

Wajah Harvey agak melunak. Dia bisa membayangkan Wanda berdiri ragu-ragu di depan pintu, menunggu dan berusaha menyenangkannya.

Jojo menikmati kue yang dibawakan Nadya dengan lahap. Krim memenuhi mulutnya, lidahnya mulai agak mati rasa, tapi dia tak peduli.

Rasanya makin luar biasa karena ibunya tidak bisa mengontrolnya lagi.

....

Setelah pesta ulang tahun berakhir, Harvey duduk di dalam mobil dengan mata terpejam, menikmati ketenangan. Cahaya dari luar jendela sesekali menerpa wajahnya.

"Papa! Badanku gatal!"

Suara Jojo terdengar pelan seperti anak kucing.

Harvey membuka matanya dan menyalakan lampu di atas kepalanya. Dia melihat wajah kecil Jojo memerah, tangannya terus menggaruk-garuk tubuhnya, dan napasnya terengah-engah.

Harvey segera meraih tangan Jojo dan melihat ada ruam merah di lehernya.

Jojo mengalami alergi.

Ekspresi Harvey tetap tenang. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Wanda.

Telepon tersambung, dan ketika dia baru saja akan berbicara, terdengar suara dari ujung telepon.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif."

Mata Harvey memicing tajam. Anak mereka mengalami alergi, tapi Wanda tidak peduli?

"Percepat laju mobilnya, kembali ke rumah!" perintahnya pada sopir.

Dia segera membawa Jojo pulang.

Tanpa sadar, matanya melirik ke arah pintu masuk. Kosong. Wanda tidak seperti biasanya, berdiri menunggunya di sana.

Bu Warti segera menghampiri dan melihat Jojo yang terus mengerang pelan. "Den Jojo, kenapa ini?"

"Alergi."

Harvey melepas sepatunya dan menjawab singkat.

"Kok bisa alergi? Biasanya Ibu sangat ketat mengawasi makanan Den Jojo."

"Di mana Wanda?" Harvey bertanya sambil berjalan ke ruang tamu sambil menggendong Jojo dalam pelukannya.

"Bu Wanda dan Non Sasha menginap di rumah orang tua Bu Wanda malam ini."

Raut wajah Harvey makin dingin. Di saat seperti ini, dia masih mau bersikap kekanak-kanakan?

Apa dia pikir, jika dia pergi, Harvey akan memohon agar dia kembali?

"Di mana obat alerginya?"

Suara Harvey terdengar datar, tetapi cukup membuat Bu Warti merasa tertekan.

"Saya ... saya nggak tahu, Pak."

Bu Warti menjawab dengan spontan, lalu mendapat tatapan tajam dari Harvey.

Dia menciut ketakutan dan buru-buru menjelaskan, "Semua obat diurus sama Bu Wanda."

Dulu pernah ada kejadian di mana Bu Warti lalai menyimpan obat, dan Jojo serta Sasha mengira itu permen. Untungnya yang mereka makan hanya vitamin, sehingga tidak terjadi hal serius. Namun, Wanda memarahi Bu Warti habis-habisan.

Saat Bu Warti mengadu pada Bu Mitha, justru Wanda yang dimarahi balik oleh ibu mertuanya itu. Sejak saat itu, dia tidak memperbolehkan Bu Warti menyentuh kotak obat lagi.

Satu jam kemudian, dokter keluarga datang dan memberi suntikan pada Jojo. Ruam di tubuhnya pun menghilang.

Jojo terbaring lemah di ranjang kecilnya. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan air matanya agar tidak jatuh.

Harvey berdiri di samping ranjang dengan tangan bersedekap, posturnya tegap seperti pohon pinus.

Aura dinginnya membuat suasana tegang. Tanpa sadar, Jojo memeluk selimutnya erat-erat.

"Papa, jangan bilang ke Kak Nadya kalau aku alergi, ya. Jangan juga salahkan Kak Nadya. Ini semua salah Mama! Dia nggak pernah kasih aku susu. Kalau aku sering minum susu, aku pasti nggak akan alergi lagi."

Harvey tidak menanggapi ucapannya yang kekanak-kanakan. Setelah dokter mengatakan bahwa kondisi Jojo stabil, Harvey pun berbalik meninggalkan kamar.

Biasanya, kalau Jojo sakit, Wanda selalu merawatnya sendiri. Namun sekarang, meskipun Wanda tidak ada, masih ada dokter keluarga yang bisa menangani semuanya dengan mudah.

Harvey merasa lebih tenang dan kembali ke kamarnya.

Sejak Wanda hamil, mereka tidur di kamar terpisah. Tidak ada satu pun jejak keberadaannya di kamar Harvey.

Bagi Harvey dan Jojo, keberadaan Wanda sama sekali tidak penting.

....

Pagi hari.

Seperti biasa, Harvey terbangun tepat waktu. Dia bangkit dan mengulurkan tangan ke meja di samping tempat tidur untuk mengambil gelas air, tapi tidak menemukan apa pun.

Biasanya, Wanda selalu bangun lebih awal dan menyiapkan segelas air garam untuknya.

Raut wajah Harvey menjadi muram. Dia keluar dari kamar dan mendengar suara gaduh dari kamar anak.

Jojo selalu rewel setiap kali bangun tidur pagi dan Wanda perlu waktu lama untuk menenangkannya.

Dengan susah payah, Bu Warti berusaha membujuk Jojo agar mau ke kamar mandi.

Jojo naik ke bangku kecil dan berdiri di depan wastafel.

Dia mengambil sikat giginya, lalu menoleh pada Bu Warti. "Kenapa pasta giginya belum ada?"

Lalu dia mengambil gelas airnya, ekspresinya makin tidak senang. "Kok nggak ada airnya juga?"

"Maaf, Den Jojo!" Bu Warti buru-buru maju, menuangkan air dan menyiapkan pasta gigi.

"Ini bukan pasta gigiku!" Jojo protes.

Pasta giginya harusnya berwarna biru terang dan berkilauan.

"Maaf!" Bu Warti mulai panik. "Biasanya Bu Wanda yang mengurus semua ini."

Saat sarapan, Harvey melihat menu yang sederhana dan langsung memberi perintah, "Buatkan telur Skotlandia."

"Hah?"

Bu Warti terpana.

"Aku juga mau telur Skotlandia," timpal Jojo.

Bu Warti mulai berkeringat dan mengambil ponselnya. "Aku akan menelepon Bu Wanda untuk menanyakan cara buatnya."

....

Pagi-pagi sekali, Wanda terbangun oleh dering telepon.

Padahal dia sudah mematikan alarm yang biasanya berbunyi pukul lima pagi.

Masih dalam keadaan mengantuk, dia mengangkat teleponnya.

"Bu, Bapak dan Den Jojo pengin makan ... apa itu, telur Skotlandia, ya? Saya nggak bisa buatnya."

Wanda mengusap matanya yang masih terasa berat. "Aku kirimkan resepnya."

Bu Warti melihat resep yang dikirimkan Wanda.

Dia langsung terdiam.

Untuk membuat telur Skotlandia, telur harus direbus dulu, kemudian dikupas, dibungkus dengan ayam berbumbu, dilapisi tepung roti, lalu digoreng sampai keemasan.

Di catatan resep, Wanda menulis: [Harvey suka telurnya setengah matang, jadi telur direbus lima menit kemudian digoreng dengan api kecil selama tiga menit.]

[Kalau Jojo suka telurnya matang. Jadi telur direbus delapan menit kemudian digoreng empat menit.]

Bu Warti langsung bertanya, "Kapan Bu Wanda akan pulang? Lebih baik Ibu saja yang buat."

"Aku nggak akan kembali."

"Hah?" Bu Warti terkejut. Suara Wanda terdengar datar di telinganya.

"Mulai sekarang, apa pun yang terjadi di keluarga Ferdian, nggak ada hubungannya lagi denganku. Aku akan mengirimkan semua catatan yang kutulis selama di sana."

"Jangan begitu, Bu Wanda!"

Namun, telepon sudah diputus.

Wanda melirik jam di ponselnya, lalu membalikkan badan, memeluk putrinya, dan kembali tidur.

Bu Warti kembali ke ruang makan dengan wajah lesu. Dengan canggung, dia berkata, "Maaf, Pak. Telur Skotlandia itu terlalu rumit, saya nggak bisa buatnya."

"Kamu sudah menghubungi Ibu?" Suara Harvey terdengar dingin.

"Iya, Bu Wanda sudah mengirimkan resepnya, tapi ...."

"Apa dia bilang kapan akan pulang?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
good sdh cukup 7 tdk di anggap anak lakinya juga durhaka rasain alergi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 134

    Nadya merasa sangat puas. Dia melepaskan Jojo, lalu melihat ada bekas noda di jaketnya."Hmm? Tadi kamu minum air ya?"Jojo menggeleng."Tadi aku muntah."" ... " Wajah Nadya langsung berubah seketika.Dia buru-buru mengambil tisu basah dan menyeka jaketnya, tapi rasanya malah makin kotor.Nadya menggertakkan gigi geraham belakangnya, lalu diam-diam mendorong Jojo sedikit menjauh."Jojo, kamu duduk, ya."Nadya refleks menahan napas, dia bisa mencium bau busuk dari jaketnya!Sandy duduk di samping Nadya. Melihat Jojo begitu lengket pada putrinya yang bungsu, dia mengangguk puas.Soal perceraian putri sulungnya dengan Harvey, sebenarnya dia tidak terlalu khawatir. Asalkan salah satu dari kedua putrinya bisa mengikat hati Jojo dan Harvey, keluarga Jinata tetap bisa bergantung pada keluarga Ferdian.Saat melihat Nadya bersama kakek-neneknya, Sasha berhenti melangkah. Wajah kecilnya tampak serius.Wanda bertanya, "Pak Leonard, dia ...."Harvey menjawab datar, "Paman mendadak ada urusan ....

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 133

    "Papa!" Jojo membawa ranselnya, berlari gembira ke arah Harvey.Harvey jarang sekali menjemputnya di sekolah, jadi Jojo sangat bersemangat.Para ibu yang melihat Harvey pun sampai tertegun dan sulit melangkah.Yuda menghampiri Wanda, lalu dengan hormat mengundangnya, "Nona Wanda, silakan naik ke mobil."Wanda menolak, "Nggak perlu, aku dan Sasha akan naik taksi ke restoran."Dia memang tidak ingin berada dalam ruang sempit bersama Harvey.Yuda mencoba membujuk, "Pak Harvey hari ini sengaja datang menjemput Anda dan Nona Sasha."Wanda mengeluarkan ponsel dan hendak memesan taksi daring.Yuda pun berjalan ke arah pintu mobil Maybach dan melapor kepada Harvey.Tak lama kemudian, ponsel Wanda berdering. Dia kira itu telepon dari sopir taksi daringnya dan langsung mengangkatnya.Suara Harvey terdengar seperti angin dingin dari kutub utara. "Taksi daring dalam radius lima kilometer sudah aku suruh berhenti semua. Kalau kamu mau jalan kaki ke restoran bersama Sasha, aku nggak akan menghalangi

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 132

    Dalam balutan mantel cokelat pudar, Candra seolah menjelma menjadi musang kuning yang sedang menggoyang-goyangkan ekornya, pura-pura ramah padahal penuh kelicikan.Wanda menatapnya diam-diam, bertanya-tanya sandiwara apa sebenarnya yang ingin dia mainkan.Melihat Wanda tidak menanggapi, Candra berkata dengan wajah serius, "Dengan kondisi di negara kita saat ini, talenta terbaik pun sulit untuk bersinar!""Seperti aku ini, sungguh merasakannya. Aku harus berjuang mati-matian agar bisa keluar dari kota kecil yang tertinggal.""Wanda, aku bicara seperti ini karena menghargaimu. Kalau kamu ingin menekuni riset, ingin berkarya secara akademis, lebih baik melakukannya di luar negeri. Negara kita masih terlalu tertutup, hanya di luar sana kamu bisa benar-benar bebas berekspresi."Wanda menjawab, "Sekarang yang aku pikirkan hanya bagaimana menghidupi keluarga."Melihat bahwa Wanda tidak punya ambisi besar, senyum sinis muncul di wajah Candra. Bagi dia, Wanda hanya cerdas secara akademis dan bi

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 131

    Wanda berdiri dan menjawab, "Ya, aku ibunya."Guru itu memperkenalkan diri, "Saya wali kelas utama dari Kelas Kecil 2."Belum selesai dia bicara, Kiara langsung berteriak, "Wanda! Putrimu hari ini kembali memukul anak-anak dari kelas kecil!"Para orang tua murid dari kelas kecil segera menarik anak-anak mereka ke belakang, menjaga mereka dengan cemas.Guru kelas kecil itu buru-buru melambaikan tangan. "Nggak, nggak! Hari ini, dalam kegiatan edukasi keselamatan di sekolah, Sasha berhasil mengalahkan orang jahat bertopeng. Dengan gagah berani dia melindungi anak-anak kelas kecil. Kami khusus memberikan bunga merah besar sebagai penghargaan kepada Sasha.""Mama, lihat ini." Dengan bangga, Sasha mengeluarkan bunga merah besar yang dia terima dan menunjukkannya kepada Wanda seperti mempersembahkan harta karun.Kiara yang berdiri di samping, tertegun mendengar semua penjelasan itu.Wanda bertanya, "Setahuku, guru wali kelas Sasha nggak memberi kabar bahwa hari ini ada kegiatan edukasi kesela

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 130

    Seorang orang tua murid berkata pelan padanya, "Nona Wanda, terima kasih banyak karena sudah membuat Pak Lukman pergi. Sekarang Kepala Bagian Kurikulum yang menjabat sebagai kepala sekolah, dan telah melakukan banyak reformasi. Aku yakin tahun ini penilaian dan penghargaan siswa pasti akan lebih adil dan jujur!"Wanda merendah, "Itu bukan jasaku. Hari itu, kalau saja Lukman tidak membuat keributan dan ingin mengeluarkan Sasha, dia mungkin juga nggak akan jatuh."Beberapa orang tua dan guru sangat berterima kasih pada Wanda. Mereka sudah lama merasa tertekan oleh Lukman."Wanda!" Kiara datang sambil menggandeng tangan Fanny, wajahnya berseri-seri. Di sebelahnya ada Candra.Kiara memoles wajahnya sangat putih, alisnya tipis melengkung, dia mengenakan mantel wol bergaya tegas, membawa tas mewah di tangan, dan kalung yang menggantung di sweternya adalah giok senilai lebih dari 10 miliar.Sebelumnya di rumah keluarga Ferdian, Kiara bahkan sengaja menunjukkan liontin itu kepada Wanda untuk p

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 129

    Anak-anak yang satu tim dengannya ada yang bertumpu dengan kedua tangan di tanah sambil menjulurkan lidah, ada pula yang duduk di tanah menatap langit."Jojo, kami bahkan nggak bisa bangun lagi! Masih mau tanding ulang?"Duduk di samping, Jojo menatap guru olahraga yang sedang menyerahkan bunga merah kecil kepada Sasha.Guru olahraga juga mendapatkan lima bunga merah kecil, dan karena Sasha berhasil menjadi juara seorang diri mewakili lima orang, dia pun memperoleh lima bunga itu sekaligus.Wajah Jojo masam tak terkira.Dia menunjuk Sasha dan memberi perintah, "Orang yang menang juara pertama, bertugas merapikan peralatan!""Kenapa harus begitu?!" Susan membela Sasha.Fanny juga ikut bertanya, "Kenapa orang yang menang justru harus merapikan peralatan?"Jojo menjawab, "Yang lain semua sudah kehabisan tenaga karena Sasha! Lihat, dia sama sekali nggak berkeringat! Kalau bukan dia yang merapikan, siapa lagi yang bisa?"Susan berbisik, "Jojo, kamu sendiri kelihatannya masih sangat kuat!"J

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status